logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Jalan Impian

Jalan Impian

Mustopa Kamal Btr


Dilahirkan Bange

Desa berpenduduk seratus tujuh puluh kepala keluarga itu memancarkan kebersahajaan. Pepohonan mahoni tumbuh berjejer di sepanjang kiri dan kanan jalan rayanya. Dedaunan pohon yang tumbuh subur itu, sesekali berguguran ke tanah ditiup angin, sehingga setiap hari akan tampak beberapa warga yang selalu setia tuk membersihkannya.
Pohon-pohon kelapa berdiri mencakar langit di sekeliling pemukiman. Daun dan lidinya tak pernah letih menari-nari di atas awan. Di tengah-tengah pepohonan kelapa itu, tumbuh beberapa pohon pisang. Sebagian ada buahnya yang sudah menguning, pertanda ia sudah ikhlas tuk ditebang tuannya, ada juga yang masih hijau pertanda ia belum mau berpisah dari pohon yang telah melahirkannya.
Rumah-rumah tampak tersusun rapi. Ada rumah panggung, dinding dan lantainya terbuat dari papan. Rumah itu mengisyaratkan bahwa pemiliknya adalah keluarga dari ekonomi kelas bawah. Ada rumah setengah beton, dindingnya masih berupa batu bata dan belum disemenisasi. Biasanya, rumah seperti ini kelak akan direnovasi kembali agar tampak bagus. Pun begitu, rumah setengah jadi ini sama saja seperti rumah yang telah selesai pembangunanannya, hanya saja jika dipandang agak sedikit terkesan kurang elegan. Pemilik rumah seperti ini merupakan dari kalangan ekonomi menengah. Selain itu, tampak juga beberapa rumah mewah yang dilapisi granit. Di halamannya terdapat taman berukuran mini yang ditata sedemikian rupa. Di taman itu tumbuh berbagai jenis bunga-bungaan yang membuat setiap orang akan terpana ketika memandangnya. Biasanya rumah seperti ini adalah milik para penduduk dari keluarga ekonomi kelas atas.
Walaupun rumah-rumahnya tampak berbeda, namun semua penduduk yang tinggal di desa itu merasa sama. Sama-sama berasal dari satu lelulur. Sama-sama masih memiliki hubungan persaudaraan. Sama-sama mempunyai adat, budaya dan bahasa yang tak sedikitpun berbeda.
Desa itu bernama Bange. Sebuah desa yang masuk ke dalam teritorial kecamatan Bukit Malintang. Letaknya persis di tepian Jalan Lintas Sumatera, tanah Mandailing. Desa itu sangatlah transfaran kepada peradaban. Ia tidak ketinggalan tuk berpacu dengan desa-desa di sekitarnya demi kehidupan yang lebih maju.
***
Burung-burung camar mulai berterbangan melintasi atap-atap rumah. Makhluk-makhluk bersayap itu berbondong-bondong melintasi jagat raya di pagi buta. Mereka selalu tampak mendahului manusia dalam hal mencari rezeki. Entah kenapa demikian. Mungkinkah karena memang sudah menjadi kebiasaan mereka setiap harinya ?. Atau karena kesibukan mereka tidak sama dengan kesibukan manusia pada umumnya ?. 
Bisa jadi, burung-burung itu bisa cepat pergi mengais rezeki karena mereka tidak pernah melakukan pekerjaan menanak nasi, memasak gulai, mencuci piring, mempersiapkan keperluan anak sekolah sebagaimana rutinitas yang harus dikerjakan manusia setiap paginya.
Bentang sawah di pinggiran desa sudah bersiap-siap menyambut para tuannya yang akan segera menghampiri mereka. Padi-padi di sawah itu terlihat sangat indah. Mereka berbaris rapi bak pasukan militer yang sedang mendengarkan arahan dari komandannya. Pakaian hijau yang sedang mereka kenakan memberikan keteduhan tersendiri bagi siapa saja yang menjumpainya. Dedaunannya tampak bermandikan air embun yang mengalir dari langit, walaupun begitu, mereka tetap ceria, mereka masih bisa menari-menari bersamaan dengan dentingan nada semilir angin pagi hari.
Anak-anak di setiap rumah bersiap-siap ke sekolah. Sesekali mereka menanyakan peralatan sekolah yang menghilang setelah libur di hari minggu kemarin. Sambil mengemas peralatan yang akan dibawa ke sawah, perempuan-perempuan perkasa terlihat selalu siap melayani keperluan anak-anak masa depan yang hendak pergi menimba ilmu itu.
Sebagian penduduk sudah lalu-lalang di jalan setapak menuju sawah. Ada yang jalan kaki dengan menggendong anak kecil dan membawa cangkul di tangan kirinya. Ada pasangan suami istri yang memakai sepeda angin serasa hendak menuju ke surga tanpa sedikit pun rasa susah dalam hati keduanya. Ada juga yang memakai sepeda motor dengan membonceng istri dan kedua anaknya. Wajah mereka semua tampak berseri-seri, menyimpan sebuah harapan besar.
Para petani itu berharap sawah yang mereka garap mampu memenuhi kebutuhan hidup dan menutupi biaya sekolah anak-anak mereka di kemudian hari. Mereka tidak pernah meminta lebih. Cukup untuk makan dan biaya anak sekolah saja, mereka sudah sangat bersyukur.
Sebagian kaum bapak masih saja terlihat nongkrong di warung kopi. Entah apa saja yang selalu mereka bicarakan setiap hari di tempat berbarisnya bangku-bangku dan meja itu. Mereka terkadang tidak peka terhadap istri-istrinya di rumah, yang dari selepas shalat subuh sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan anak ke sekolah, keperluan ke sawah, ke ladang dan lain-lain. Mereka mungkin tidak pernah mendongakkan kepala ke arah langit pagi hari, sehingga mereka tidak pernah melihat burung-burung yang berpasangan bahu-membahu menuju tempat mengais rejeki.
***
Tidak seperti rutinitas di setiap rumah pada umumnya, rumah panggung beratap seng di sudut desa itu tidak menunjukkan aktifitas sama sekali. Tidak ada sedikit pun pertanda tuk bersiap-siap pergi ke sawah atau ke ladang. Pintu rumahnya yang sudah mulai usang dimakan masa itu tampak menganga bak istana yang siap menunggu kehadiran tamu-tamu kehormatan. Sesekali ada beberapa orang keluarga terdekatnya mondar-mandir ke dalam rumah. Entah apa yang sedang terjadi di dalamnya.
Rumah itu dihuni oleh Hasan dan istrinya, Aminah. Sepasang suami istri itu menikah satu tahun silam. Mereka tergolong dari keluarga ekonomi kelas bawah. Rumah yang mereka tinggali sekarang ini merupakan milik seorang tuan tanah. Mereka menyewanya dengan sistem bayar pertahun.
“Owek, owek, owek” terdengar tangisan bayi dari rumah panggung yang dihuni keluarga Hasan.
“Bayinya laki-laki” ucap seorang perempuan paruh baya yang membantu proses kelahiran bayi itu.
“Alhamdulillah” sambut seorang perempuan yang masih terbujur lemah di ranjang setelah melewati proses kelahiran yang sangat rumit.
“Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah selamatkan istri dan anakku” jawab laki-laki yang telah lama menantikan kelahiran bayi pertama mereka.
Setelah selesai dimandikan, bayi itu masih saja terdengar menangis. Hasan berusaha meredam tangisannya namun tidak berhasil. Bayi itu seolah tidak ingin terlahir ke dunia. Entah karena ia tidak ingin terlahir di tengah keluarga petani. Entah karena ia tidak ingin terlahir sebagai orang desa. Entahlah apa yang menjadi penyebab jerit tangis manusia kecil tak berdosa itu. Jari jemari tangannya mengepal. Kepalan tangannya itu seolah ingin menunjukkan kekuatan. Mungkin kelak ia akan menjadi manusia yang kuat, kuat bekerja, kuat belajar ataupun kuat beribadah.
“Kelihatannya dia sudah mulai diam Bang” ujar Aminah kepada suaminya.
“Iya Dek. Abang adzankan sekarang ya”
“Iya Bang, silahkan”
Tubuh bayi itu gemetar mendengar kalam tuhan yang dikumandangkan di telinganya. Ia seolah paham maksud dari kalimat berbahasa Arab itu. Kata demi kata seolah ia hayati maknanya. Mutiara kata tuhan yang disenandungkan ayahnya itu memberikan ketenangan dalam relung hatinya yang paling dalam.
Kebahagiaan tak henti masih terpancar dari raut wajah Hasan dan Aminah atas kelahiran putra sulung mereka itu. Walaupun mereka adalah orang tak berpunya, namun pada hari ini seluruh kebahagiaan serasa milik keduanya. Sungguh kebahagiaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tak bisa diukur dengan uang. Kini, jumlah keluarga kecil mereka pun bertambah menjadi tiga orang, setelah kehadiran bayi mungil yang dilahirkan tanah Bange itu.   
Bersambung......

Komento sa Aklat (65)

  • avatar
    Ardnsyhh Mrf

    begitu lah perjuangan seorang ibu yang selalu nyiapin apa saja untuk keluarganya

    09/08/2022

      0
  • avatar
    Rava Arrafi Setiawan

    Saya tidak mencapai apa-apa hari ini. Tidak ada satu hal pun yang produktif. Tapi aku bergaul denganmu, jadi, ya, hari ini bagus.🎉aku mau diamond ff geratis ff max

    1d

      0
  • avatar
    tasnimputeri

    👍👍

    5d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata