logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Episode 4.1 Problems

Hari dimana Yuki, dan kedua sahabatnya kembali ke jakarta, itupun setelah mereka menyelesaikan pemotretan client'nya. Tak ketinggalan Steven ikut serta bersama kepulangan mereka, sedangkan mamah Elis pulang ke jakarta terlebih dulu.
"Lo yakin bakalan ngajak Steven ke rumah lo?" Bisik Gita yang duduk bersebelahan dengan Yuki di pesawat.
"Kenapa engga, justru gue butuh bantuan dia buat jelasin ke nyokap. Biar nyokap gue juga percaya kalo yang di berita'in di Tv itu gak bener. Lo tau gimana galaknya nyokap gue, 'kan?"
"Iya gue tau. Tapi, apa lo yakin kalo nyokap lo bakalan percaya?"
"Kita liat aja nanti."
Dua jam lebih jarak tempuh pulau komodo ke jakarta dan akhirnya pesawat yang mereka tumpangi melandas dengan sempurna.
"Yuda..!" Seru Yuki mencoba menghentikan langkah kaki Yuda yang lebih dulu darinya. Dan pada akhirnya Yuda kembali menoleh ke arah Yuki.
Yukipun bergegas menghampiri Yuda, dan meraih sebelah tangannya.
"Lo kenapa?" Tanya Yuda heran.
Karna tak biasanya Yuki bersikap melow seperti ini. Begitu juga dengan Gita yang ikutan heran melihat sahabatnya. Sedangkan Steven berdiri acuh seolah tak peduli dengan sekeliling.
"Yud, gue mau minta maaf sama lo, karna udah ngerecokin kerjaan lo selama di sana. Bahkan gue gak bisa bantuin lo sama Gita, gue bener-bener minta maaf," ujar Yuki memelas.
Yuda menatap Yuki dengan seksama, setelahnya memberikan senyumnya khasnya.
"Lo itu gak salah sama sekali, jadi jangan merasa bersalah begitu. Justru gue yang menyesal udah bawa lo kesana, kalo saja gue gak ajak lo, mungkin lo gak akan punya masalah seberat sekarang," ucap Yuda mencoba merapihkan rambut yang menutupi sebagian wajah Yuki.
"Setelah mendengar ucapan Yuda, entah kenapa rasanya gue pengen nangis sejadi-jadinya, dan meluk Yuda," batin Yuki menatap Yuda dengan mata yang berkaca-kaca.
"Udah jangan sedih gitu, nanti cantiknya ilang," ucap Yuda mencoba menghibur.
"Makasih Yud," jawab Yuki pelan.
"Kalo ada apa-apa, atau butuh bantuan, kamu jangan sungkan buat telepon gue dan Yuda," timpal Gita merangkul Yuki.
"Bener kata Gita, kalo ada apa-apa telepon kita," ujar Yuda menegaskan.
Setelah itu merekapun berpisah di parkiran, Gita dan Yuda pergi dengan Mobil milik Yuda. Sedangkan Yuki dan Steven pergi menggunakan Taxi menuju kediaman Yuki.
***
Sesampainya di depan rumah, entah kenapa Yuki menghentikan langkahnya untuk segera masuk.
Terukir jelas di wajahnya ketakutan untuk menghadapi sosok orang yang sudah melahirkannya.
"Ini rumah lo, kan?" Tanya Steven menegaskan.
Yuki hanya mengangguk tanpa menjawabnya.
"Terus kenapa lo diem aja disitu? Ayo!"
"Gue takut."
"Lo bilang takut?" Tanya Steven diiringi tawa yang menggelitik perutnya.
"Emang orang kaya lo bisa takut juga?" Sambungnya.
"Berisik lo!" Seru Yuki kesal.
Sejenak Yuki memejamkan matanya, lalu menghirup napas panjang dan menghembuskan perlahan.
"Gue beneran takut," gumam Yuki kembali ragu.
"Kalo lo berdiri terus disini, emang lo bakalan tau dengan apa yang terjadi kedepannya? Punya masalah itu di hadapi, lagian gak terjadi apa-apa ko sama kita."
Yuki terdiam, memandang Steven sembari memiringkan kepalanya.
"Udah... gak usah liatin gue kaya gitu, gue tau kalo gue itu emang ganteng!"
"Pede lo."
Setelah mengumpulkan keberanian, akhirnya Yuki memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumahnya.
Setelah beberapa kali Yuki mencoba mengetuk pintu, namun sayangnya tak ada yang meresponnya.
"Nyokap gue kayanya lagi pergi deh," ucap Yuki.
"Coba telepon," usul Steven.
"Gue gak mau, kita tunggu disini aja, palingan nyokap sebentar lagi juga pulang," ucap Yuki lalu duduk di kursi teras yang menghadap taman.
Begitu juga Steven yang ikut duduk tepat di sebelah Yuki.
"Lo di sini tinggal sama siapa aja?" Tanya Steven membuka obrolan.
"Cuma berdua sama nyokap?
"Rumah sebesar ini cuma tinggal berdua? Terus bokap lo?"
"Iya rumah ini peninggalan bokap satu-satunya. Bokap gue udah meninggal pas gue masih SMA."
"Terus yang biayai lo, sampe kerja nyokap?"
"Iya gue hidup dari uang pensiunan bokap, terus nyokap juga punya usaha laundry. Kenapa sih loh banyak nanya? Gue juga gak kepo sama kehidupan lo," ucap Yuki mendelik.
"Engga, gue kira orang tua lo masih lengkap, dan gue fikir lo punya sodara kandung."
Yuki terdiam sejenak, dengan posisi kedua tangannya menahan bangku yang di didudukinya.
"Gue punya kakak kali," jawab Yuki spontan.
"Oh yah? Cewe apa cowo?" Tanya Steven penasaran.
"Banyak nanya lo," jawab Yuki menatap ke arah Steven.
Sampai akhirnya terdengar suara langkah kaki yang hendak membuka pintu gerbang, Yuki dan Steven yang saat itu sedang dudukpun, segera beranjak dan menoleh ke arah asal suara tersebut.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Tap tombol bintang di pojok kiri. Jangan lupa!!🥰🥰
Follow IG dan Fb autor yuk.
@ayyana_haoren

Komento sa Aklat (134)

  • avatar
    PasmatulkarimahDinda

    😍😍

    12/08

      0
  • avatar
    NurulSuhaibah

    Bestnyee

    24/07

      0
  • avatar
    IkaLoliana

    best

    22/06

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata