logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 4 (Uang Misya hilang)

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
MASIH POV RAHMAN
Aku terus berjalan, menuju ke mobilku. Kasian istriku pasti capek harus repot mengurus mbak Misya.
Saat sudah sampai aku segera masuk ruangan terlihat istriku sedang mengendong anaknya mbak Misya.
"Mbak Misya kemana dek" ujarku saat melihatnya tak ada.
"Itu mas lagi di kamar mandi, katanya mau pipis" ujarnya yang membuat aku lega.
Lalu aku segera membentangkan tikar, biar bisa untuk kami tidur.
Ccccccceeeekkkkllllllleeeeeeekkkkk.
Pintu kamar mandi sudah terbuka, terlihat mbak Misya clingak clinguk entah mencari siapa.
"Cari siapa mbak" ujarku mencoba bertanya.
"Mas Bram ngak ikut kesini Man" ujarnya yang membuatku kesal. Kenapa masih peduli sama suami model begitu.
"Ngak mbak, lagi pergi tadi" ujarku yang mencoba mencari alasan.
Mbak Misha hanya manggut manggut saja, terlihat sekali dari raut wajahnya dia kecewa. Ya, jelas sekali kecewa karna suaminya yang tak punya hati menemaninya di saat lahiran begini.
"Ya sudah mbak, mbak tidur dulu gih biar badan jadi fit, dan besok biar sudah di perbolehkan pulang" ujar istriku itu. Yang membuat aku makin bersyukur bisa memilikinya.
"Maksih ya Tun" jawab mbak Misya singkat.
Telihat juga istriku meletakkan bayinya mbak Misya di sampingnya.
Dan aku bersama istriku tidur di bawah yang aku gelar tikar tadi.
Hawa dingin sangat menusuk. Karna baru kali ini aku tidur begini. Tapi tak apa lah, perlahan lahan aku mulai memejamkan mataku hingga aku tertidur dengan lelapnya.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
POV ATUN
Sudah terdengar dengkurannya suamiku. Terlihat dia tertidur dengan lelapnya.
Aku yang dari tadi bersusah payah ingin tidur malah ngak bisa. Akhirnya ku putuskan main ponselnya suamiku yang tergeletak di sampingnya.
Terlihat sudah banyak notif e-mail yang masuk, tentang pekerjaannya. Ku coba deh untuk membalasnnya. Semoga saja suamiku bisa lebih ringan besok pekerjaannya.
Walaupun aku dari kampung, sekolah hanya tamatan SMA tapi jurusankku di perkantoran jadi ya bisa lah, kalau sedikit sedikit. Wuis sombong deh aku hihihi.
Lalu aku membalasnya satu persatu. Tak terasa sudah ku balas semua.
Terlihat anakknya mbak Misya menagis.
Oeekkk ooeekkk oeekk oeeekk oeekk
Aku dengan cekatan membuatkan susu formula, karna terlihat asinya mbak Misya belum keluar juga.
Satu botol akhirnya habis juga. Dan tertidur lagi. Duh gemesnya ini anak bayi.
Aku segera menyusul ke alam mimpi bersama suamiku. Badan yang capek membuatku jadi mudah untuk tertidur.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Pagi harinya. Entah aku yang bagun kesiangan atau terlalu nyenyak ya tidurnya.
Saat aku buka mataku, terlihat suamiku mengelus elus rambutku sambil berkata.
"Pagi sayang tidurnya nyenyak baget, makasih ya dah bantuin kerjaannya mas, sesuai baget balasannya" ujarnya yang sambil menciun keningku itu.
Aku di buat malu olehnya karna mbk Misya memperhatikan tingkah kami.
Aku mencubit pinggang suamiku itu, bisa bisanya nyium di tempat begini. Ngak bilang bilang lagi.
"Awwhh, sakit dek" ujarnya sambil mengelus elus bekas cubitanku itu.
Mbak Misya hanya terkekeh melihat kami.
Terlihat bu Wiwit masuk ke ruangan.
"Aku cek dulu ya mbak" ujarnya yang sambil membawa peralatanya itu.
"Iya bu silahkan" ujarku yang sambil beranjak untuk bangun.
"Oke, mbak sudah boleh pulang, segera lunasi adminitrasinya ya" ujarnya lagi.
"Oke bu" ujar suamiku yang mengekor di belakangnya bu Wiwit untuk segera membayar adminitrasinya.
"Alhamdulillah ya dek, dah di bolehkan pulang" ujarnya mbak Misya kepadaku.
"Iya mbak," jawabku singkat yang sambil berkemas barang barang yang kami ingin bawa pulang.
Setelah semua beres mas Rahman juga nampak sudah kembali. Akhirnya mas Rahman yang mengangkat semua barang barang itu kebagasi mobilnya
Aku yang mengendong anaknya mbak Misya ini entah namanya siapa, karna mbak Misya belum berani untuk mengendongnya. Lalu aku dan mbak Misya masuk ke mobil. Setelah mas Rahman selesai mengangkat barang barangnya itu mas Rahman pun melajukan mobilnya dengan sedang.
Baru juga berjalan, saat melihat kedai bubur aku jadi ingin memakannya. Lalu aku meminta mas Rahman untuk berhenti.
"Mas... mas, berhenti ya, di situ ya, pengen makan bubur" ujarku yang merengek ini.
"Ya sudah, mas belikan, kasian dedek bayinya kalau keluar" ujarnya yang sambil menepikan mobilnya ini.
Lalu mas Rahman pun keluar dari mobil untuk membelikannya.
"Jangan jangan, kamu hamil dek" ujar mbak Misya yang membuat aku terkejut.
"Apaan sih mbak, ngak ah, kan cuma pengen makan saja" ujarku mencoba mengelaknya.
Mbak Misya tampak terkekeh, sukanya menggoda adiknya saja Mbak Misya ini.
Tak perlu menunggu lama mas Rahman pun kembali ke mobil lalu menyetirnya kembali.
Saat sampai di rumah, kami pun turun sudah tak sabar rasanya ingin memakan bubur ini.
Nampak sekali kamar mbak Misya berantakan. Saat kami baru masuk ke rumah.
Mbak Misya segera berlari menuju ke kamarnya. Dan mencari entah apa aku ngak tau yang di cari mbak Misya.
"Huhuhuhuhuhuhu" mbak Misya malah menangis.
Kami semua binggung kenapa mbak Misya menangis.
"Ada apa mbak" ujarku menghampirinya.
"Uang mbak huhuhuhu" ujarnya yang masih menangis.
"Ada apa ini mbak, dek kenapa mbak Misya menangis" cerca Mas rahman padaku.
"Aku ngak tau mas, tiba tiba nangis begitu saat masuk ke kamar ini" ujarku mencoba menjelaskan.
"Ada apa mbak" ujar mas Rahman mencoba menanyai mbak Misya.
"Uang mbak ngak ada, kemarin pas naruh di sini, itu uang sekitar 1,5 juta. Yang ingin buat ganti biayanya mbak kepada mu Man huhuhuhuhu" ujar mbak misya yang masih sambil menangis.
Aku mencoba untuk membereskan kamar ini, sebelum itu aku baringkan dulu di kasur, bayinya mbak Misya.
Mbak Misya masih saja menangis. Setelah semua beres juga rapi. Aku mencoba menenangkan mbak Misya lagi.
"Sudah mbak, yuk makan dulu mbak" ujarku membujukknya. Karna emang dari pagi Mbak Misya belum makan.
"Nanti saja dek, kamu makan duluan" ujarnya yang menolak secara halus.
"Dek, makan dulu itu buburnya keburu dingin" teriak suamiku dari arah dapur.
"Aku tinggal dulu, ya mbak" ujarku yang sebenarnya tak tega meninggalkan mbak Misya ini.
Mbak Misya nampak, hanya mengangguk saja.
Aku segera berjalan menuju dapur. Karna perut ini rasanya sudah ingin minta di isi.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Next ?
Kemana ya kira kira uangnya Mbak Misya ?

Komento sa Aklat (70)

  • avatar
    Stiya rahmadaniWati

    sangat baguss

    3d

      0
  • avatar
    RamadaniErna

    sangat bagus dan bikin nagih buat baca

    6d

      0
  • avatar
    BetinaRusa

    bagus

    20d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata