logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Parner Kerja

Hari ini, SevenMart sangat ramai. Sheril merasa senang sekaligus iri. Ya, semua itu berkat pekerja baru yang bernama Alvero. Karena rata-rata pengunjung hari ini adalah para wanita.
Alvero memiliki senyum yang menawan, selalu merekah cantik bagaikan kuntum bunga mawar. Sorot matanya apalagi, membuat siapa saja yang menatap manik berwarna hijau keabu-abuan itu tersipu malu. Gerak tubuhnya lincah saat membantu mengambilkan barang yang berada di rak paling tinggi. Para wanita yang belanja memang sengaja membeli barang yang jauh dari jangkauan mereka demi dibantu oleh Vero.
Sheril mendengkus kesal saat beberapa kali memanggil pelanggannya yang sedang mengantri di depannya.
"Kak, apa belanjanya sudah?" tanya Sheril dengan nada gemas.
"Ah, ada yang kelupaan. Aku harus membeli yang lain." Perempuan di depannya itu segera pergi, membuat orang yang mengantri di belakangnya bergerak maju.
"Ada yang diperlukan lagi?" tanya Sheril berusaha seramah mungkin.
"Tidak. Tapi, apa boleh meminta foto bersama dengan pekerja itu?" tanya Wanita di depannya. Hal itu membuat Sheril menghela napas panjang. Antrian yang panjang, tapi mata mereka sibuk mencari sosok Vero.
"Coba tanyakan ke orangnya langsung, Kak!" tgas Sheril. Ia tidak bisa menyembunyikan kejengkelannya saat ini. Berdiri di depan meja kasir membuat kakinya pegal.
"Al!" panggil Sheril saat Vero berada di dekat rak yang sejajar dengannya.
"Ya, Sher?" tanyanya sambil mendekat. Sorot mata para pembeli pun mengikuti setiap langkah Vero.
"Ada yang minta fotbar," bisik Sheril setelah Vero berdiri di sampingnya. "Aku mau istirahat bentar, aja. Pegel banget nih kaki," lanjut Sheril sambil berlalu pergi.
Bagaimana dia tidak kesal, pembeli malah nongkrong di SevenMart dengan waktu lama. Bahkan menunda pembayaran hanya untuk melihat Vero lebih lama. Sheril menyesali kedatangan pekerja baru. Kalau boleh, ia ingin bekerja dengan Rey dibanding Vero. Meski ia tahu, pengunjung tak mungkin sebanyak saat ini.
Sheril berjalan menuju tempat khusus pekerja. Pintunya terletak di sudut kanan ruangan SevenMart. Hanya dengan berjalan lurus dari meja kasir. Setelah memasuki tempat khusus pekerja, Sheril menutup pintu dengan rapat. Tubuhnya luruh ke lantai, duduk bersandar pada daun pintu. Dalam lelahnya, ia merogoh saku celana untuk mengecek ponselnya.
Saat ia menyalakan ponsel dan tersambung otomatis pada wifi SevenMart. Sederet notifikasi dari Minsta muncul. Semua berisi chat dari akun bernama 'Alnonim'.
[Wajahmu hari ini kelihatan bete banget deh!]
Sheril gegas berdiri. Matanya terbelalak melihat pesan terakhir yang diberikan Alnonim.
Apakah dia ada di sini? Di antara para pengunjung?
Sederet pertanyaan memenuhi pikirannya. Menciptakan banyak kemungkinan yang mustahil. Sheril memeriksa waktu terkirimnya pesan terakhir itu. Matanya kembali terbelalak saat ia mengetahui bahwa waktu pesan yang dikirim oleh Alnonim hanya beda dua menit.
Sheril membuka pintu dan bergegas menuju meja kasir. Ia menatap satu per satu pembeli yang sedang sibuk foto bareng Vero. Setelah foto bareng selesai, pembeli segera membayar tagihan mereka lalu pergi.
Sheril menarik baju Vero, membuatnya menoleh ke arah Sheril. Lalu menatap Sheril penuh tanya.
"Bukannya mau istirahat, kok udah balik aja?"
"Dah nggak pegel lagi," jawab Sheril dongkol.
"Eh, Kak, agak geser ke sana deh. Merusak pemandangan," ucap salah satu pembeli yang sedang melakukan pembayaran.
Sheril menggeser tempat duduknya agak mepet ke dinding kaca. Kekesalan terlihat jelas di wajahnya.
Stelah selesai, Sheril menarik ujung baju Vero, membuatnya menoleh ke arah Sheril.
Alisnya bergerak ke atas, bertanya dengan isyarat.
"Ada pembeli cowok, nggak, yang masuk ke sini saat aku ke ruang khusus?"
"Nggak ada, tuh!"
"Masa, sih?"
"Beneran nggak ada. Kamu lagi nungguin seseorang?"
"Nggak, nanya aja."
Sheril kembali membantu Vero. Memasukan barang belanjaan ke dalam totebag yang sudah dicek oleh Vero. Matanya tetap mencari seseorang yang mungkin pemilik akun Alnonim. Namun, pembeli yang berada di SevenMart, semuanya perempuan dan bukan orang yang sering ditemuinya saat berangkat kerja.
Aneh. Pikir Sheril. Lalu ia menatap ke arah luar dari jendela kaca.
Mungkinkah orangnya bukan pembeli?
Sheril terus menebak-nebak. Sampai akhirnya ia selesai membantu Vero.
Di jam makan siang, suasana SevenMart cukup sepi. Hanya ada dua atau tiga pengunjung yang datang. Sheril mengambil kursi lalu duduk. Satu cup mie instan sudah ia rebus.
Sementara Vero, ia izin untuk keluar mencari makanan di kedai.
"Mau titip sesuatu?" tanya Vero saat ia bersiap keluar dari SevenMart.
"Nggak," jawab Sheril sambil membuka sumpit yang menjepit penutup cup mie.
"Selamat makan siang," ucap Vero lalu pergi.
Setelah kepergian Vero, Sheril membuka penutup cup mie dan menghirup aromanya. Ia mengaduk bumbu cabai dengan menggunakan sumpit. Saat hendak menyuap makan siangnya, seorag pembeli datang menghampiri sambil membawa keranjang belanjaannya. Sheril pun harus menunda niat untuk melahap makanannya itu.
"Kak, punya nomor ponsel atau akun Minstanya pria tadi, nggak?" tanya pembeli itu.
Sheril yang sibuk mengecek dan membungkus belanjaan ke dalam totebag itu seketika menoleh. "Nggak punya. Dia baru satu hari kerja di sini. Kamu bisa minta ke dia nanti," jawab Sheril kembali ke aktivitasnya.
"Totalnya 25 pound."
Pembeli itu menyodorkan card untuk pembayaran.
"Boleh nggak kalau kamu yang minta, nanti aku kasih tip, deh!"
"Gimana, ya?" gumam Sheril sambil menggesekan card ke mesin pembayaran.
"Mau, ya. Harus! Maksa nih!"
"Nanti deh, ya. Kalau Kakak ke sini dan belanja senilai 100 pound. Aku tidak janji, tapi aku usahakan."
"Kalau begitu, aku juga mau!" seru pembeli satunya lagi. Ia muncul di belakang pembeli yang sedang bertransaksi dengan Sheril.
Sheril menghela napas panjang. Ia memikirkan banyak hal. Bisa saja kehadiran Vero ladang uang untuknya selain gaji? Wah beruntungnya Sheril.
Setelah lama berpikir, menimbang permintaan pembeli. Ia pun memutuskan. "Berani bayar berapa?"
"Tenang!" jawab tiga pembeli sambil mengacungkan card hitam bercorak keemasan di tangan mereka.
Sheril tersenyum penuh kemenangan. Hatinya menjerit riang disertai umpatan.
"Kami tunggu, ya!"
"Tagih, aja, kak. Aku pelupa soalnya!" ucap Sheril sambil mengacungkan jempol.
"Kalau bisa, nanti malam sudah dapat, ya. Atau secepatnya!" ucap salah satu dari tiga pembeli itu.
"Datanglah kembali di jam makan malam," jawab Sheril sambil mengedipkan mata. Setelah selesai membayar belanjaannya, mereka segera keluar dari SevenMart. Sheril pun kembali duduk dan menghela napas lega. Lalu, ia mulai menyuap makan siangnya dengan pikiran penuh tentang uang.
Begitu indahnya hidup ini. Pikir Sheril.
"Wah, ada yang baru ketemuan sama kekasihnya, nih!" seru Vero tiba-tiba. Hal itu membuat Sheril yang sedang menelan makanannya, tersedak.
Ia pun terbatuk-batuk lalu membuka paksa segelas air mineral di depannya, lalu meneguk air itu hingga habis. Saat batuknya reda, ia mengambil napas panjang. Dalam hatinya menggerutu dan mengumpat Vero.
"Apaan sih, aku nggak punya kekasih."
"Masa? Aku nggak percaya, tuh!" seru Vero sambil berjalan ke sampingnya. Lalu duduk di samping Sheril.
Sheril berdehem, menetralkan vita suaranya yang serak akibat batuk. "Kamu punya akun Minsta?"
"Oh, punya, dong. Mau follow aku?"
Sheril mengangguk. "Nickname-nya apa?"
"Alvero si cowok ganteng."
"Hahaha!" Sheril tertawa keras. Ia tidak menyangka, partner kerjanya memiliki kelebayan tingkat tinggi.
"Serius, dong!" tegas Sheril setelah puas ketawa.
"Ya, serius."
Sheril masih menahan tawanya sambil membuka kunci layar ponsel. Ia membuka akun Minsta-nya lalu mencari nickname Vero.
"Mana sih, nggak ada. Kamu bohong, ya!" gerutu Sheril sambil menyodorkan ponselnya ke dekat wajah Vero.
"Ada, sini!" seru Vero sambil mengambil ponsel Sheril. Tangannya dengan cekatan mengetik namanya. "Nih. Udah aku follow, nanti aku follback!" seru Vero.
Sheril yang sudah memegang kembali ponselnya, hanya bisa melongo. Meski nicknamenya lebay, akunnya sudah dicentang merah. Sheril pun menoleh ke arah Vero.
"Keren! Kamu influencer, ya!" seru Sheril.
Vero tertawa kecil lalu mengacak rambut Sheril yang hanya panjangnya sebahu. Sheril mendengkus kesal saat poninya diacak-acak oleh Vero. Lalu, ia menepis tangan Vero.
Sheril kembali tersenyum, lalu tertawa kecil. Di pikirannya ia membayangkan berapa banyak nanti uang yang bisa ia terima dari wanita tadi?
Senyum Sheril membuat Vero penasaran. Namun, ia menatap wajah bahagia Sheril dengan seksama. Seolah, ia tak mau melewatkan momen indah ini.
Suasana SevenMart kembali ramai saat menjelang malam. Sheril dibuat kesal kembali karena pengunjung yang mulai banyak. Ia kini harus berdiri di depan meja kasir sambil menahan rasa pegal di kakinya lagi. Sementara Vero, sibuk dengan pelanggan dan merapikan barang.
Dering ponsel Sheril membuat fokusnya teralihkan. Sebuah pesan dari Minsta muncul.
[Semoga malammu menyenangkan. Kalau kamu capek, aku di sini akan membantumu.]
Sheril mencebik. "Membantu apaan?" gumam Sheril sambil mematikan ponselnya. Matanya kembali memindai sekitarnya.
Siapa sebenarnya pemilik akun 'Alnonim' itu?

Komento sa Aklat (824)

  • avatar
    Carlos Santaro

    best plot story ever

    09/05/2022

      0
  • avatar
    zunzun

    penasaran bangetttt sama ceritanya.. tiap hari selalu cek apa udah update belum.. secepatnya mungkin ya.. soalnya bikin penasaran banget sama ceritanya sheril.. 😍😍🥰🥰

    28/12/2021

      1
  • avatar
    MimiAzli

    sorg pmpn yg jomblo..disukai tiga pria.

    27/07/2023

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata