logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Peringatan Kay Macsen

Beberapa hari kemudian, upacara pernikahan sudah dilaksanakan di gereja pribadi milik keluarga kerajaan di Kastil London, dan hanya dihadiri King William beserta ratunya, dan King Feredick VII dan putra mahkotanya. Axton tidak terlalu memedulikan upacara pernikahannya, yang terpenting pernikahannya sudah resmi. Dan tinggal mengadakan pesta agar pernikahan tersebut diakui para ton.
Pernikahan ini bukanlah akhir. Meski Liliane terlihat bahagia, dan Carloman Clovis Jullions terlihat lumayan menikmati pestanya, namun semua ini baru awal. Pertemuan Liliane dan Carl adalah medan persiapan, dan pernikahan ini adalah garis start-nya. Garis start dari kisah perjalanan seorang Lady. Lady Immaculada Crystaline Theodore, yang namanya sudah diubah jadi Immaculada Crystaline Jullions.
Axton memaksa Carl memberikan marganya pada Crystaline. Tentu saja ia tidak mau Crys-nya menyandang marga dari Theodore yang dianggapnya penghianat menjijikan.
Hubungan King William dan Brandon dulu sangat baik. Itulah sebabnya tidak sulit bagi Carl untuk berbaur dengan keluarga kerajaan. Terlebih, Leofric sang putra mahkota kerajaan juga salah satu temannya. Meski kedekatannya tidak sedekat Carl dengan Delvin dan Gerald. Semuanya menjadi mudah, pesta berlangsung sangat baik. Princess Adeline, yang akan bertunangan dengan Axton, juga di undang di pesta. Sang Princess hadir dengan kakak perempuannya, Princess Almeideline. Sehingga pestanya menjadi semakin menarik karena dihadiri beberapa anggota keluarga kerajaan.
Pestanya ada di aula utama kerajaan. Dan tarian cantik dansa sudah berlalu 30 menit yang lalu. King William juga mempersilahkan Axton menyambut para tamu. Dan rencananya, seusai para tamu bangsawan menikmati pestanya, hingga akhirnya pesta telah sepi, akan ada jamuan besar. Liliane dan Carl tentu hadir, mereka berdua pengantinnya.
Dalam pesta itu rupanya Carl sibuk menyambut para tamu. Terutama Princess Almeideline yang cantik terus-terusan mengajaknya berbasa-basi. Carl tidak menghindar, dia bahkan menerima ajakan Princess Almeideline untuk minum anggur seusai jamuan makan malam, Leofric menyetujui dan akan mengajak adik perempuannya. Sedangkan Liliane mencoba membaur dengan kalangan ton dibantu Axton, untuk membersihkan namanya.
Dan disinilah Crystaline. Dia masih di kamar, didandani oleh Rosemary. Dia duduk di depan kaca, menatap wajah tirusnya yang cantik, bola mata birunya bulat sempurna, hidungnya yang mungil dan mancung, rambut berwarna perak bergelombang yang halus, dan kulitnya yang seputih salju. Umurnya masih delapan tahun, tapi bentuk tubuhnya terlihat sangat berisi, berbeda dengan anak-anak lain. Terlihat dari pinggangnya berkelok langsing sempurna, dan bentuk buah dadanya yang sudah timbul menonjol. Gaunnya malam ini biru laut selutut dan tanpa lengan, tangannya dibalut sarung tangan biru sepanjang siku. Dan seorang pelayan muda sedang membuka kotak kaca berisi mahkota mini yang cantik, hadiah dari Ratunya King William. Mahkota itu diserahkan pada Rosemary dengan hati-hati, kemudian disematkan di rambut Crystaline.
Umur Crystaline memang baru delapan tahun. Tapi para ton mengakui kecantikannya yang luar biasa. Liliane, ibunya, juga memiliki rambut perak yang sama. Tapi wanita itu malah terlihat seperti wanita paruh baya beruban. Tapi Crystaline berbeda, kecantikannya seperti menyaingi Dewi Aphrodite, bola mata birunya seakan menyihir para bangsawan-bangsawan terutama bangsawan pria yang langsung mengaguminya. Dan yah, satu lagi... bentuk bibir seksi dan kecil tipis milik Crystaline juga sangat cantik. Bibirnya pink walau tanpa lipstik. Benar-benar luar biasa. Walau begitu, sikapnya berbalik dengan kecantikannya.
Xavier sang ayah dulu, kerap membelanya walau Crystaline terbukti bersalah. Hal yang sama dilakukan oleh Axton pamannya. Membuat Crystaline tumbuh menjadi egois, dan kekanakan. Berbeda dengan para lady kecil lainnya, yang kelewat anggun. Sikap kekanakan itu terlihat dari bibir cantik Crystaline sekarang yang tidak berhenti mengomeli Rosemary.
"Ini salahmu, Rose!" bentak Crystaline setelah kira-kira kesembilan kalinya. "Kau tidak membangunkanku! Aku akan mengadukan ini pada Axton! Lihat saja nanti!" Crystaline memandang Rosemary sengit. Sedangkan wanita itu memasang muka bersalah sambil merapikan rambut perak milik Lady-nya.
"Pestanya pasti akan usai sebentar lagi," gumam Crystaline murung. Ia tak henti-hentinya memelototi Rosemary, sehingga wanita paruh baya itu mempercepat pekerjaannya dan segera mengantarkannya ke aula.
Crystaline berjalan keluar kamar dengan cepat, ia melewati lorong-lorong istana yang tampak ramai oleh lalu-lalang pelayan berseragam. Rosemary setia mengikuti Crystaline dari belakang. Di depan aula utama tampak kira-kira empat penjaga berjaga di depan pintu masuk. Rosemary meninggalkan Crystaline, tentu karena seorang pengasuh atau apapun itu selain pelayan yang bertugas dilarang masuk ke aula.
Crystaline mendengar seseorang mengumandangkan kedatangannya ketika ia memasuki aula. Sontak semua bangsawan menoleh. Kerumunan bangsawan membelah memberi jalan untuk lady tercantik di kalangan ton. Crystaline merasakan semua pandangan terpusat padanya, bahkan ia mendengar beberapa bisikan sengit. Tentu saja akan ada wanita-wanita bangsawan yang mungkin iri padanya, atau tidak suka pada ibunya. Tapi Crystaline tetap berusaha berjalan dengan anggun menuju dua singgasana raja di depan sana. Ini sangat susah, ia sudah berlatih berjalan dengan tumpukan buku di atas kepala kira-kira tiga kali setelah sarapan. Tapi biasanya ia datang ke pesta besar selalu digandeng oleh seseorang, oleh ayahnya misalnya, atau Axton kalau sedang berkunjung. Namanya bukan asing lagi, ia dikenal oleh banyak bangsawan dan tidak pernah satupun bangsawan menatapnya dengan tatapan biasa saja. Mereka selalu menatapnya penuh kekaguman, walau sudah sering bertemu sekalipun.
Gaun biru sepanjang lutut yang Crystaline gunakan berkilau tertimpa lilin-lilin penerangan yang banyak di aula tersebut. Terlihat Axton melintas diantara para bangsawan mendekatinya, kemudian menggandeng tangannya. Dan Crystaline langsung dibuat lega, perasaan groginya hilang.
Di depan sana tampak King William duduk di singgasana berdampingan dengan King Feredick VII. Tapi King William didampingi ratu dan selirnya. Wanita bergaun mewah keemasan, berambut hitam dan riasan menor, adalah selirnya. Sang Ratu adalah sosok perempuan dengan gaun berwarna hijau tua dan terlihat kalem, juga terlihat lebih tua dan berkeriput. Crystaline memberi salam dengan hormat. Axton juga melakukan hal yang sama. Dan dibalas anggukan oleh King William.
King William berdiri dan mendekati Crystaline dan Axton.
"Kami berpikir kau tidak datang," ucapnya dengan suaranya yang berat dan agak sayu. "Tapi syukurlah, dugaanku salah."
"Tentu saya datang, your majesty. Saya mengalami sesuatu dan terlambat, saya sangat menyesal."
King William tertawa kecil dengan suara beratnya. "Nikmati pestanya sebelum jamuan makan malamnya dimulai,"
"Your majesty, kalau begitu saya akan membawa keponakan saya berkeliling," ucap Axton meminta izin.
"Tentu, tentu," jawab King William riang kemudian Axton dan Crystaline memberi salam hormat lagi sebelum keduanya pergi meninggalkan King William dan lainnya.
"Adeline juga datang?" tanya Crystaline ketika ia berjalan diantara kerumunan bangsawan sambil menggandeng tangan Axton.
"Kenapa kau malah menanyakannya," jawab Axton ketus.
Crystaline cemberut. "Seharusnya ia bersamamu!"
"Dia sedang sibuk dengan tamu-tamu lainnya. Kau bisa bertemu dengannya saat jamuan makan malam nanti,"
Crystaline terlihat antusias meski tidak sempat merasakan dansanya. Padahal ia sudah berlatih bersama Xavier dulu, dan tidak sabar menerapkannya. Sayangnya ia terlambat, hanya karena tertidur bersama buku ceritanya. Axton membawanya ke depan meja panjang di tepi aula tersebut, yang penuh dengan sajian-sajian mewah.
"Makan atau minum sedikit tidak ada salahnya," ucap Axton sambil melepaskan Crystaline yang sedari tadi ia gandeng dengan gaya formal. "Aku harus mengenalkan ibumu ke beberapa orang. Dia harus membersihkan namanya,"
Crystaline mengangguk menurut.
"Anak pintar," Axton mengelus rambut perak Crystaline kemudian pergi.
Sajiannya banyak sekali. Kebanyakan yang ada di depan Crystaline adalah makanan penutup seperti kue jahe dilapisi krim vanila, ada pai apel yang diolesi madu, dan ada juga kue besar di tengah-tengah meja, kue berlapis-lapis menjulang tinggi yang membuat Crystaline bergairah ingin merobohkannya atau meraup kuenya dengan kelima jarinya. Sayangnya Crystaline tidak sedang ingin makan, maka ia menghentikan salah satu pelayan yang membawa nampan berisi gelas-gelas minuman. Crystaline meminta segelas wine non alkohol.
Tempatnya Crystaline berdiri agak jauh dari kerumunan. Crystaline dapat melihat mereka sangat berselera menyambut keluarga kerajaan yang hadir. Tapi tempat ia berdiri juga masih bisa menangkap apa yang para Lady bisikkan dibalik kipas mereka. Kebanyakan mencibirnya dan ibunya. Walaupun banyak yang menyukainya, tapi beberapa Lady rupanya mencibir pernikahan ini.
Seorang Lady : berambut pirang disanggul, bergaun kuning tua dengan hiasan renda aneh di dadanya, dan memakai sarung tangan putih pendek. Dia terlihat mencibir dibalik kipasnya. Matanya menyorot ke arah Liliane yang sedang didampingi Axton, sedang berbicara formal dengan sepasang suami-istri bangsawan.
Crystaline menaruh gelasnya pada nampan yang dibawa seorang pelayan yang kebetulan lewat di dekatnya. Ia menyapu pandangan ke sekeliling ruangan, sayang sekali tidak ada satupun orang yang ia kenal. Ia bermaksud mendekati seseorang agar bisa mencuri dengar apa yang mereka bicarakan tentang ibunya. Ia sangat penasaran, walau ia tahu perbuatannya keliru. Kemudian tatapan matanya bertemu dengan seorang anak laki-laki yang kelihatannya beberapa tahun lebih tua darinya, dia juga terlihat lebih tinggi, sedang berbicara dengan seorang wanita. Anak laki-laki itu menatapnya kembali seraya tersenyum dan mengangguk kemudian perhatiannya kembali pada wanita tersebut.
Crystaline tidak pernah melihatnya. Ia tidak bisa saja menghampirinya, tapi sayangnya ia tidak sedang didampingi orang lain. Karena seorang bangsawan tidak boleh memperkenalkan dirinya pada orang lain di sebuah acara formal, harus ada yang memperkenalkannya. Crystaline mendengus, apapun itu yang dibicarakan pada bangsawan, jelas-jelas seputar masalah pernikahan ini. Crystaline tidak tahu banyak tentang sebab-akibat pernikahan ini secara pasti. Tapi yang ia tahu, kepergiannya dengan ibunya meninggalkan ayahnya pasti jadi perbincangan panas para bangsawan.
Crystaline mengalihkan pandangannya, menatap kue-kue yang tersaji sambil menunggu berbunyinya dentang jam yang menunjukkan pesta telah usai. Sampai akhirnya ia mendengar suara langkah sepatu mendekat.
Crystaline tetap pada tempatnya, berpura-pura melihat-lihat sajian kue jahe yang menumpuk di depannya.
"Bosan dengan pestanya, ya?"
Crystaline melirik ke samping dan tersenyum sejenak sebagai jawaban, kemudian kembali fokus berpura-pura menatap kue-kue di meja. Dari sudut pandangan Crystaline, anak itu terlihat sedang menatap seseorang dengan penuh isyarat. Kemudian datang seorang pria muda menghampiri anak tersebut.
"Butuh sesuatu, my lord?"
"Satu gelas wine lagi, Lucan!" katanya.
"Baik, my lord. Saya akan menyuruh seseorang mengambilnya untuk Anda." Kemudian pria ini pergi.
"Jadi... " kata si anak laki-laki itu lagi. "Lady Jullions?"
Crystaline menatapnya dan sekali lagi mencoba tersenyum. Marga "Jullions" yang ia sandang terasa tidak enak baginya, ia terbiasa disapa "Lady Theodore" sebelum ini.
"Kalau begitu kita adalah saudara tiri, tidak perlu terlalu formal."
"Benarkah?" tanya Crystaline yang meninggalkan rasa canggungnya dan terbelalak antusias. "Oh—aku tidak menyangka Daddy Clovis ternyata sudah punya anak!"
Ia tertawa. "Anak?" katanya, masih sambil tertawa kemudian menyudahinya dan berkata, "Aku lebih memilih bunuh diri daripada menjadi anaknya."
Keantusiasan Crystaline memudar, ia tiba-tiba tersinggung dengan ucapan anak itu. Dan menyimpulkan pastilah anak itu juga sama tidak sukanya pada Carl. Mungkin karena Carl sedikit dingin dan tidak menyenangkan diajak bicara dengan siapapun.
"Tapi dia memiliki sisi baiknya sendiri!" sergah Crystaline memberi pembelaan. "Ia mengajakku melihat buku-buku miliknya di kamarnya waktu itu!"
Anak itu tertawa rendah dengan pandangan mencemooh. "Entah kau yang baik hati dan cantik atau terlalu dibodohi olehnya."
Crystaline langsung mengabaikannya dan kembali menatap kue-kue. Kali ini ia benar-benar mengambil piringan kecil dan mengambil satu potong kue jahe kecil kemudian meletakkannya di atas piringnya. Crystaline mencoba menyibukkan diri dengan memakan kuenya dengan anggun, sambil mencoba bersikap dingin seolah tidak ada siapa-siapa di sampingnya, berharap anak itu segera pergi. Carl memang agak tidak menyenangkan, tapi sesungguhnya anak itu lebih tidak menyenangkan. Entah kenapa ia tidak suka Daddy Clovis-nya dicibir seperti itu.
"Kay Macsen," ucapnya memperkenalkan diri.
Crystaline meliriknya sejenak sambil menaruh piring pada sebuah nampan penuh piring dan gelas kotor yang dibawa oleh seorang pelayan wanita yang kebetulan lewat di dekat mereka.
Tidak lama dari itu, seorang pelayan lain datang membawa nampan yang diatasnya ada dua gelas wine dan mempersembahkannya pada anak itu. Anak itu menyambar dua gelas wine dan memberikan satunya pada Crystaline. Crystaline menerimanya dengan enggan, kemudian mengalihkan pandangannya menatap kerumunan para bangsawan yang sedang berbaur satu sama lain sambil berbisik-bisik. Sedangkan anak itu, yang namanya ternyata adalah Kay, sedang menatap Crystaline dengan gelas wine di tangan kanannya.
"Terima kasih," katanya pada pelayan tersebut tanpa mengalihkan pandangannya dari Crystaline. Kemudian si pelayan berlalu pergi dengan sopan.
"Bukannya aku membenci Clovis-mu. Aku hanya tidak nyaman dengannya," ia menyesap wine-nya kemudian kembali menatap lekat pada wajah cantik Crystaline. "Kau akan mengerti setelah kau mulai tinggal serumah dengannya."
"Aku yakin dia orang baik, meski tidak menyenangkan diajak ngobrol," ucap Crystaline, masih keras kepala membeli pembelaan. Kemudian ikut menyesap wine di gelasnya.
"Dan menjadi saudara tirimu pasti rasanya sama tidak menyenangkannya!" cibir Crystaline.
Kay meneguk wine-nya lagi. Crystaline masih memandang ke arah para bangsawan di depan sana yang sedang menikmati pesta, tanpa mau menoleh pada Kay.
"Yeah—" desah Kay. "Seharusnya aku tidak bilang kalau kita saudara tiri. Aku baru menyadari itu tidak benar."
Crystaline menatapnya tanpa mau mengubah posisi tubuhnya. "Kenapa begitu?" tanya Crystaline bingung. "Oh, ya—aku paham," imbuh Crystaline ketika sudah mengerti kemudian kembali meneguk wine-nya.
Crystaline menoleh, menatap Kay penasaran."Apa karena kau membencinya?"
"Maaf?" Kay mengernyit tidak mengerti.
"Kau tidak menyandang marganya,"
Kay sontak tertawa. Tapi tawanya terasa seperti merendahkan, tawa mencemooh seperti tadi.
"Yah—" desahnya lagi. "Mungkin lebih tepatnya dialah yang membenciku, atau bahkan jijik."
"Kenapa dia harus membencimu?"
"Karena aku bukan siapa-siapa," sergah Kay. "Gelar ayah kami diturunkan pada kami, tapi apalah arti gelar itu. Gelar itu turun semata-mata karena kami menyandang marga ayah kami masing-masing. Tentu saja, apa peduli Carl tentang marga dan gelar ini! Toh, kami sudah tidak punya apa-apa lagi. Marga hanya sebatas kehormatan!"
Crystaline jadi iba padanya. Dan ia juga jadi bingung harus merespon bagaimana. Sejak awal ia merasa Kay tidak menyukai Carl, tapi Crystaline segera menghempaskan pikiran tersebut dan cepat-cepat berusaha berpikir positif.
"Kami siapa yang kau maksud?" tanya Crystaline hati-hati.
"Aku dan Flint. Tapi kadang aku menganggap Flint idiot karena terlihat baik-baik saja hidup dengan Carl. Lebih idiot lagi wanita yang mau dinikahinya. Dan ya—maksudku ibu kami—aku tidak membicarakan ibumu. Aku tahu Prince Axton pastilah dalang dibalik pernikahan ibumu dengan Carl."
Crystaline menghela napas. Bayangan ayahnya yang setiap malam membacakan cerita untuknya, mengajarinya berkuda, memberi pembelaan untuknya walau ia bersalah sekalipun, dan memberinya apapun yang ia mau, tiba-tiba muncul jelas di kepalanya. Dan rasa rindu itu menjeratnya lagi, dan terasa menyakitkan.
"Kutebak, kita bernasib sama. Maksudku—kehilangan sosok ayah,"
"Kau membuatku merindukan Dad," ucap Crystaline muram.
Tapi dengan menyebalkannya, Kay justru tertawa. Kemudian ia melangkahkan kakinya, mendekati Crystaline. Ia mencondongkan tubuhnya, wajahnya hanya beberapa senti dari telinga Crystaline yang cantik.
Kemudian dia berbisik, "Dengar. Di dunia ini, tidak ada satu orangpun yang bisa selamanya bersamamu. Bahkan bayanganmu sendiripun, akan meninggalkanmu saat kau berada dalam kegelapan. Ingat! Tidak seorangpun, bahkan bayanganmu. Dan di bawah atap Kastil Jullions, kau akan terkejut melihat satu-persatu kegilaan yang tersimpan rapi di dalamnya,"
Kay menegakkan punggungnya seraya menatap Crystaline puas. Sedangkan Crystaline sendiri tiba-tiba bergidik dengan ucapan Kay. Bukannya dia takut pada Carl atau apa, ia bahkan percaya Carl suatu saat akan menerima ibunya. Crystaline hanya penasaran, kegilaan seperti apa yang dimaksudkan oleh Kay.
Crystaline menatap Kay, berusaha sebaik mungkin mengontrol ekspresi. Kay menyeringai kemudian pergi meninggalkan Crystaline.
Crystaline menghela napas berat. Ia tiba-tiba merasa pengap berada di aula ini. Ia butuh udara segar. Dan yah! Ia tidak boleh termakan omongan Kay. Bisa saja anak itu hanya iseng atau semacamnya.
Crystaline berjalan meninggalkan aula untuk mencari udara segar, sambil mencoba membujuk diri dan berpura-pura tidak memedulikan omongan Kay (padahal otaknya merekam berkali-kali omongan terakhir Kay).

Komento sa Aklat (14)

  • avatar
    Elda Angelina Sa'bi

    okee

    07/02/2023

      0
  • avatar
    AmeliaHilda

    krenn

    08/11/2022

      0
  • avatar
    Nana Az

    ujj

    22/10/2022

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata