logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Berakhir Denganmu

Ciuman itu tak bertahan lama karena bang Awan segera menghentikannya sendiri lalu cepat-cepat membuka restleting celananya. 
Aku tak bergeming, entah apa yang ku pikirkan saat itu. Tiba-tiba bang awan mengambil tanganku dan menuntunku untuk memegang sesuatu yang baru pertama kali kulihat. 
"Pelan-pelan bang sakit!" Protesku. 
"Iya sayang kamu tenang aja."
Bang Awan mencobanya memasukkan sesuatu tapi sayangnya tidak masuk-masuk juga. Hampir sepuluh menit berkutik-kutik dengan kegiatannya, dia gagal. Aku mengkernyit bingung! Sebenarnya siapa yang terlalu polos? Aku atau dia? Ya anggap saja itu kegagalan di malam pertama. Karena letih diapun tertidur sambil memelukku. 
Keesokan harinya. 
Aku maupun bang Awan sudah bangun. Dia meminta maaf padaku karena tak berhasil memerawani Aku malam itu dan permintaan maafnya ku anggukin saja. Toh itu bukan masalah bagiku. Aku juga tidak rugikan? 
"Bang sarapan dulu." Ucapku. 
Sambil meletakkan sepiring nasi goreng buatanku di hadapannya tapi bang Awan sepertinya tidak mendengar ucapanku, dia malah asyik memainkan ponselnya sambil tersenyum-senyum tidak jelas. Ku hela nafasku sejenak. 
Ku ambil sendok di atas meja lalu perlahan-lahan Aku mulai memakan sarapan ku sendiri, Aku tak perduli padanya. 
"Eh Dek, sarapannya udah jadi?"
"Iya sudah dari tadi. Abang lagi chat siapa? Kok kayaknya seru sekali?" Tanyaku ingin tahu. 
"Bukan siapa-siapa, hanya teman." Jawabnya mantap. 
"Hari ini kita langsung pergi ke kampung abang ya? Biar adek kenal sama seluruh keluarga besar abang, lagian pas pernikahan kemaren mereka banyak yang tidak hadir."
Aku hanya mengangguk dan terus menikmati sarapan ku. 
"Enak juga nasi goreng buatan adek, lain kali buat yang banyak ya."
"Ya." Jawabku singkat.
Setelah beberapa menit berkemas-kemas akhirnya pekerjaan ku selesai juga, hari ini bang Awan akan mengajakku berkunjung kerumah mertuaku di kabupaten sebelah. Tidak jauh sih cuma memakan waktu 4 jam saja dari rumahku saat ini.
Suamiku itu pekerjaan nya cuma kuli bangunan bahkan motor pun dia tak punya jadi ketika hendak pulang kerumah orangtuanya kami menggunakan jasa jet darat atau travel. Ongkosnya juga tidak mahal sih cuma 100 ribu rupiah. 
Ketika di perjalanan, kami masih terus membisu dan hanyut pada pikiran kami masing-masing. Aku melirik nya sejenak dia tengah memainkan ponselnya, sama seperti saat di rumah. Senyum-senyum sendiri layaknya orang gila. Apanya sih yang lucu? Aku jadi penasaran tapi ah sudahlah kali aja dia lagi nonton video yang lucu. 
Empat jam kemudian. 
Avanza yang kami naiki berhenti di depan sebuah rumah yang sederhana. Aku menghela nafasku lagi, rumah itu terlihat usang dan tak terawat, ya itu adalah rumah mertuaku. Dulunya ibu mertuaku seorang janda, Ayah mertuaku meninggal sejak suamiku masih kecil ketika umurnya baru beranjak 8 tahun. 
Ayah mertuaku meninggal karena tumor leher, sampai saat suamiku kelas 2 SMP, ibunya menikah lagi. Yang berarti dia memiliki Ayah tiri. 
"Ayo Dek turun, inilah rumah abang. Abang bukan orang kaya kan Dek? Tapi abang orang nya bertanggungjawab kok." Ujarnya pelan, sambil menyodorkan uang 2 lembar ke supir travel. 
"Terimakasih Pak," ujarnya lagi pada supir itu. 
Aku hanya tersenyum dan langsung turun dari mobil, sementara dia sibuk dengan barang-barang kami. 
Sesampainya di rumah, mertuaku tampak antusias menyambut kedatangan kami berdua. Kami juga buru-buru menyalami kedua orang tuanya. 
"Alhamdulillah kalian selamat dalam perjalanan, ayo masuk. Mamak sudah masakin ikan asam pedas kesukaan mu." Ibu mertuaku menepuk pundak suamiku pelan. 
"Iya bu." Jawab kami berbarengan. 
Bang Awan meletakkan tas di atas lantai setelah itu mengajakku ke dapur dan benar aja makanan sudah terhidang di dalam tudung saji. Mamak yang kebetulan sudah duduk segera membuka tudung saji itu, seketika asap mengepul dari mangkuk yang berisi ikan asam pedas. 
"Wah enak nih, kebetulan juga perutku udah keroncongan, kita makan dulu ya Mak." Celetuk Bang Awan. 
"Ya, masakan ini memang khusus Mamak sediakan untuk kalian, Mamak sama bapak sudah makan tadi. Sekarang giliran kalian!"
Kami berdua mengangguk dan mulai menikmati santapan itu karena waktu itu memang sudah agak siang juga. 
Pukul 11.00 WIB. 
Aku menguap dan rasanya ngantuk juga, Aku pamit pada mertuaku untuk masuk kamar, mereka menyetujui saja. Ternyata Bang Awan membuntuti ku dari belakang. 
"Lah, ikut juga?" Tanyaku padanya. 
"Iya Dek Abang juga pengen tidur."
Aku mengangguk dan hendak mendudukkan pantatku di atas dipan tapi belum sempat Aku duduk, Bang Awan tiba-tiba mendorong ku hingga akhirnya Aku jatuh terlentang di atas kasur empuk itu. 
"Abang apaan sih." Protesku yang agak kesal tapi dia hanya tersenyum sumringah sambil membuka kancing kemejanya satu persatu-satu. 
"Abang mau ngapain?" Tanyaku heran. 
"Ngak usah tanya, adek diem aja di situ ngak usah bangun!"
"Okelah."
"Nah gitu dong jadi isteri kan memang harus nurut biar tambah di sayang suami."
Bang Awan sudah selesai melucuti semua pakaiannya dan ku lihat dia benar-benar polos tanpa sehelai kain yang menempel di tubuhnya. Dengan gerakan spontan bang Awan langsung menimpa tubuhku lalu menciumi bibirku. Aku sempat ingin memberontak karena untuk saat ini waktunya tidak tepat.
"Aku ngantuk bang, Aku ingin tidur." Tolakku di tengah ciuman itu
"Main dulu sebentar habis itu adek baru boleh tidur."

Komento sa Aklat (105)

  • avatar
    SalsabilaSarah

    keren

    01/07

      0
  • avatar
    Ana Ardiana

    bagus

    30/06

      0
  • avatar
    dethiaaa

    wah keren

    29/06

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata