logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 45

Delisha mendekati Nenek Ayden yang baru selesai memandikan bayi merah itu dan Ayden belum pulang.
"Ini kalian sudah kasih nama?" Delisha menggeleng dan takut jika nenek ini murka karena mereka hanya pandai melakukan dan tak tahu apa-apa.
"Kasih nama dia Cheryl. Cheryl itu nama Tante Ayden yang sudah meninggal." Delisha langsung suka dengan namanya. Cheryl.
"Dulu, Nenek punya anak sangat cantik. Dia anak kesayangan semua orang, anak bungsu tapi karena ada penyakit dia hidup tak lama. Anaknya cantik, pintar, cepat dewasa. Namanya Cheryl Anastasia." Delisha hanya diam, dan melihat bayinya yang tertidur pulas di sana.
"Perih kan? Nanti kita ke dokter. Nanti mandi pakai air hangat, kalau mau cebok juga pakai air hangat." Delisha lagi-lagi menunduk. Merasa bersalah, merasa malu, semua perasaan negatif merasuk ke dalam pikirannya, perasaan rendah diri, merasa hina. Dan perasaan ini Delisha yakin akan terus menghantui dirinya entah sampai kapan.
"Air susunya belum keluar ya? Nanti sering makanan berkuah, biar BAB nggak keras karena masih sakit juga kan? Perih kan?" Delisha melirik bayi merah itu, yang tertidur dengan tubuh serba merah. Tubuh Delisha mendadak merinding, itu anaknya! Dia punya anak! Berkali-kali gadis malang ini mensugesti dirinya jika ia punya anak sekarang tapi saat melihat bayi mungil itu lagi Delisha masih belum percaya.
"Ini susunya benar atau nggak. Tapi coba aja ya, Nek." Ayden masuk dengan membawa banyak belanjaan. Nenek Ayden mengambil susu dan botol ASI kecil yang Ayden beli juga. Wanita itu merebus air panas, dan merebus botol itu terlebih dahulu.
Delisha hanya berdiri di ranjang. Saat Ayden naik ke atas ranjang dan mencolek pipi bayi merah itu.
"Dia lucu, merah, ya ampun kecil bangat." Ayden memeriksa kepalan tangan bayi merah itu dan masih tak percaya melihat makhluk merah itu. Dada Ayden membuncah, ia jadi ayah. Seorang ayah di usia semuda ini. Satu langkah telah mereka lewati dan masih banyak rintangan ke depan.
Ayden berbalik ke arah Delisha yang masih mematung di sana. Laki-laki itu tersenyum walau Delisha hanya membalasnya datar. Laki-laki itu turun dan mendekati Delisha.
"Terima kasih." ucap Ayden sambil memeluk Delisha. Laki-laki itu ingin berterima kasih karena sudah mau bertahan, terima kasih mereka sudah sampai sejauh ini. Mereka memang masih sama-sama bodoh, tapi keduanya akan terus belajar bagaimana menjadi orang tua di usia super muda.
๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ
Baby Cheryl tidur. Bayi itu sudah dimandikan lagi dan diberi susu yang Nenek Ayden berikan, dan begitu lahap, mengingat sudah keluar beberapa jam tapi belum menyentuhnya makanan.
Sekarang sudah malam, Ayden dan Delisha menginap di rumah Nenek Ayden, sekalian mereka belajar bagaimana mengurus anak dan bersembunyi untuk sementara waktu.
Orang tua Ayden sudah tahu kabar anaknya di mana, dan mereka belum mengambil tindakan. Biarkan Ayden menyelesaikan masalah ini terlebih dahulu.
Ayden dan Delisha duduk di meja makan makan malam, Delisha disuruh makan banyak dan makan yang berkuah agar air susunya cepat keluar. Entah bagaimana malam pertama Delisha dengan bayi baru. Sebenarnya miliknya di bawah terasa begitu perih, bahkan untuk bergerak bebas saja rasanya seperti tersayat-sayat tapi Delisha menahan dirinya. Tak boleh cengeng, tak ada manja, karena hidupnya memang tak ada yang peduli padanya.
Delisha makan rebusan soup daun kelor yang dipercaya bisa membuat air susu mengalir lancar. Gadis itu hanya memakan nasi satu sendok dan soup satu mangkuk yang berisi jagung manis, wortel, dan banyak isian soup di dalamnya. Ayden makan dengan begitu lahap, kelaparan tentu saja banyak mengurus bayi dan seperti memang tak mudah, karena ia juga baru belajar.
Nenek Ayden menjaga Baby Cheryl, walau bayi merah itu terus tidur.
"Kata Nenek udah kasih nama?" Delisha menyimpan tongkol jagung di sebelahnya menjilati tangannya dan menatap Ayden yang menunggu jawabannya.
"Sudah!" putus Delisha.
"Namanya Cheryl?" Delisha hanya mengangguk. Selama ini dirinya memang tak pernah memikirkan nama anak, terlalu banyak hal yang membuatnya pusing hingga hal-hal seperti ini tak ia hiraukan. Bahkan tak menyoalkan pakaian bayi, padahal Delisha sudah tahu apa saja yang harus dipersiapkan menyambut kelahiran. Tapi karena rasa takut dan was-was membuat dirinya abai dengan hal-hal seperti itu.
"Nanti malam kita jaga sama-sama. Kamu juga harus banyak tidur, banyak istirahat aja. Untuk cuci baju aku bisa cuci baju." Delisha hanya diam. Ia tak tahu, tidak mungkin selamanya dia berada di rumah ini. Rasanya memang nyaman karena Nenek Ayden begitu baik, tapi hati manusia siapa yang tahu, bisa saja wanita tua itu capek dan mengusir Delisha dan anaknya.
Kedua remaja itu makan dengan diam, saat isi kepala mereka memikirkan banyak kemungkinan yang pasti bukan masalah sepeleh seperti masalah anak-anak remaja seumuran mereka, keduanya punya tanggung jawab besar sekarang.
"Oh iya, tadi kata Nenek kamu harus mandi air hangat terus ya. Kamu bisa pakai ember kecil dan setel air di shower. Apapun kata Nenek, ikutin aja ya. Kita nggak tahu, jadi Nenek lebih tahu mana yang terbaik." Tiba-tiba Delisha merasakan payudaranya sakit, apa mungkin air susunya akan keluar?
Delisha diam dan menekan air susunya saat merasakan bajunya telah basah, tapi gadis itu hanya diam.ย  Dan saat akan mengemas semua piring bekas makan, Ayden mencegahnya membiarkan ia yang berkerja.
Dengan langkah gontai yang jelek, Delisha menuju kamar yang dikhususkan buat dirinya dan Baby Cheryl. Gadis itu langsung tersenyum saat melihat bayi itu tertidur di tengah tempat tidur dengan banyak kain yang membungkus tubuhnya.
Delisha tak tahan, naik ke atas ranjang dan mencium pipi merah bayi itu yang tak sadar sama sekali. Delisha masih ingat payudaranya masih terasa berdenyut sekarang, Gadis itu mencoba mengeluarkan payudaranya dan mendekatkan ke mulut Baby Cheryl dan benar saja, bayi yang tertidur pulas itu seperti tahu itu sumber makanannya. Terasa geli, malu, semua rasa aneh menyerang dirinya saat ia sadar sudah menjadi seorang ibu. Semua kegundahan yang ia rasakan hanya bisa ia salurkan lewat senyuman itu.
"Udah air susunya?" Delisha hanya menatap Ayden diam.
"K-kamu ngapaian?" tanya Delisha gugup, saat Ayden juga naik ke atas ranjang di sebelahnya bahkan sekarang perutnya terekspos karena kaus yang ia pakai diangkat hingga lehernya. Delisha berusaha menutupi perutnya, walau ia yakin Ayden tak terpengaruh dengan semua ini dan Ayden sudah melihat seluruh tubuhnya.
"Kita tidur satu kamar. Biar aku juga bisa ngawasin Cheryl." Delisha hanya merengut kesal tapi membiarkan laki-laki itu berbaring di sebelahnya.

Komento sa Aklat (373)

  • avatar
    argariniratih pangestika

    novel nya bagus. banyak sekali pelajaran yg kita ambil dari kisah novel ini. miriss memang dengan anak muda jaman sekarang, semoga anak anak kita dan para remaja lainnya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. sangat disayangkan masa depan mereka harus hancur karna salah pergaulan.

    29/12/2021

    ย ย 0
  • avatar
    SunifaMiftakhul

    ah aku seneng banget cerita ini๐Ÿ˜

    05/08

    ย ย 0
  • avatar
    YunusAshar

    Keren Kak, lanjutkan

    04/08

    ย ย 0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata