logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

6. Perayaan Bersama.

Rafael menghampiri daffin yang sedang menikmati makan siangnya. 
“Hei, jadi tidak untuk makan di restoran seafood kenzie nanti malam? Kalau jadi, aku akan memesan meja sekarang, agar kita tidak kehabisan meja makan di sana. Karena tempat itu sangat ramai pengunjung ketika sudah malam.” tanya rafael, sambil menjelaskan detailnya.
“Terserah kakak saja, aku ingin menikmati makan siang ku dulu.” jawabnya, sambil mengunyah makanan di mulut nya yang baru saja ia masukkan.
“Ah, baiklah. Bagaimana pun, kau tetap akan mengatakan itu.” ucapnya, lalu pergi ke tempat restoran kenzie.
Tetapi sebelum itu, rafael menelepon kenzie untuk mengajaknya merayakan peresmian daffin sebagai CEO baru. Sekaligus dengan meminta diskon makanan pada kenzie, karena seafood di restoran kenzie sangatlah mahal untuk dompetnya yang terlalu berat mengeluarkan uangnya itu.
***
“Halo kenzie, ini aku rafael.”
“Iya. Aku ingin bertanya, apakah nanti malam kau ada waktu senggang?”
“Tidak ada apa-apa, hanya saja merayakan peresmian daffin, sebagai pemimpin baru di Perusahaan ayahnya.
“Iya, nanti akan aku sampaikan.”
“Di restoran seafood mu, jam delapan malam nanti. Bisa kan?”
“Baiklah, kalau begitu aku tutup teleponnya. Sampai jumpa nanti malam.”
***
“Tak di sangka, dia sesenang itu mendengar kabar tentang peresmian daffin ini? Aneh, seperti mereka memiliki hubungan.” gumamnya, lalu pergi ke toilet.
*****
Jam pulang kantor pun tiba, rafael siap memanggil daffin untuk segera cepat datang ke depan, karena dia yang sudah dari tadi berada di depan gedung sedang berbincang dengan para security.
Rafael menelepon daffin,
"Daffin. Cepat ke bawah! Lama sekali, aku sudah menunggu mu sejak tadi." ucapnya, penuh emosi.
Daffin yang sedang berjalan menuju lift, "Iya, aku juga ingin turun. Sabarlah, wahai kak rafael." jawabnya, bernada lembut.
Meleleh mendengar suara daffin, "Ah, baiklah. Aku akan menunggu mu di mobil saja." ucapnya, menurunkan nada emosinya.
"Umm. Oke." jawabnya, lalu mematikan teleponnya.
17 menit kemudian, daffin sampai di depan gedung, lalu dia siap memasuki mobil rafael.
Daffin memasuki mobil, "Uh, ayo berangkat." ucapnya, memberi aba-aba keberangkatan.
Rafael menatapnya beberapa detik, sambil memperlihatkan wajah kesal menunggu daffin yang terlalu lama untuk mendatanginya.
"Lama sekali! Dari mana saja kau?!" ucapnya sangat kesal.
"Aku? Ya dari ruangan ku, lalu mampir menyapa beberapa karyawan, setelah itu baru menghampiri mu." jawabnya, berkata jujur pada rafael.
"Aish! Sangat menyebalkan!" ucapnya, lalu menyalakan mesinnya.
dan mereka berdua bergegas pergi ke restoran kenzie. Selama beberapa jam kemudian, mereka pun sampai di depan restoran kenzie.
"Tunggu!" ucap daffin, membuat rafael terkejut.
"Ada apa?" tanya rafael, kembali menutup pintu mobilnya.
"Mengapa kau mengajak ku ke sini?" tanya daffin, merasa kebingungan.
"Kan kau sendiri yang menyetujui, jika kita merayakan keberhasilan di sini." jawabnya, lalu "Kau sudah lupa?" tanya, rafael.
"Benarkah? Aku lupa soal ini. Aku kira kau akan mengajak ku pulang ke rumah." jawabnya, benar-benar pelupa.
"Hei! Kau sedang menyinggung ku?" ucapnya, penuh dendam.
Daffin melihat wajah rafael yang sudah memerah, "Ah! Tidak-tidak kak. Aku benar-benar lupa. Tidak ada maksud menyinggung mu." jawabnya, dengan cepat dan melipat ketiga jari dan menyisakan seperti peace.
"Aku yang lebih tua dari mu, mengapa kau yang lupa?" tanya rafael, lalu sengaja membawa umurnya.
"Ah, aku benar-benar lupa. Sebaiknya kita masuk ke dalam restoran, Sebelum kakak semakin marah pada ku." ucapnya lalu turun dari mobil.
"Dasar anak itu, aku kira dia akan lebih menjadi dewasa. Tetapi hanya wajahnya, selebihnya masih seperti anak kecil." gumam rafael.
Mereka masuk ke dalam restoran, dan ternyata kenzie sudah menyambutnya di depan pintu restoran.
"Tenangkan hati mu. Dia hanya melambaikan tangannya, jangan terlalu berlebihan. Aku yakin diri ku bisa!" gumam daffin, yang tidak kuat menahan senyuman kenzie.
"Selamat datang, Pak Daffin dan Pak Rafael." sapanya, menyambut mereka berdua dengan formal.
"Ini di luar pekerjaan, panggil nama saja. Umur kita sama bukan?" ucap daffin, yang tidak menyukai sapaan kenzie.
"Ikuti saja apa perintah bos." sambung rafael.
Kenzie tersenyum dan menganggukkan kepalanya, seolah mengerti apa yang di katakan rafael.
"Mari masuk. Aku sudah memilihkan meja yang cocok untuk perayaan ini." ucap kenzie, lalu mengajak daffin dan rafael ke atap.
Ternyata, Kenzie akan membawa mereka ke roof top. Karena pemandangan malam yang di sukai kenzie, dan cocok dengan perayaan daffin yang baru di resmikan jabatan CEO nya.
Tiba-tiba rafael mengatakan, "Terima kasih, kau sudah meluangkan waktu mu, dan ingin bergabung dalam perayaan ini." ucapnya, lalu duduk di kursinya.
"Sama-sama, aku juga senang bisa merayakan ini bersama-sama." jawabnya, sesingkat itu.
Lalu pergi mengambil makanan yang pernah di pesan daffin waktu mereka meeting bersama di restoran itu.
Kenzie kembali, "Tunggu ya, makanannya sedang di persiapkan dulu." ucapnya, lalu duduk di samping daffin.
Daffin dan Rafael mengangguk secara bersamaan, dan saling menatap satu sama lain. Karena merasa keheranan, mereka belum memesan apa pun, tetapi mengapa makanannya sudah di siapkan?
"Tunggu kenzie, kita belum memesan apa pun dari menu ini. Mengapa makanannya sudah di persiapkan?" tanya daffin.
"Hm, soal itu. Aku mencatat makanan mu yang kemarin kau pesan." jawab kenzie, sedikit malu-malu.
"Oh, begitukah? Ya sudah lah, lagi pula aku menyukai semua makanan mu." ucapnya membiarkan pesanannya sesuai catatan kenzie.
Rafael melirik ke arah daffin yang secara tiba-tiba. "Mengapa anak itu tiba-tiba sangat manis sekali tingkahnya? Sangat berbeda, jika seseorang melakukan hal sebelum di perintahkan nya, mungkin dia akan marah dan tidak akan menerima makanan buatan orang itu. Ini benar-benar sangat aneh, ada apa dengan daffin hari ini?" ucap rafael dalam hatinya. Dan masih menatap keheranan pada daffin.
Daffin yang terganggu dengan tatapan rafael, dia pun langsung memukul pelan wajah rafael. "Apa-apaan kau ini? Mengapa kau menatapku seperti itu?! Ada yang salah pada diriku?!" ucapnya, sangat kesal dengan tatapan rafael.
"Iya! Kau aneh hari ini!" jawabnya, to the point.
"Aku masih sehat, dan tidak stres, ataupun gila! Jangan sesekali menatap ku seperti itu, atau aku akan menampar nya dengan kencang." ucapnya, mengancam.
"Ah, Baiklah-baiklah. Aku tidak akan melihat mu seperti tadi." jawab rafael, lalu pergi ke toilet.
"Yang benar saja, aku aneh dari mana? Aku masih sehat dan tidak sakit jiwa." gumamnya, yang terdengar oleh kenzie dan membuat kenzie tertawa kecil.
"Cukup! Kau juga mengapa tertawa? Apa ada yang salah dengan ku?" ucap daffin, melihat kenzie yang tertawa. Dan mencurigai kenzie, yang sedang menertawai sikapnya.
"Tidak. Kau hanya sedikit lucu." jawabnya, sambil menutup mulutnya.
"Awas kau! Jika aku tahu kau menertawai ku lagi, akan aku..." ucapnya, ingin mengancam lalu teringat sesuatu.
"Aku apa? Kau mengancam ingin memukulku sama seperti kau mengancam asisten mu?" ucapnya, tanpa rasa takut.
"Tidak-tidak, maaf." jawab daffin, tak sanggup berhadapan dengan kenzie, lalu meminta maaf padanya.
Dengan wajah yang kesal, "Aku yang akan memperingati mu, sebelum kau memperingati ku!" ucapnya, membuat daffin ketakutan. "Jika kau berani macam-macam dengan ku, akan aku jadikan kau teman ku." ucapnya, sambil terkekeh geli.
"Ah, sudahlah. Kau membuat ku merasa panas, di angin yang cukup dingin di sini." jawabnya, mulai menggoda kenzie.
"Bisa-bisa nya kau menggoda ku." ucapnya, sambil memukul bahu daffin dengan kencang, lalu tertawa setelah daffin hampir terjatuh karena pukulannya.
"Ugh! Pukulan mu masih kencang ya, sangat mengerikan." Daffin menyinggung kekuatan pukulan kenzie, yang pernah ia terima semasa SMA dulu.
Kenzie berganti wajahnya dan menatapnya dengan tajam, lalu pergi menuju dapur.
"Salah ku di mana? Aku kan mengatakan yang sebenarnya? Dasar wanita aneh! Tapi aku menyukainya, berarti aku menyukai wanita aneh seperti dia? Ah tidak-tidak dia tidak aneh, hanya saja tuhan memberikan dia kekuatan spesial. Hehe." gumamnya, sambil melihat kenzie pergi. 
*****
Rafael kembali dari toilet.
"Kau dari mana saja, lama sekali?" Tanya daffin, yang sudah merasa bosan di sana.
"Dari toilet, tetapi aku bertemu dengan teman lama ku di toilet, jadinya aku berbincang sebentar." jawabnya, lalu "Kenzie ke mana? Apa dia masih di dapur?" tanya nya.
"Iya, dia kembali ke dapur." jawab daffin, "Memangnya kemarin kita memesan seberapa banyak makanan?" ucap nya kesal dengan makanan yang belum datang-datang.
Tak lama kenzie datang dengan membawa beberapa minuman.
Kenzie menaruh minuman di masing-masing pesanan, "Ini minumannya, kau suka jus jeruk kan? Dan Pak Rafael, jus mangga. Benar bukan?" ucap kenzie, lalu menanyakan jika catatannya tidak salah.
Rafael menjawab, "Iya." dan daffin hanya menganggukkan kepalanya.
"Makanannya masih di dalam, sebentar lagi datang. Mohon bersabar." ucap kenzie, melihat wajah daffin yang kesal menunggu makanan.
"Saya selalu sabar, yang tidak sabaran itu daffin. Lihat saja raut wajahnya, sudah merasa bosan." jawab rafael.
"Aku? Tidak. Aku hanya sedikit mengantuk saja, aku akan menunggu." elaknya.
"Tidak lama kok, sebentar lagi." jawabnya, lalu "Nah, itu dia makanannya sudah datang." ucapnya, membantu pekerjanya menaruh makanannya.
"Ini bu, makanannya." ucap pelayan itu.
"Terima kasih ya Mita, kamu boleh kembali." jawab kenzie, yang memanggil pelayannya dengan nama Mita.
"Baik bu. Jika ibu butuh sesuatu lagi, nanti panggil saya saja." ucap Mita.
"Iya Mita." jawab kenzie, lalu Mita pun pergi dari sana.
Mita pun pergi, daffin langsung menyambar makanannya, karena dia sudah tidak sabar untuk memakannya.
Kenzie menyilangkan kedua tangannya di dadanya, lalu "Ckckck, kau ini tidak tahu cara menghormati seseorang yang lebih tua dari mu?" ucapnya, mengarah pada daffin.
Daffin menaruh makanannya, "Maksudnya apa? Tentu saja aku tahu, cara menghormati orang yang lebih tua dari ku." jawabnya, tak terima dengan ucapan kenzie.
"Kau memanggil pak rafael dengan sebutan kakak bukan?" tanya kenzie, daffin lalu mengangguk.
"Jadi, tunggu apa lagi? suruh  orang yang kau panggil dengan sebutan kakak mu itu, untuk memakan makanannya lebih dulu, setelah itu baru kau bisa memakan makanan mu. Paham?" ucapnya, menyuruh daffin untuk menyuruh rafael memakan makanannya lebih dulu.
"Ah, sudah-sudah. Tidak perlu harus yang lebih tua memakan makanan, aku juga menganggap daffin teman, bukan adik. Jadi santai saja, oke." ucapnya, masih menunggu daffin untuk memakan makanannya.
"Tidak Pak Rafael. Rupanya, kau ini juga sama-sama tidak mengerti sopan santun saat makan bersama dengan orang yang lebih muda dari mu atau yang lebih tua dari mu?" selak kenzie, tetap memaksa rafael untuk memakan makanannya lebih dulu.
"Aku sudah terbiasa seperti ini dengan daffin, tidak perlu memakai sopan santun. Yang penting daffin menuruti apa pun yang aku katakan itu sudah cukup." ucapnya, masih tidak mengikuti perkataan kenzie.
"Ah, sudah-sudah. Kita ikuti saja pemilik restoran ini. Ayo, kakak makan lebih dulu, agar kita bisa cepat memakan ini sebelum makanannya dingin." ucap daffin, yang lelah dengan ocehan kenzie.
"Baiklah, aku akan memakan ini lebih dulu." jawabnya, lalu memakan makanannya setelah itu. "Ayo, kalian makan juga." ucapnya sambil mengunyah makanannya.
Daffin dan Kenzie pun, langsung mengambil makanan mereka dan memakannya. Mereka semua memakan makanannya dengan sangat lahap, selang beberapa menit kenzie mendapatkan telepon dari temannya, yaitu Dirga Baratama Bachtiar.
"Maaf, saya harus menjawab telepon ini sebentar." ucap kenzie, berdiri dari kursinya.
"Silahkan." jawab daffin, membiarkan kenzie menjawab teleponnya itu.
*****
"Halo dirga, ada apa?"
"Aku sedang di restoran ku, merayakan peresmian jabatan teman ku di sini."
"Apa? Kapan? Rachel tidak menelepon ku."
 
"Ash! Baiklah. Aku akan segera ke sana sekarang, kamu kirimkan saja alamatnya."
*****
Kenzie kembali ke meja daffin, lalu "Maaf sekarang saya harus pergi." ucapnya, lalu mengambil tasnya di kursi.
Tiba-tiba daffin menahan tangan kenzie, "Ingin ke mana? Makanan mu belum habis, tidak baik menghambur-hamburkan makanan." tanya daffin.
Kenzie melepaskan tangannya, "Maaf aku tidak bisa, aku harus pergi sekarang." jawabnya, tanpa memberitahu kebenarannya.
Daffin berdiri dari kursinya, dan meneriaki nama kenzie. "Kenzie! Kenzie!" ucapnya.
Rafael ikut berdiri dari kursinya, lalu "Sudahlah, mungkin saja dia ada urusan mendesak lainnya." bisiknya, menenangkan daffin karena teriakan daffin membuat yang lain memperhatikannya.
"Tapi dia seperti sedang menghawatirkan seseorang, apa terjadi sesuatu pada anggota keluarganya?" ucap daffin, merasa cemas pada kenzie.
"Kau tidak perlu ikut campur masalah pribadi seseorang, duduk dan habis kan makanan mu." ucapnya, mengajak daffin untuk duduk kembali di kursinya.
Daffin kembali duduk di kursinya, tetapi dia tidak memakan makanannya, dan masih memikirkan apa yang terjadi dengan kenzie, sampai-sampai kenzie meninggalkannya begitu saja.
***
Daffin berdiri dari kursinya, rafael pun menanyakan kepergian daffin. "Hei! Hei! Kau mau ke mana? Habiskan makanan mu dulu." ucapnya, sambil menahan tangan daffin.
"Aku tidak bisa diam saja, aku harus tahu ke mana kenzie pergi." jawabnya, melepaskan tangan rafael.
"Tunggu! Kau ingin mengikutinya?" tanya rafael.
"Iya. Aku ingin mengikuti nya, karena aku mendengar nada kepanikan dari kenzie." jawabnya, penasaran apa yang terjadi pada kenzie.
Rafael menggelengkan kepalanya, "Tidak! Aku tidak akan membiarkan mu pergi." ucapnya, masih menahan daffin pergi.
"Ayolah kak, ku mohon. Izin kan aku pergi, mengikuti nya." pinta daffin.
"Kau yang katakan sendiri, jangan pernah ikut campur dalam urusan pribadi seseorang. Tapi, kau sendiri yang ikut campur dalam urusan pribadi kenzie." ucap rafael.
"Iya, aku tahu itu. Tapi kali ini berbeda, dia spesial bagi ku." jawabnya, tak sengaja mengatakan kenzie spesial baginya.
Rafael terkejut, "Huh? Kau menyukainya ya?" tanya rafael.
"Ah, kau tidak perlu tahu. Tapi, sekarang bantu aku mengejarnya." jawabnya, mengelak.
"Jika itu alasannya, baiklah aku akan membantu mu mengikutinya." ucap rafael.
"Terima kasih kak, sekarang kita harus cepat-cepat ke parkiran." jawab daffin, lalu bergegas menuju parkiran mobil.
Rafael berdiri dari kursinya, lalu "Ayo." Mengikuti daffin menuruni tangga.
Mereka pun mengikuti mobil kenzie, yang ternyata mobilnya masih terlihat dari pandangan daffin. Mereka terus mengejar mobil kenzie, sampai pada akhirnya, mereka pun sampai di suatu tempat.

Komento sa Aklat (233)

  • avatar
    Yxztna_28

    Bagus banget kk ceritanyaaaaa,,cepetan di up ya kk kelanjutannyaa gasabar niee,,,,semoga aja kenzie sama daffin bersatuu,,dan terornya selesaii,,jgn sampai kenzie nikah sama dirgaa,,jgn ya kk pliss,,udh bagus kalo kenzie sama daffin tpi apapun endingnya,,tetap semangat kk,,jangan lama2 ya kk upnyaa nungguin niee😊

    19/01/2022

      3
  • avatar
    Karll08

    nice

    2d

      0
  • avatar
    gempolbalerante

    Sangat berkesan sekali,,

    15d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata