logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Hurt and Love

Setelah satu minggu berada di Jakarta, Maya, Raja dan Abimanyu berangkat ke Bali. Mereka melanjutkan perjalanan wisata ke pulau Dewata yang telah dikenal dunia.
Sebenarnya Maya merasa tidak nyaman pergi ke mana-mana bertiga. Tapi apa boleh buat, karena perjalanan ini juga dalam rangka bekerja dan rekannya saat ini adalah Abimanyu. Pria itu yang membantu Maya menulis artikel yang harus dikirim setiap minggu.
Perusahaan tempat Maya dan Abimanyu bekerja, berada di bawah naungan grup yang sama, Star Group. Perusahaan ini tidak hanya bergelut di bidang media cetak saja, tetapi juga media televisi.
Satu minggu lagi Star Group akan merayakan ulang tahun ke dua puluh di Bali, oleh sebab itulah pulau itu yang menjadi destinasi kedua setelah Jakarta.
Satu minggu berada di Indonesia, Maya mulai bisa beradaptasi. Meski untuk selera makan masih belum familiar dengan masakan Indonesia, tapi ia mulai merasa nyaman dengan keramahan orang Indonesia.
Pesawat telah mendarat di Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar - Bali. Aroma eksotika pulau Dewata sudah mulai tercium. Pulau ini telah mendunia dan terkenal ke seluruh negara di belahan dunia. Orang asing lebih mengenal Bali dibandingkan Indonesia.
Setelah mengambil bagasi, mereka langsung menuju mobil yang telah menunggu di parkiran bandara. Kendaraan roda empat itu segera melaju menuju hotel yang telah dipesankan untuk mereka. Sebuah hotel yang terbilang mewah terletak di kawasan Kuta. Setelah check-in mereka segera menuju kamar masing-masing.
Maya membuka kamarnya. Begitu sampai di dalam, ia membuka tirai penutup yang terletak di dekat balkon. Terlihat laut yang indah berwarna biru.
Hotel ini berlokasi dekat dengan pantai Kuta, sehingga tamu bisa dengan mudah menikmati keindahan pantai.
Wanita itu membuka pintu menuju balkon untuk melihat dengan jelas keindahan alam yang terpampang di hadapannya. Laut biru dengan ombak yang berkejaran menuju bibir pantai.
“Raja, ayo sini!”
Dia memanggil Raja. Bocah itu menghentikan aktivitas menyalakan televise, lalu berjalan ke arah ibunya.
“Lihatlah pantai itu, indah bukan? Lautnya biru. Itu warna kesukaan kita,” cetus Maya sambil memeluk Raja.
“Ini salah satu pantai terindah yang ada di pulau Bali.”
Tiba-tiba terdengar suara dari balkon sebelah. Maya mencari sumber suara itu dan mendapati Abimanyu sedang menyengir di balkon sebelah.
“Kita bertetangga,” cicit Abimanyu.
“Paman, apa kita bisa bermain ke pantai itu?” tanya Raja antusias.
“Tentu, besok sore kita akan jalan-jalan ke pantai itu untuk melihat matahari terbenam,” seru pria itu tersenyum.
Semakin lama, Abimanyu merasa semakin menyayangi bocah malang itu. Dia ingin selalu berada di dekatnya.
“Sekarang istirahatlah, sudah sore. Jangan sampai kamu lelah. Karena perjalanan kita masih panjang.”
Abimanyu mendongakkan kepalanya agar bisa melihat Raja di balkon sebelah.
Setelah perbincangan singkat itu mereka kembali masuk ke kamar masing-masing.
***
Malam hari saat Raja tengah tertidur lelap, Maya menerima sebuah telepon dari nomor yang tidak dikenal. Dia tampak mengerutkan kening, karena tidak tahu siapa yang menghubungi. Panggilan terputus. Beberapa menit kemudian nomor itu menelepon lagi.
“Halo siapa ini?”
Dia menyapa dalam bahasa Hindi, karena nomor yang meneleponnya berasal dari Mumbai.
“Kamu ada di mana sekarang?”
Terdengar suara bariton yang amat dikenalnya. Pria yang selama ini menelantarkan dirinya dan putranya.
Maya tidak menjawab. Dia bergegas menuju balkon, karena khawatir Raja terbangun dan mengetahui ayahnya menelepon.
“Kenapa kamu diam saja? Kamu ada di mana sekarang?!”
Suara itu kembali terdengar.
“Aku sedang dalam perjalanan kerja,” jawabnya singkat.
“Di mana?!!” tanya orang itu dengan suara meninggi.
“Di mana pun aku, apa pedulimu?” Maya balik bertanya.
“Kamu masih istriku, Maya. Kamu tidak bisa pergi seenaknya. Mana Raja?”
Deepak makin meninggikan suaranya.
“Apa kamu bilang? Istrimu? Ke mana saja kamu selama ini? Ke mana saja saat anakmu membutuhkanmu?”
Suara Maya mulai bergetar, napasnya terasa sesak menahan amarah.
“Pernahkah kamu menanyakan bagaimana kabarnya selama ini? Apakah kamu peduli dengan Raja?”
“Aku tanya kamu sekarang ada di mana?!!”
Deepak mulai panas.
“Apa pedulimu? Apa, hah?? Kamu bahkan tidak mengucapkan selamat ulang tahun pada anakmu!!”
Akhirnya tangisan Maya pecah. Wanita itu mulai terisak dengan posisi tersandar di kaca jendela. Tubuhnya mulai beringsut turun dan kini terduduk di lantai.
“Aku mohon padamu jangan lagi mengganggu hidupku. Aku tahu kamu tidak mau menceraikanku, tapi aku mohon, biarlah aku bahagia dengan putraku dengan jalan seperti ini. Pergi saja kamu dengan wanitamu itu,” pinta Maya terisak di sela napas yang masih sesak.
Pria yang sedari tadi mendengar percakapan antara Maya dan suaminya, hanya bisa menatap iba. Dia memandangi sendu wanita yang sedang duduk meringkuk sambil menangis di balkon sebelah.
Beberapa saat kemudian Abimanyu hanya mendengar Maya menangis terisak dalam waktu yang lama.
“Kenapa kamu menghubungiku lagi di saat aku mulai menata kembali hidup dengan putraku? Aku hanya ingin bahagia. Itu saja yang kuinginkan,” isaknya pelan.
Tubuhnya berguncang karena tangisan. Ia menutup mulut dengan kedua tangan, agar tidak ada yang bisa mendengar tangisannya. Berkali-kali Maya menyeka air mata dengan punggung tangan.
Abimanyu hanya bisa menatap Maya dari kejauhan. Ingin rasanya menenangkan wanita itu. Yang dikatakan Raja memang benar, ayahnya menelantarkan dirinya dan ibunya bertahun-tahun. Dia jadi penasaran pria seperti apa yang tega menelantarkan istri secantik Maya dan putra sebaik Raja?
Maya masih mencoba menenangkan diri. Dia menghela napas, kemudian mengembuskannya perlahan. Wanita itu melakukannya berkali-kali.
Setelah merasa tenang, Maya kembali masuk ke kamar dan melihat Raja yang sedang tertidur pulas. Dia mengembuskan napas lega, karena anak itu tidak mengetahui ayahnya menelepon. Maya tidak ingin putranya mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Melihat Maya sudah masuk ke kamar, Abimanyu juga bergerak masuk ke kamarnya. Masih terngiang di telinga isakan Maya tadi.
Dia menyadari betapa tegarnya wanita itu. Maya bisa menutupi masalah besar yang dihadapinya, sehingga tidak ada yang tahu. Ternyata ia tengah menyimpan luka yang tidak bisa dijahit lagi.
***
Pagi hari Raja memandang ibunya dengan saksama. Bocah kecil itu melihat mata Maya yang sedikit sembab.
“Kenapa dengan mata Ibu?” Dia tampak penasaran.
Maya pura-pura melihat ke kaca, ternyata matanya masih sedikit bengkak karena menangis tadi malam.
“Ini? Mungkin karena Ibu tidur terlalu lelap tadi malam, jadinya sedikit bengkak,” jawabnya tersenyum tipis.
“Oooh, jadi kalau kita tidur nyenyak, mata bisa bengkak ya, Bu?”
Kembali Raja bertanya dengan polos.
“Tadi malam aku tidur nyenyak, tapi mataku tidak bengkak,” lanjutnya lagi.
Raja memang tipe anak yang pintar, sehingga dia selalu bertanya dengan detail tentang suatu hal.
“Ayo ke lobi, paman Abimanyu pasti sudah menunggu kita untuk sarapan.” Maya mengalihkan pembicaraan.
Mereka segera turun ke lantai satu untuk sarapan. Benar saja, Abimanyu telah menunggu mereka di depan Restoran hotel.
Melihat Maya dan Raja datang, Abimanyu tersenyum lebar. Dia pura-pura tidak tahu dengan apa yang terjadi tadi malam.
“Bagaimana tidurmu tadi malam? Nyenyak?” tanya Abimanyu sambil menggandeng tangan kecil Raja.
Raja mengangguk. “Nyenyak paman. Tapi kenapa mataku tidak bengkak seperti mata ibu ya?” ujarnya polos.
Abimanyu memandangi Maya dan melihat mata yang sedikit bengkak itu, tentu saja sisa dari tangisan semalam.
“Tidur nyenyak bikin mata bisa bengkak?” Kening Abimanyu berkerut.
Sejenak ia berpikir, barangkali itu yang dikatakan Maya kepada Raja saat anak itu melihat mata ibunya bengkak.
“Oya, mungkin karena masih kecil jadi matamu tidak bengkak seperti mata ibumu,” jawabnya asal.
Mereka kemudian menikmati sarapan yang sudah disediakan oleh pihak hotel. Setelah sarapan mereka memulai perjalanan berkeliling Kuta. Sebelumnya Abimanyu menelepon adiknya yang bekerja di salah satu perusahaan wisata di dekat daerah itu, untuk menjadi guide-nya selama berada di Bali.
Bersambung....

Komento sa Aklat (149)

  • avatar
    RosdianaDian

    bagus

    06/08

      0
  • avatar
    a******2@gmail.com

    ok good

    24/05

      0
  • avatar
    PratiwiWidya

    ceritanya bagus

    11/05

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata