logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 53

Ayden tahu hari Minggu artinya orang tuanya ada di rumah, dan sekarang saatnya ia menjalankan sidang atas kasus nekatnya keluar dari rumah setiap saat dan membawa mobil serta laporan dari neneknya tentang mereka yang membawa bayi ke rumah orang tua tersebut. Orang tuanya sibuk dan sekarang waktu yang tepat untuk ia dijalankan sidang dan ditanyai banyak hal. Walau sesekali Ayden ingin meminta belas kasihan, tidak cukupkah semua hukuman ini? Ayden ingin belajar bertanggung jawab walau usianya memang masih disepelekan orang-orang. Usia hanya angka, baginya dia sudah cukup dewasa untuk belajar dari kesalahannya dan dia bertanggung jawab.
Ayden duduk di hadapan orang tuanya pura-pura mengunyah kacang mete dan minum sirup sepagi ini. Dia melihat Juna yang sudah bisa berlari dan dijaga baby sitter.
"Jadi anak itu udah lahir?"
"Udah."
"Cewek atau cowok?"
"Perempuan."
"Siapa namanya?"
"Cheryl."
"Ayden udah dewasa, kenapa masih dibuat kayak gini. Mending sokong Ayden, biar belajar lagi dari kesalahan biar di masa depan nggak terulang, semua udah jadi seperti ini, Ayden tak bisa menolak jika itu adalah anak sendiri. Ayden nggak malau, ngakuin anak sendiri ke orang lain walau orang ngetawain Ayden." tambah Ayden melihat orang tuanya hanya diam. Apa mungkin mereka berpikiran yang sama?
"Ya, Mama dan Papa sudah diskusi ini. Sekolah kamu tetap lanjut, kuliah mau kuliah di mana?"
Ayden menggaruk kepalanya, tidak punya gambaran kuliah nanti seperti apa karena dia sendiri hidupnya berfokus pada Cheryl. Mungkin Ayden juga menyarankan Delisha untuk sekolah juga, karena dia tahu gadis itu suka sekolah walau tidak menonjol di bidang prestasi.
"Ayden nggak tahu."
"Mau masuk jurusan apa?"
"Yang nyari kerja gampang." Ayden tidak muluk-muluk, percuma kamu masuk jurusan bergengsi jika menyesal di kemudian hari karena salah alamat, hanya karena jurusannya keren dan kamu tersesat.
"Mama jadi memikirkan untuk tetap mengirim kamu kuliah di luar negri."
"Jangan, Ma, please. Ayden kuliah di sini aja, Ayden punya tanggung jawab."
"Mama mau jumpa Cheryl boleh?"
"Iya."
πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°
Cheryl bangun dan Delisha dengan senang hati menyambutnya, dia paling semangat melihat Cheryl menggerakan kaki dan tangannya yang mungil. Kadang tak sadar Delisha menggigit kaki Cheryl karena gemas, mencium berkali-kali, kalau boleh dia ingin memeluk bayi ini hingga sesak napas karena saking geramnya.
"Mari bangun. Makan dulu ya. Udah mandi, udah cantik. Cheryl udah besar kan? Anak Mami padahal baru aja kemarin di perut Mami."
Delisha langsung menyusu dan mencium kepala Cheryl dengan sayang. Bayi paling mengemaskan yang pernah ia lihat seumur hidupnya.
Delisha mengelus-elus kepala Cheryl dengan sayang.
"Lisha!" Delisha langsung berlonjak kaget, bahkan Cheryl ikutan terkejut dan bayi itu menangis kuat.
"Itu anakmu! Kamu bohong! Kamu bukan jumpa bayi itu!" tuduh Geisha bertubi-tubi setelah menangkap basah Delisha sedang menyusui anaknya.
"Kapan kamu hamil?" tanya Geisha. Otak cerdasnya langsung menyambungkan semuanya, tidak ada orang yang bisa menyusui bayi kecuali dia punya air susu yang keluar dan orang itu harus hamil terlebih dahulu, dengan begitu ada hormon yang khusus untuk membentuk ASI.
Delisha diam dan menenangkan bayinya. Karena dia tahu hal ini akan terjadi.
"Ma! Lisha bukan jumpa anak, tapi anaknya!" teriak Geisha. Delisha tak peduli pada orang-orang tersebut tapi ia masih memenangkan bayinya, tak tega melihat Cheryl menangis ketakutan seperti ini karena teriakan Geisha seperti gunung api meletus.
"Nggak papa sayang. Mami di sini, jangan takut. Nggak papa biar kita diusir dari sini, kamu jangan pernah takut pada apapun." Tanpa sadar sebutir air mata lolos keluar dari pelupuk matanya. Sekejam apapun dunia, dia harus bertahan. Cheryl mencium kepala bayinya dengan sayang, Cheryl sudah sedikit tenang.
"Lisha! Turun ke bawah!" Suara Geisha membuat Delisha menarik napas panjang, setelah dia memastikan Cheryl pulas gadis itu memberanikan diri untuk turun. Dia harus menghadapi ini semua.
Delisha sempat mengintip melihat ayahnya sudah duduk di sofa, ibunya juga, ada Meisha, Geisha berdiri dengan tangan di depan dada sepertinya tak sabar melihat drama apa yang terjadi.
Nyali Delisha langsung mencuit saat tatapan matanya bertemu dengan mata kucing Ibunya yang seolah membunuh dirinya dengan tatapan itu.
Delisha hanya menunduk dengan berjalan perlahan mengepalkan tangannya dan terus merapalkan untuk tidak takut pada apapun.
PLAK!!!!!
Belum sempat membuka mata pipi Delisha sudah disambut dengan sebuah tamparan yang begitu keras, bahkan kepalanya ikut berputar. Air mata itu turun tanpa bisa dicegah.
"Anak sialan! Dari dulu kau sudah bawa sial! Dan sekarang punya anak? Benar aku bilang apa? Dia sudah ngangkang ke semua laki-laki. Pasti dia tak tahu siapa laki-laki yang hamili dia!"
Delisha menunduk dan menangis dengan tersedu-sedu, hatinya selalu sakit jika dikatai murahan seperti itu karena dia merasa dia bukan seperti yang orang-orang bilang.
"Usir aja, Pa! Hanya jadi benalu! Bikin malu keluarga! Coret dia dari Kartu Keluarga. Anak tak guna!"
Cacian itu terus dilontarkan, membuat Delisha hanya mampu menangis.
"Coba dekat sini dulu." perintah Ayah Delisha. Gadis itu berjalan menunduk dengan menggunakan rambut untuk menutupi wajahnya. Dia tak sanggup melihat tatapan bengis dari orang-orang di sekitarnya sekarang.
Delisha terduduk di lantai dan berlutut.
"Ahhhh!" Ia memekik kesakitan saat merasakan jari tangannya dipijak. Meisha yang menginjak jari tangannya dan melihat Meisha melihat dirinya dengan tatapan jijik.
"Sampah!"
"Lisha! Apa semuanya benar?"
"Buka aja bajunya tuh! Kalau dilihat juga udah bolong semua tuh."
"Kau melahirkan di mana coba? Apa jangan-jangan dia melahirkan di kebun pisang?" tuduh Geisha. Delisha hanya sanggup menangis, ia yang merasa cukup berani untuk mengahadapi mereka nyatanya tidak bisa!
"Orang kayak gini, halal darahnya dibunuh!" Delisha langsung menengadah ke atas saat merasakan rambutnya ditarik begitu kuat bahkan hampir mau lepas. Saat-saat seperti ini, keinginan untuk bunuh diri itu semakin besar. Mereka yang buat dirinya hancur, berasal dari keluarga ini yang membuatnya hancur berantakan.
Air mata itu terus menetes, bahkan Delisha merasa ia mengeluarkan air mata darah sekarang. Hatinya sakit luar biasa dan sekarang pasti bernanah.
Hatinya makin hancur saat dia diludahi. Bahkan binatang saja tidak pantas dilakukan seperti ini.
Delisha hanya mampu menutup matanya, merasa putus asa dan ingin dicabut nyawanya oleh malaikat maut. Delisha ia mati mendadak sekarang. Kenapa? Kenapa harus seperti ini? Jika berhadapan dengan para iblis ini ia selalu jadi yang terlemah dan orang yang paling buruk di mata mereka.
"Ahhhhhh!" Delisha memekik kesakitan saat bajunya disobek dan payudaranya ditekan paksa hingga mengeluarkan ASI. Payudara yang tersenggol tak sengaja saja rasanya bikin ngilu dan berdenyut tak henti dan sekarang? Delisha mau mati saja rasanya.
"Kau bagaimana mungkin, berpikiran dan punya anak? Kau pikir punya anak itu mudah? Punya anak itu tidak segampang kau buka baju dan ngangkang buat semua laki-laki. Bukan begitu jalang kecil!" Kepala Delisha yang tadinya ditarik dan dijambak sekarang didorong hingga ia terjatuh ke lantai. Tak usah lagi digambarkan bagaimana hancurnya perasaan Delisha sekarang. Merasa tak gun, merasa kecil, merasa gagal, merasa sia-sia dia hidup. Semua hal ini membuat dia ingin mengakhiri hidupnya.
"Anak sialan! Mati aja kau!" Delisha tak sempat berteriak saat tulang ekornya ditendang. Dia benar-benar tidak akan memaafkan mereka.

Komento sa Aklat (373)

  • avatar
    argariniratih pangestika

    novel nya bagus. banyak sekali pelajaran yg kita ambil dari kisah novel ini. miriss memang dengan anak muda jaman sekarang, semoga anak anak kita dan para remaja lainnya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. sangat disayangkan masa depan mereka harus hancur karna salah pergaulan.

    29/12/2021

    Β Β 0
  • avatar
    SunifaMiftakhul

    ah aku seneng banget cerita ini😍

    05/08

    Β Β 0
  • avatar
    YunusAshar

    Keren Kak, lanjutkan

    04/08

    Β Β 0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata