logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Siapa Maya?

Maya datang ke rumah semenjak Mama pulang dari arisan. Mama mengajak Maya ke rumah, dari awal ketemu Maya sudah menunjukkan sikap arogan. Apalagi saat Mama mengenalkan diriku dan Ibu sebagai menantu dan mertuanya. Alih-alih ramah, Maya ini malah seakan jijik memandangi kami.
Saat aku menatap Maya untuk pertama kali, wajahnya seperti tak asing. Di mana aku pernah melihatnya ya? Aku pun mencoba mengingat tapi nihil. Sewaktu Mas Lucky di kamar mandi, ponselnya terdengar berdering.
Notifikasi masuk di WA suamiku. Pesan itu terbaca olehku di layar, kata sayang yang membuatku terkejut. Kemudian aku buka aplikasi hijau itu. Mataku terbelalak membaca chat mesra suamiku dengan wanita itu. Penasaran, aku pun zoom profil si wanita betapa shock aku setelah tau siapa di foto itu.
Maya?
Ya, dialah wanita penggoda suamiku. Pantas saja sikapnya begitu sombong, ternyata Mama pun sudah tau perselingkuhan Mas Lucky dan Maya. Ironisnya, Mama tak melarang bahkan setuju. Itu aku baca di pesan sebelumnya.
Dengan pura-pura tak tau, aku kembalikan ponsel Mas Lucky ketempat semula. Begitu dia keluar kamar mandi, aku mencoba untuk menahan rasa perih di hatiku. Mas Lucky juga tak banyak bicara, memang sikapnya belakangan ini juga aneh.
Hubungan kami terasa hambar dari hari ke hari. Awalnya aku tak mengerti sebabnya, akan tetapi setelah membaca chat mesra itu aku tau Maya lah yang membuat aku dan Mas Lucky jauh.
Ibu datang saja Mas Lucky bersikap biasa, seolah-olah Ibu orang asing. Pernah aku utarakan sikapnya yang tidak enak itu terhadap Ibu, tapi Mas Lucky malah marah.
"Mas, Ibuku datang kenapa kamu nggak mengajaknya mengobrol?" tanyaku mengeluh.
"Ya kan di rumah banyak orang, Ibumu bisa mengobrol dengan siapa aja," jawab Mas Lucky acuh.
"Iya, aku tau. Tapi kan Mas itu menantu Ibu, setidaknya ya bertanya kek keadaan Ibu gimana," ujarku kesal.
Mas Lucky menatapku tajam, lalu menurunkan ponselnya. "Kamu bisa diam nggak? Kalo Mas nggak mau, kamu mau apa?" hardik Mas Lucky marah.
Aku diam tidak menjawab, bukannya takut hanya tidak ingin ribut. Kalo sampai terdengar Mama bisa heboh, Mama pasti ikut campur dan membela Mas Lucky.
Dengan kesal aku membanting pintu keluar kamar. Lalu menuju ke jemuran dan kulihat Ibu asyik bercengkrama dengan Bi Inem di belakang. Ibu tersenyum saat melihatku mengangkat jemuran.
"Perlu Ibu bantu, Yu?" tanya Ibu saat menghampiriku.
"Nggak usah, Bu. Sudah mau siap, Ibu ngobrol aja sama Bi Inem," kataku sambil menoleh pada asisten rumah tangga itu.
Ibu mengangguk, lalu melanjutkan obrolan dengan senang. Aku pun tidak ingin mengganggu dan membawa masuk jemuran ke dalam kamar. Saat itu Maya memang ada di rumah, datang dengan alasan kangen pada Mama.
Mengingat sikapnya yang sombong, aku tidak mau menyapa dan menghindar bila akan berpapasan dengannya. Hal itu juga yang membuat Maya leluasa berbuat apapun. Bahkan saat makan siang bareng dengan Mama dan Mas Lucky, Maya sering melirik dan mencuri pandang ke arah suamiku.
Kejadian naas terjadi pada hari itu juga, sore hari. Tiba-tiba terdengar suara Mama marah menggelegar. Aku yang ada di dalam kamar segera keluar dan turun ke bawah begitu melihat Mama menyeret Ibu.
Aku berusaha melepaskan tangan Mama dan memeluk Ibu yang sudah sesenggukan. Menahan geram dengan perlakuan Mama tanpa mendengar penjelasan langsung main hakim sendiri.
Ibu sudah berkata tidak mencuri kalung Mama hingga Ibu berlutut tetap juga tidak digubris Mama. Hingga kalung itu ditemukan di tas Ibu, Mama marah besar.
"Dasar pencuri! Sana pergi, bawa Ibumu yang miskin itu keluar dari rumah ini!" hardik Mama mengacungkan tangannya ke arah pintu rumah.
"Ma, demi Allah! Ibuku nggak mungkin mencuri kalung Mama," kataku memohon.
"Benar, besan. Saya nggak tau kalung itu ada di tas saya, besan percayalah!"
Ibu tetap pada pendiriannya kalo tidak mencuri kalung Mama. Aku pun percaya Ibu tidak mungkin melakukan itu, semiskin dan sesusah apapun Ibu tidak pernah berniat mencuri.
"Ayu, itu nggak benar! Kamu percayakan kalo Ibu nggak mungkin melakukan itu," rajuk Ibu meminta pembelaan dariku.
"Ya, Bu! Ayu percaya."
"Ma, Ayu mohon! Ibu memang nggak mencuri kalung Mama. Bukankah Mama sendiri yang melarang Ibu masuk kamar Mama? Ibu juga nggak berani naik ke atas, lalu bagaimana mungkin Ibu tau letak kalung Mama," protesku beralih ke Mama.
Mama cuma mencibir dan tidak mau menerimanya. Aku tidak tau lagi harus bagaimana meyakinkan Mama, apalagi bukti itu sungguh jelas. Kalung Mama ada di tas Ibu, tapi siapa yang sudah tega melakukan itu.
Aku menatap Maya yang berdiri di samping Mama. Dengan senyum menyeringai, Maya terlihat senang. Aku curiga pasti dia yang melakukan ini semua. Namun, aku tidak punya bukti untuk menuduhnya.
Hanya saja saat Ibu lagi di belakang rumah dengan Bi Inem. Aku yang sedang naik tangga untuk menuju kamar, melihat Maya diam-diam menyelinap ke kamar Mama.
Awalnya aku tak curiga, kukira juga Mama ada di kamar. Makanya, aku tetap menuju kamar membawa pakaian dari jemuran. Rupanya kelakuan Maya itu penyebab Ibuku kena fitnah. Dia juga yang melapor pada Mama. Alhasil, Mama marah besar sampai menyakiti Ibu.
Namun, rengekan demi rengekan Ibuku tidak digubris Mama. Malah Mama tega menendang Ibu hingga Ibu tersungkur. Aku memeluk Ibu yang meringis kesakitan. Belum puas, Mama juga melempar tas pakaian Ibu keluar rumah.
"Cukup, Ma! Jangan sakiti Ibuku lagi. Bagaimana mungkin Mama lebih percaya wanita itu daripada menantu Mama sendiri," teriakku emosi sambil menunjuk Maya.
"Alah, nggak usah mengelak kamu! Bukankah udah terbukti kalung Tante ada di tas Ibu kamu," cetus Maya mencibir, pelakor sekaligus dalang di balik keributan ini.
Dengan amarah meluap, aku berjalan ke arah Maya lalu menampar pipinya.
Plak!!
"Kamu yang udah memfitnah Ibuku, apa kamu pikir aku nggak lihat kalo kamu yang udah masuk ke kamar Mama hah!" teriakku lantang.

Komento sa Aklat (205)

  • avatar
    Denn

    sangat seruu sekali ceritanya

    21/08

      0
  • avatar
    GawolRini

    Bagus ceritanya

    20/07

      0
  • avatar
    Sasmita Bhizer

    bagus

    06/04

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata