logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Si Kecil yang Imut

Semakin hari si kecil semakin menggemaskan. Ia tumbuh seiring detakan jarum jam yang selalu setia menemani waktu. Pipinya tembem. Bola matanya bulat. Raut wajahnya unyu-unyu. Setiap orang yang melihat ingin sekali mencubitnya penuh manja. Semua tetangga sangat terpana memandang si kecil berkulit hitam manis itu. 
Gadis-gadis desa selalu berebutan untuk menggendongnya. Ketika Aminah hendak ke pasar, mereka selalu mengatakan agar si kecil ditinggalkan saja dengan mereka. Mereka siap menjadi pelayan bagi anak kecil yang sangat imut itu. Keluarga dekat Aminah maupun Hasan juga tidak ketinggalan turut memperebutkannya. Tidak jarang anak itu mereka bawa ke rumah masing-masing. Mereka manjakan di sana. Mereka beri makanan yang enak-enak.  
 “Imut banget, anak siapa ini ?” ungkap seorang gadis yang sedang lewat di halaman rumah Hasan. 
Ia pegang pipi tembem si kecil. Sesekali terdengar kata-kata gemes yang ia ucapkan ketika sedang melihat anak yang imut itu.
“Mak, Mak, Mak” terdengar suara si kecil ketika sedang melihat gadis itu.
“Sayang sudah mulai bisa ngomong ya. Emak di situ lagi menjemur pakaian”
 “Itu kakak sayang” ujar Aminah kepada buah hatinya. “Nia, mau kemana ?” Aminah melanjutkan perkataannya ketika menyapa perempuan yang sedang mengenakan baju berwarna kuning itu.
“Mau ke pasar Bu. Ngomong-ngomong nama si kecil siapa Bu ?”
“O, Ahmad Hidayat. Memang kenapa Nia ?”
“Gak ada Bu. Cuma nanya aja. Anak ibu imut banget”
***
Perempuan paruh baya itu menghampiri si kecil. Dia datang dari arah barat. Di sebelah kanannya ada seorang gadis cilik berumur enam tahun. Perempuan itu tampak memegang tangan gadis cilik itu. Wajah gadis cilik itu terlihat manyun. Entah apa masalah yang sedang menggrogotinya. Tidak mungkin gadis sekecil itu sudah mengemban sebuah masalah. Mungkin hanya saja ada sesuatu yang ia inginkan belum dituruti oleh emaknya.
“Aminah, sedang apa ?” ujar perempuan yang menjelma dari arah barat tadi.
“Lagi menjemur pakaian Kak, ada apa Kak ?”
“Ini si Zahra, katanya mau jemput si dedek. Dari tadi dia buncut ”
“O, Zahra mau jemput si dedek ya. Itu dedeknya” sahut Aminah kepada gadis cilik yang sedang bermuka manyun itu.
“Dedek, dedek” terdengar suara Zahra ketika menyapa si kecil. 
Si kecil hanya senyum-senyum manja saja melihat sepupunya Zahra yang sedang mencoba mengajaknya bicara. 
“Kakakakaka” tiba-tiba terdengar suara imut si kecil
“Mak, dedek bilang kakak” ujar Zahra kepada emaknya.
“Iya si dedek senang melihat kakaknya, katanya kakak Zahra jangan menangis lagi ya” jawab emaknya.
“Zahra sedang apa ?” ujar Hasan, tiba-tiba muncul dari dalam rumah.
“Lihat dedek” jawab Zahra dengan polos.
“Ini Hasan, si Zahra tadi menangis di rumah. Katanya mau lihat si dedek” sahut perempuan itu kepada Hasan, saudara laki-lakinya.
Emak Zahra merupakan saudara perempuan kandung paling baik bagi Hasan. Sedari ia kecil, perempuan itulah yang paling pengertian kepadanya. Berbeda dengan dua saudara perempuannya yang lain, yang kurang pengertian kepadanya. Waktu Hasan berusia lima tahun, kakaknya yang bernama Rahma inilah yang selalu menggendongnya ketika mereka pergi ke sawah. Ibunya pada saat itu menggendong adik Hasan yang berusia tiga tahun. Kakaknya ini sudah dikaruniai tiga orang anak. Zahra merupakan anak yang paling kecil. Suami Rahma adalah seorang tenaga pendidik di salah satu sekolah dasar. 
“Mak, dedek kita bawa ya” ujar Zahra
“Coba tanya paman, boleh gak si dedek di bawa ke rumah”
Anak itu menatap pamannya dengan pandangan sayu. Kepolosannya sebagai anak-anak tampak lewat mimik wajahnya yang perlahan sendu. Hasan tersenyum manis membalas pandangan gadis cilik itu. 
“Zahra mau bawa dedek ke rumah ya ?” tanya Hasan.
Gadis cilik itu menganggukkan kepala dan tertunduk malu.
“Si dedek mau gak, coba tanya dedek”
“Dedek ikut ke rumah kakak ya”
Si kecil hanya senyam-senyum saja memandang kakak kecilnya yang masih sangat polos itu.
“Si dedek, mau ikut gak sama kakak-kakak ke warung” ujar tiga orang gadis yang singgah sejenak ketika hendak ke warung.
“Dedek mau dibawa Zahra ke rumahnya kakak-kakak” ujar Hasan tuk menenangkan Zahra.
“Kasihan dedek gak jadi bisa ikut ke warung. Kakak-kakak ini tadi sudah ada niat mau beli kerupuk sama dedek” sahut gadis-gadis itu.
“Lain kali saja kakak” jawab Hasan.
“Kalau begitu, kakak-kakak pergi dulu ya dedek”
“Silahkan Zahra sekarang bawa dedek sebelum nanti kakak-kakak itu datang lagi” sahut Aminah.
Zahra tampak sangat senang ketika berhasil membawa si kecil ke rumahnya. Ia menawarkan berbagai macam makanan yang enak setelah sampai di rumah. Ia manjakan si kecil seperti adik kandungnya sendiri. Hatinya girang tak terkira saat bermain-main dengan si kecil yang imut itu.
Bersambung.....

Komento sa Aklat (65)

  • avatar
    Ardnsyhh Mrf

    begitu lah perjuangan seorang ibu yang selalu nyiapin apa saja untuk keluarganya

    09/08/2022

      0
  • avatar
    Rava Arrafi Setiawan

    Saya tidak mencapai apa-apa hari ini. Tidak ada satu hal pun yang produktif. Tapi aku bergaul denganmu, jadi, ya, hari ini bagus.🎉aku mau diamond ff geratis ff max

    12h

      0
  • avatar
    tasnimputeri

    👍👍

    4d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata