logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

BERTEMU ORANG KAYA

Kejadin terpeleset barusan berlalu begitu saja.
Toh, Pak Erwan tak menertawakanku juga.
Atau malah ngakak di dalam hatinya.
Kami berdua pun masuk ke dalam rumah yang menurutku bak istana ini.
Hawa dingin langsung menyambut kedatangan kami.
AC di sini pasti mahal, toh dinginnya sampai ke ujung Gang mungkin.
Selain di sambut AC dingin kami juga disambut oleh seorang Ibu-Ibu berambut pirang sebahu.
Gayanya benar-benar elit, apalagi gelang dan kalung yang dia pakai.
Bikin mataku silau.
"Ini siapa,Pah?" Tanya Ibu itu dengan tatapan penuh curiga.
"Saya,Tata ... Bu."
"Saya nanya dia, bukan kamu!"
"Iy,Mah ... Dia Tata, tadi Papah sempat hampir nabrak dia."
"Terus kenapa di bawa ke sini?"
"Kebetulan dia tidak punya tempat tinggal, Papah sudah memberikan di kerjaan untuk jadi pengasuhnya ... Edward,cucu kita."
"Bisa terjamin gak,Dia Pah ... Zaman sekarang jangan sembarangan bawa orang masuk ke dalam rumah."
"Sttt ... Gak boleh ngomong gitu, pamali su'uzon sama orang."
"Insya Allah, saya terjamin kok,Bu ... Tapi kalau misal Ibu ragu Saya gak apa-apa gak jadi kerja juga."
"Gak kok, Istri saya juga sudah setuju dia hanya trauma soalnya dulu ada yang kerja di sini tapi ... Ya, gitu kelakukannya."
"Owh ... Begitu."
"Oke saya juga setuju kamu jadi pengasuhnya Edward tapi ingat sekali saja kamu melakukan kesalahan saya tidak segan-segan akan mengusir kamu."
Idih, ini Ibu-ibu serem amat sih.
Sudah melebihi ibu tiri kayaknya.
Seperti gak ada bedanya sama Si Uda.
****
Rumah ini sangat luas tapi sangat terasa sepi.
Pemecah suasana hanya suara Tv menyala tanpa ada penontonnya.
Aku juga belum melihat ada orang lain selain mereka berdua.
Cucunya yang bernama Edward pun aku belum melihatnya.
"Tidur di kasur empuk begini kok rada gimana yak." Aku mengelus-elus kasur yang baru saja aku tiduri.
Kasur ini pasti harganya mahal, beda dengan punyaku di kampung.
Alasnya aja pakai papan.
Baru saja hendak memejamkan mata, suara ketukan pintu itu membuat aku bangkit kembali.
"Pak Erwan, ada apa yak?"
"Ini waktunya makan malam, mari ikut makan bersama kami ... Kebetulan Edward baru datang."
"Benarkah? Saya jadi penasaran sama anak itu."
"Iya, tapi jangan kaget ya Edward anaknya rada aktiv."
"Hmmm, Iya Anak kecil emang suka begitu."
Aku pun mengikuti Pak Erwan dari belakang untuk menuju meja makan.
Tampak empat orang sedang berkumpul di sana.
"Selamat malam semuanya," sapaku.
"Malam." Hanya istrinya Pak Erwan yang menjawab.
"Malam juga," balas pemuda yang wajahnya hampir mirip dengan Pak Erwan, mungkin dia putranya kurasa sih begitu.
"Jadi kamu yang bakal jadi pengasuh anak saya?" Tanya cewek berbaju kurang bahan itu.
"Iya, Mbak." Jawabku.
"Eh, Tata silahkan duduk," Pak Erwan menarik kursi itu untukku.
"Kamu masih muda ... Lulusan apa? Kok mau kerja jadi pembantu?" Tanya cewek itu.
Aku rasa orang-orang di sini tidak sopan ya kecuali Pak Erwan.
Dia sangat ramah jauh sekali dengan mereka.
"Saya lulusan SMA, kerja apa aja gak apa yang penting halal kan?"
"Lantas emang kamu bisa dan mampu menjaga Edward nantinya? Belom pengalaman kan."
"Tahu sedikit sih cara mengurus anak kecil, soalnya di rumah punya Adek juga."
"Owh, baguslah ... Tapi awas aja ya kalau sampai kenapa-kenapa sama Anak saya ... Nanti, kamu bakal tahu akibatnya."
Oh, Tuhan kenapa hidupku jadi banyak ancaman begini.
Uda ... Aku lebih nyaman bersamamu.
Kenapa aku jadi nyasar ke sini sih, belum apa-apa udah banyak tekanan.
Kak Rey maafin Tata.
"Yaudah nanti kita lanjut lagi ngobrolnya, kita makan sekarang," ucap Pak Erwan.
Kami semua pun sama-sama menikmati makanan yang tersaji.
Aku tahu, makanan di sini mewah semua tapi entah kok rasanya hambar.
Aku lebih suka makan sama rendang atau telor dadar yang bawahnya rada gosong.
"Besok, saya akan menyuruh orang untuk mengajarkan kamu motor," ucap Pak Erwan sesaat sebelum aku pamit ke kamar.
"Memangnya Edward diperbolehkan naik motor?"
"Edward lebih suka naik motor ketimbang mobil ... Itu sebabnya kami mencari supir untukknya."
"Owh, baiklah ... Kalau gitu saya pamit ke kamar ya,Pak ... Kalau saya ada kesalahan tegur saja."
"Iya, Ta ... Santai saja."
****
Malam pukul dua belas, mataku tak kunjung terpejam.
Aku benar-benar kesepian, aku tidak nyaman di sini.
'Tata jangan bolak-balik mulu berisik!'
'Ta, kebiasaan deh malam-malam suka bikin mie kan saya jadi ngiler nyium aroamnya!'
Tiba-tiba teriakan si Uda terlintas.
Maafin aku ya Da, udah pergi begitu saja.
Padahal kita punya rencana bakal nambah pekerja baru.
"Ahhh, kenapa jadi begini."
Aku mengacak rambut dengan kasar, kesal.
"Eh, apa ini?!" Sepertinya aku mendapatkan sesuatu dari dalam rambutku.
"Kutu, aku kok ada kutunya."
Aku langsung membuang hewan kecil berwarna hitam menjijikan itu.
Sisir aku butuh sisir.
Ih, gak asyik masa Tata secantik ini ada kutunya apa kata dunia entar.
Cantik-cantik kutuan!
Akhirnya semalaman aku garuk-garuk kepala terus karena, merasa gatal.
****
Aku terbangun ketika mendengar Azan subuh.
Setelah salat subuh aku langsung ke dapur.
Banyak cucian piring di sana, aku langsung mencucinya.
Bukankah hari ini aku sudah mulai kerja di sini jadi tidak apa-apa kan?
"Hei, kamu lagi ngapain?! Suara itu hampir saja membuat piring yang kupegang jatuh ke lantai.
"Eh, ibu ... Ini nyuci piring, banyak banget kan takut dilalatin."
"Kamu di sini tugasnya hanya jadi pengasuh Edward, cucian apa pun ... Ngepel dan beres-beres rumah bukan tugas kamu."
"Owh .. maaf Bu saya tidak tahu."
"Makanya jangan main asal aja, tanya dulu."
"Maaf,Bu."
"Sini biar saya yang lanjutin nyuci piringnya ... Kamu sana aja tunggu Edward bangun, entar kamu mandiin."
"Eh, iya Bu ... Kalau begitu saya permisi."
Aku jadi bingung, aku kudu nunggu Edward bangun di mana ya?
Duh, begini amat tinggal di rumah orang kaya.
"Eh, mau kemana kamu?!" Sergah seseorang.
"Anu ... Kebelet pipis."
"Yaudah nanti balik lagi, Edward mau sekolah ... Kamu siapin bajunya aja ada kok di ruang setrikaan, ruangan paling pojok ada namanya tuh."
"Iya, Siap Mbak."
"Soal urusan mandiin Edward biar saya aja."
"Iya,Mbak."
LOUNDRY KELUARGA
itu adalah kata-kata yang tertera di pintu ruangan yang Mamanya Edward tuduhkan.
Oh, sepesial sekali tempat ini pakai nama segala.
Orkay emang beda ya.
Krett
Pintu terbuka perlahan.
"Assalamualaikum," ucapku, meski kutahu di dalam pasti tidak ada orang.
"Wa'alaikumsalam," lah kok, itu suara siapa?
Tampak seorang cowok sedang nyetrika jas warna biru di sana.
Telanjang dada lagi, bikin aku mendadak ingin berubah jadi debu ... Biar bisa nempel diototnya.
"Eh, ada orang," ucapku.
"Bukan ... Gue bukan orang!"
"Ish ..."
"Lu mau ngapain ke sini? Nyasar?"
"Eh, itu mau ngambil seragam Edward."
"Owh."
"Seragamnya yang mana ya?"
"Mana Gue tahu!"
"Kirain kamu tahu gitu."
"Lu nyebelin yah ... Ganggu aja, Gue lagi nyetrika nih gak pokus!"
"Sini biar saya saja yang nyetrika, hari ini kan saya sudah resmi jadi pekerja di sini."
"Tugas lu di sini jadi pengasuh Edward."
"Ya kali sekalian ngasuh kamu juga Mas'e ... Hehe canda."
"So akrab ya lu!"
"Gak apa-apa .... Anggap aja pekenalan, oh iya nama saya Tata."
"Tata?! Hah aneh sekali nama Lo itu."
"Mas namanya siapa?"
"Gak usah tahu, nanti naksir lagi."
Eh, ternyata dia selesai nyetrikanya.
Habis mencengin bibir dia pergi gitu aja.
Eh, kok senyum. Senyumnya haduh bikin meleleh.
Ternyata ada juga hal yang bikin aku betah, hehe.
Setelah aku cari-cari ternyata seragam tuh bocah tergantung di tempat khusus baju sudah rapih dan siap pakai.
Habis itu buru-buru aku keluar.
Eh, langsung di sambut sama Mamanya Edward dan Edwardnya juga.
"Gila ya, ngambil seragam aja selama itu."
"Eh, maaf Mbak ... Tadi bajunya rada kusut jadi saya setrika kembali."
"Owh, pantesan."
Kini, Edward sudah rapih dengan seragamnya.
Dia walau masih kecil sangat terlihat tampan sekali.
Apalagi pas senyum, terpesona aku.
"Ini sudah hampir jam tujuh, Edward segera berangkat ... Kamu duluan ke mobil ya biar Edward saya antar belakangan."
"Eh, iya Bu ... Mobilnya itu kan yang di dekat gerbang."
"Iya ... Tapi, eh ... Kok kamu bau yak?"
Aku pun mencium tanganku, enggak kok.
Fitnah sekali dia.
"Kamu belum mandi yak?"
"Astaghfirullah,udah kok tapi ya tadi saya gak pakai sabun."
"Ta ... Nama kamu Tata kan ya? Kok kamu jorok sih, kenapa mandi sampai gak pakai sabun?"
"Di kamar mandi saya gak ada,Mbak."
"Tata kamu kok ya payah banget!"
Kulihat dia dan Edward melewatiku.
Cuma gara-gara aku mandi gak pakai sabun kok sampai di bilang separah itu.
Ninggalin aku segala lagi, kan jadi bingung.
Mau ikut nanti dia mabuk kebauan, diam di sini aku juga bukan pantun.
Kalau gini, mendadak pengen jadi iron man.

Komento sa Aklat (70)

  • avatar
    Iin Raencika

    bagus

    15d

    ย ย 0
  • avatar
    LaiaDewimanis

    sangat terharu dgn ceritanya๐Ÿฅบ๐Ÿฅบ๐Ÿ˜“

    23d

    ย ย 0
  • avatar
    Sakdiah

    Ceritanya best! tak bosan ๐Ÿ’– Terbaikkkk ๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ˜

    29d

    ย ย 0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata