logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Khawatir

“Ketenangan mulai terganggu ketika kehadiran diganti dengan sebuah kepergian dan
Kehangatan di ganti dengan sebuah kedinginan.”

“ADNAAAN.” Hilda bangun dengan napas yang ngos-ngosan. Hilda semakin khawatir dengan keadaan Adnan, Hilda takut terjadi sesuatu pada suaminya. Hilda memutuskan untuk kembali mencari Adnan, meski dengan keadaan perut yang masih sedikit sakit. Hilda mengemudikan mobilnya dan keluar dari pekarangan rumah Husein. 2 jam berlalu, Hilda tidak tau lagi harus mencari Adnan kemana. Hilda sudah mengunjungi setiap tempat yang biasa Adnan kunjungi namun hasilnya nihil. Adnan tidak ada. Kepala Hilda pening dan akhirnya Hilda meminggirkan mobilnya untuk istirahat sebentar. Tanpa disengaja ternyata Hilda berhenti tepat di tempat terakhir dia bersama dengan Adnan ketika masih menjalin hubungan. Hilda memutar kembali ingatannya ke 5 tahun yang lalu dimana saat itu hujan turun dengan derasnya. Adnan dan Hilda berseteru di persimpangan jalan. Adnan memarahi Hilda yang dengan tega mengkhianatinya. Hilda hanya berpura-pura acuh dengan ucapan Adnan meski pada kenyataannya Hilda sakit mendengar Adnan memaki-makinya. Hilda tidak pernah melihat Adnan begitu marah, bahkan hingga membentaknya seperti ini. Hilda begitu sakit mendengar Adnan terus memarahinya tanpa jeda, namun Hilda lebih sakit ketika melihat kesakitan pada mata Adnan. Hilda tidak sanggup melihat orang yang sangat disayanginya menanggung kesakitan seperti ini. Tapi bagaimana lagi Hilda juga melakukan semuanya karena terpaksa. Hilda juga tidak ingin melakukannya tapi bagaimana. Hilda terus menangis ketika Adnan pergi meninggalkan Hilda di persimpangan jalan yang sedang turun hujan sangat deras. Hilda meremas bajunya dengan kuat, Hilda menangis tanpa henti menahan semua kesakitan yang tidak pernah dibayangkannya akan sesakit ini. Hilda berharap di bawah guyuran hujan ini tidak akan ada orang yang tahu bahwa dirinya sedang menangis dan sangat tersakiti. Dibawah guyuran hujan yang sangat deras dan gemercik hujan sangat berisik, Hilda berteriak dan menanyakan pada Tuhan, “Tuhan mengapa harus sesakit ini? Mengapa harus aku Tuhan mengapa? Mengapa tidak orang lain saja?”
Hilda terus bertanya pada hujan yang semakin deras. Dan angin yang semakin kencang namun tidak ada jawaban. Ketika Hilda duduk dan memeluk lututnya tanpa disadari ada seseorang yang memayunginya dan berkata, “Karena kamu kuat jadi Allah mengujimu dengan rasa sakit ini, Allah tidak akan menguji hambanya melebihi batas kemampuan hambanya.”
Hilda menengadahkan wajahnya dan melihat seorang pria dengan kameja biru cerah sedang berada di sampingnya, pria itu menatap lurus ke depan. Hilda berdiri dari duduknya dan mencoba bertanya siapa dia namun belum juga bertanya, pria itu sudah pergi dan meninggalkan payungnya digenggaman Hilda. Pria itu menerobos hujan dan tidak sedikitpun menoleh kebelakang. Hilda tersadar dari lamunannya. Hilda melajukan mobilnya kembali dan mencoba fokus dan tidak terus menerus memikirkan kejadian yang telah lalu.
“Fokus Hilda, kamu harus cari suamimu.”
Hilda terus mengemudikan mobilnya meski tidak tau harus kemana. Hingga larut malam hilda masih belum juga pulang. Husein ayah mertua Hilda sangat mengkhawatirkan keadaan Hilda, Husein terus mencoba menghubungi mertuanya namun tidak kunjung dapat dihubungi. Husein menelepon putrinya namun jawaban putrinya bahwa dia sudah dari tadi pagi tidak bertemu dengan Hilda. Husein semakin khawatir dan menyuruh pengawal-pengawalnya untuk bergegas mencari Hilda. Namun belum juga pergi, Hilda sudah datang dengan wajah pucat dan bibir yang membiru karena kedinginan. Di jalan saat perjalanan pulang Hilda melihat orang yang dikira Adnan. Hilda berlari keluar dari mobil dan mencari orang itu padahal keadaan di luar sedang hujan deras. Karean lelah terus menerus mencari Adnan. Hilda akhirnya pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Hilda di rawat selama 2 hari karena kekurangan nutrisi dan juga kelelahan. Maagnya kambuh karena ketika mencari Adnan dia lupa untuk sarapan ataupun makan. Setelah keluar dari rumah sakit, Hilda tidak putus asa untuk terus mencari Adnan. Hilda melanjutkan pencariannya. Hingga satu minggu berlalu Adnan belum juga ditemukan atau bahkan pulang. Hilda yang sangat kelelahan karena memporsir waktunya mencari Adnan, kini tidak sanggup lagi menahan tubuhnya dan akhirnya kembali pingsan.
Keadaan Hilda sangat memprihatinkan, bibirnya biru dan wajahnya sangat pucat. Badan Hilda kurus dan mata indahnya kini hitam karena kekurangan tidur. Selama satu minggu lebih, Hilda tidak berhenti mencari Adnan, Hilda menyusuri setiap tempat yang pernah dikunjungi oleh mereka, bahkan mengunjungi tempat tongkrongan Adnan yang baru. Namun semua hasilnya Nihil. Hilda tidak memikirkan kesehatannya dan bahkan selama mencari Adnan, Hilda lupa makan dan tidur yang sampai membuatnya sudah dua kali harus di rawat.
Bi Ima yang melihat keadaan Hilda sangat sedih. Bi ima yang sudah sangat lama mengenal Hilda, sangat prihatin melihat keadaan Hilda sekarang ini. Hilda yang biasanya ceria kini terlihat sangat murung. Hilda yang biasanya bawel kini pendiam. Bi Ima berpikir, jika posisinya ada pada posisi Hilda mungkin saja dia tidak mampu menanggung beban ini sendiri. Hilda yang baru saja ditinggalkan oleh Ayah kandungnya untuk selamanya kini harus ditinggalkan oleh sang suami di hari pernikahannya.
Setelah diperiksa, Hilda harus di infus. Karena dehidrasi dan kurang asupan makanan. Pak Husein sangat khawatir dengan keadaan menantunya. Pak Husein memerintahkan seluruh pelayan untuk menjaga Hilda dan memberikan apa yang Hilda butuhkan. Pak Husein keluar dan menelepon Adnan, namun tidak ada jawaban dari Adnan. Pak Husein bingung harus bagaimana membujuk Adnan agar pulang dan menerima Hilda sebagai istrinya.
Di tempat lain, Adnan termenung dan berpikir apa yang seharusnya dia lakukan. Adnan bingung, hatinya ingin segera pulang namun logikanya memaksanya untuk bertahan dan melupakan semua hal yang berhubungan dengan masa lalunya. Adnan ingin pergi dari keluarganya, namun Adnan khawatir akan kondisi ayahnya, bahkan Adnan ingin pergi dari Jakarta namun semua kenangannya seakan menarik Adnan untuk kembali.
“Akkkh. . . mengapa hidup begitu tidak adil” teriak Adnan “Mengapa Tuhan menghukumku seperti ini, apa salahku Tuhan?” Adnan mengacak rambutnya dengan kasar dan tanpa terasa setetes air mata Adnan jatuh.
Dari luar Adnan memang terlihat sangat keras bahkan tidak berperasaan namun jauh di lubuk hatinya Adnan begitu kesepian dan jiwanya begitu rapuh. Kekerasan Adnan hanyalah topeng untuk menyembunyikan semua kesakitan yang dirasakannya, sebuah topeng untuk menyembunyikan kesepiannya dan kerapuhan hatinya. Dari kecil, Adnan sangat menginginkan pelukan dan kasih sayang seorang ibu yang hingga kini tidak pernah Adnan dapatkan. Di setiap malam, Adnan selalu mengharapkan ada tangan hangat yang akan merangkulnya ketika dia ketakutan, ada sapaan pagi yang akan membuat harinya menyenangkan namun semua tidak pernah Adnan dapatkan.
Mungkin bila saat ini
Ku iri pada kalian, yang hidup bahagia
Berkat suasana indah dalam rumah
Hal yang selalu aku bandingkan dengan
Hidupku yang kelam
Tiada harga diri akan hidupku
Terus bertahan.
Adnan menyanyikan lagu last child-pedih dan hatinya benar-benar sakit ketika mengingat semuanya. Mengingat saat terakhir sang ibunda pergi bersama adiknya yang masih sangat kecil. Adnan ingat, ketika Adnan ingin ikut namun sang Ibunda melarangnya bahkan memarahinya yang tidak tahu apa kesalahan Adnan sebenarnya. Andan kecil hanya ingin ikut ibunya dan tidak ingin ibunya pergi meninggalkannya sendiri. Hati Adnan berteriak
“Lalu dimana letak kesalahannya? Salahkan jika seorang anak ingin ikut ibunya? Salahkan jika kini Adnan sangat merindukan ibunya? Salahkan semua ini Tuhan?”
“Akkkh mengapa semua sangat tidak adil?”
Mengingat semua kesakitannya di masa lalu karena ditinggalkan ibunya dan adiknya. Kini Adnan kembali di uji oleh Tuhan dengan memisahkannya dari orang yang sangat dicintainya dan menghadirkan kembali seseorang yang kini dibencinya. Adnan bingung sebenarnya apa rencana Tuhan akan hidupnya, mengapa semesta seakan mempermainkannya dan membuat hidupnya begitu rumit. Adnan prustasi dan memejamkan matanya Adnan mengacak-ngacak rambutnya dan membenturkan kepalanya pada tiang yang berada dipinggir jalan. Dengan pikirannya yang kalut, seketika ketika Adnan membuka matanya. Tiba-tiba terbersit dibenaknya untuk mengakhiri hidupnya. Adnan menaiki mobilnya dan memejamkan matanya sebentar lalu membukannya kembali. Adnan menginjak gasnya dan melajukan mobilnya dengan ugal-ugalan. Adnan terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga beberapa kali hampir saja bertabrakan dengan mobil lain. Adnan memejamkan matanya dan membukanya kembali. Adnan mengulanginya berkali-kali hingga saat pejaman yang ke tiga. Adnan merasakan kepalanya tiba-tiba sakit. Adnan membuka matanya dan Adnan baru menyadari bahwa di depannya ada cahaya yang membuat matanya sangat silau, Adnan memejamkan matanya lagi dan “BRUK” suara itu begitu keras hingga membuat Adnan membuka matanya. Mobil Adnan terjungkir beberapa kali namun Adnan masih sadar meski darah sudah memenuhi wajahnya. Adnan tersenyum dan bergumam “Adnan minta maaf”. Setelah kata itu Adnan ucapkan, Adnan benar-benar tidak sadarkan diri.
***
“Apa? kak Hilda di rawat, lalu bagaimana keadaan kak Hilda pah?” Tanya stefani di ujung telepon. Stefani adalah adik kandung Adnan yang terpisah beberapa tahun lamanya. Pernikahan Stefani dan Adnan dibatalkan karena ternyata Stefani dan Adnan adalah saudara kandung. Stefani marah dengan semua kenyataan ini namun bagiamanapun Stefani harus bisa menerima semuanya. Stefani harus bisa merelakan cintanya pada Adnan dan harus bisa menerima Adnan sebagai abangnya yang sudah lama berpisah. Stefani sangat khawatir akan keadaan kakak iparnya itu. Terakhir stefani bertemu dengan Hildapun kondisi badan Hilda sangat kurus dan matanya hitam. Stefani yakin bahwa kakak iparnya itu sangat terpuruk dan terpukul atas keadaan yang kini terjadi. Stefani bergegas mengambil kunci mobilnya untuk pergi melihat kondisi Hilda namun tiba-tiba “prakk” suara barang pecah, Stefani berlari ke arah suara dan melihat Karina bundanya sedang duduk dan menangis sambil mengambil pecahan kaca yang berserakan. Tiba-tiba saja foto Adnan jatuh. Stefani berjongkok dan membawa Bundanya untuk duduk dan menenangkan diri.
“Mah, ada apa? kok foto bang Adnan bisa pecah?” Tanya Stefani lembut
“Fani, mamah sangat khawatir akan keadaan abangmu, apakah dia sudah kembali? Mamah takut terjadi apa-apa sama abangmu.”
“Abang belum pulang mah, mamah jangan khawatir, abang pasti bisa menjaga dirinya dengan baik.” Ucap Stefani menenangkan Bundanya. Disaat Stefani dan Bundanya sedang saling menguatkan tiba-tiba ada telepon.
“Ada apa Ri?”
“Adnan Stef, Adnan . .” ucap Arie ngos-ngosan
“Bang Adnan udah pulang Ri? Bagus dong”
“Bukan Stef, tapi . .” Arie berhenti dan berusaha mengatur napasnya
“Bang Adnan kenapa?” Stefani mulai khawatir dan mendesak Ari untuk segera berbicara.
“Adnan kecelakaan dan sekarang kondisinya sangat kritis.”
Stefani menjatuhkan ponselnya dan air matanya dengan repleks membasahi pipi. Bunda Stefani penasaran mengapa sang putri tiba-tiba menangis. Stefani memeluk Bundanya dan menangis. Stefani berkata dengan terbata-bata
“Bang Ad..nan mah, Bang Adnan”
“Abangmu kenapa? Jangan buat mamah takut stef.”
“Bang Adnan kec..e..laka..an mah dan kondisinya sangat kritis.”

Komento sa Aklat (288)

  • avatar
    SuhaeniEni

    cerita nya bagus

    10d

      0
  • avatar
    SalsasabilahSalsa

    seruu bngettt 😭

    23/06

      0
  • avatar
    CmsTuser77

    sangat menarik

    06/06

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata