logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

5. Peresmian Jabatan.

Rafael berkendara dengan merasakan kekesalan pada sikap daffin di toko kue kenzie, dia memang tidak bisa menahan kemarahannya di depan koleganya, hampir saja reputasi rafael hancur karena memukul dan mengancam daffin di depan kenzie.
Tiba-tiba ada yang meneleponnya, itu dari fachrazi ayah daffin. Mungkin dia akan menanyakan keberadaan anaknya.
“Halo om,” ucapnya.
“Bagaimana dengan daffin? Apa dia sudah ketemu?” tanya fachrazi.
“Sudah om, daffin sudah di temukan.” jawabnya, dengan nada rendah.
“Kalian tidak bertengkar, kan?” tanya fachrazi, ingin memastikan keadaan daffin.
“Hanya sedikit, tapi sudah di tangani.” jawabnya, mengakui bertengkar dengan daffin.
“Ya sudah. Kalau begitu kalian cepat datang ke kantor, om akan merapatkan posisi daffin di kantor.” ucapnya, menyuruh rafael untuk datang dengan cepat.
“Baiklah om, Rafael dan daffin akan segera ke sana.” jawabnya, lalu mengakhiri panggilan tersebut.
*****
Daffin melirik ke arah rafael, karena namanya terlibat di dalam panggilan itu, “Ayah?” tanya daffin.
“Iya. Kau harus mandi dengan cepat, karena ayah mu ingin kita ke kantor dengan segera.” Jawabnya, tak banyak basa-basi.
“Maksud mu saat ini, ayah sedang berada di kantor?” tanya daffin, kurang mengerti dengan perkataan rafael.
“Iya. Jika sudah di sana bersikaplah yang baik, dan jangan membantah perkataan ayah mu!” jawabnya, masih ingin memperingati daffin.
“Apa ayah akan membicarakan posisi ku di kantor?” tanya daffin, penasaran dengan kedatangan ayahnya di kantornya.
“Iya, seluruh nya akan membicarakan penempatan posisi mu di kantor. Aku harap semoga saja kau menjadi CEO yang kau ingin kan, tapi jika tidak. Kau jangan berkecil hati. Aku akan membujuk ayah mu untuk menjadikan mu sebagai CEO di sana.” jawab rafael, seperti menyembunyikan sesuatu.
“Jika aku bukan menjadi CEO di sana, kau pasti akan tertawa kan. Karena keinginan mu sudah terkabulkan!” ucapnya, menuduh rafael.
“Bisa-bisanya kau mengatakan itu, jika aku ingin mengambil alih posisi mu. Sudah dari dulu, aku tidak akan mengajarkan mu seluruhnya tentang perusahaan ayah mu. Dan aku bisa mengatakannya pada ayah mu, jika aku menginginkan posisi yang ayah mu jabat.” jawabnya, lalu keluar dari mobil, dan masuk ke dalam rumah.
Daffin keluar dari mobil, “Alasan saja. Aku tahu kau sedang berbohong.” ucapnya, lalu pergi ke kamarnya.
Rafael memberhentikan langkah nya, dan memandangi daffin yang sedang menaiki tangga, untuk menuju ke kamarnya sendiri.
*Lihat saja, aku akan membalas perbuatan mu itu. Dasar anak tidak tahu diri!* ucap rafael, dalam hatinya.
Hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk mandi, setelah selesai mandi daffin pun memanggil bi minah, untuk membuat kan susu hangat dan sarapan untuknya.
Rafael keluar dari ruang kerja nya, dan menghampiri daffin yang berada di ruang makan. “Kau sudah siap, ayo kita berangkat.” ucap rafael.
Dengan santainya, “Aku kedinginan, dan aku butuh susu hangat buatan bi minah. Jika kau ingin duluan ke kantor, silahkan saja, aku akan sarapan lebih dulu. Agar mental ku siap.” jawabnya, sambil memainkan ponselnya.
*BRAKK* Rafael membantingkan tas kerjanya ke meja makan, hingga membuat daffin terkejut dan menjatuhkan ponselnya.
“Astaga! Kau mengejutkan aku, hingga ponsel ku terjatuh!” bentak daffin.
“Aku akan menunggu mu, bi minah tolong buatkan aku sarapannya.” ucapnya, lalu duduk di samping daffin sambil menunggu sarapan yang akan di buatkan bi minah.
“Baik, Aden.” jawab bi minah, lalu mengambil roti lagi untuk rafael.
Sangat tidak di sangka, rafael akan makan bersama daffin. Padahal dari dulu jika fachrazi menyuruh rafael untuk makan bersama keluarga nya, rafael akan segera pergi dari rumah mereka dengan alasan ada urusan yang harus di selesaikan.
Bi minah memberikan roti, sekaligus susu hangat untuk rafael, sama seperti sarapan pagi daffin.
“Bi, saya kan tidak bilang memakai susu hangat, hanya roti lapis saja.” ucapnya, memarahi bi minah.
Sebelum bi minah menjawabnya, tiba-tiba saja daffin, lebih dulu memarahi rafael.
“Kau, ini sudah di buatkan masih saja cerewet. Cepat makan, atau kita akan terlambat!” bentaknya, membuat bi minah tertawa kecil melihat pertengkaran yang lucu itu.
“Apa yang bi minah tertawakan? Bi minah, kira ini lelucon? Huh!” kesal rafael, melihat bi minah yang tertawa.
“Ah, cerewet sekali kau! Sudah aku katakan, jangan makan jika tidak ingin! Pergi kau! Bisanya mengganggu seseorang sedang menikmati sarapan paginya yang indah." bentak daffin, karena terganggu sarapannya dengan mulut rafael.
“Indah? Kau sedang bahagia?” tanya rafael.
Daffin sudah selesai memakan sarapan nya dengan susu hangat,“ Jika iya memangnya kenapa? Ini bukan urusan mu! Urus saja masalah mu sendiri.” jawabnya, lalu pergi keluar rumah.
“Hei, aku belum menyelesaikan sarapan ku. Kau ingin ke mana?” ucapnya, sambil membawa roti lapis dan mengejar daffin.
“Kau selesaikan sarapan mu dulu, aku akan menunggu mu di mobil. Sudah sana, kembali ke dalam.” ucapnya, lalu mendorong rafael kembali menyelesaikan sarapannya dengan baik.
Daffin pergi menaruh tas kerja di kursi belakang, saat ingin memasuki mobil tiba-tiba ada yang mengirimkan paket untuknya.
“Permisi, ada paket.” ucap kurir itu, pada penjaga gerbang rumahnya.
“Paket atas nama siapa?” tanya penjaga itu.
“Daffin Faaz Dhiaulhaq.” jawabnya.
“Oh, tunggu sebentar saya akan,-” ucapnya, terpotong oleh daffin.
“Paket untuk saya?” tanya daffin pada kurir itu.
“Paket untuk Daffin Faaz Dhiaulhaq.” ulangnya.
“Iya itu saya, di mana paket nya?” jawab daffin, menyuruh kurir memberikan langsung paket itu.
“Paket nya sangat besar pak, bisa di buka kan gerbangnya?” ucap kurir itu.
“Buka gerbangnya.” ucap daffin pada penjaganya.
Kurirnya menurunkan paket besar itu, tepat di taruh pos penjaga. Benar-benar sangat besar, daffin penasaran dengan paket itu. Tapi dia akan menundanya sampai dia kembali ke rumah, setelah bekerja nanti.
“Bawakan paket itu ke kamar ku, aku akan membukanya nanti setelah pulang kerja.” ucapnya, memerintahkan kedua penjaganya membawa paket itu ke kamarnya.
“Baik Pak.” jawabnya, lalu membawa masuk paket itu ke dalam rumahnya.
Saat rafael sedang keluar rumah, karena sudah menyelesaikan sarapannya. Dia terkejut melihat kedua penjaga gerbang membawa paket besar itu, dia pun menanyakan paket untuk siapa dan mau di bawa ke mana.
“Hei tunggu, ini apa? Mau kalian bawa ke mana?” tanya rafael.
“Maaf Pak, ini paket mas daffin. Kita mau bawa ke kamarnya.” jawab salah satu penjaga itu.
“Daffin? Kapan dia memesan paket sebesar ini?” tanya rafael.
“Kita juga tidak tahu, mas daffin juga terkejut setelah mendapatkan paket ini. Awalnya dia mengira jika paketnya kecil, tetapi kurir itu mengeluarkan yang ini.” jawab penjaga.
“Oh, baiklah. Bawa saja ke kamarnya.” ucapnya, lalu rafael memasuki mobilnya untuk segera berangkat.
“Kau lama sekali, hanya sarapan sandwich dan susu hangat saja, selama itu.” ucap daffin, setelah rafael masuk ke dalam mobil.
“Aku harus mencerna makanan itu, tahu!” jawabnya, sedikit melucu.
“Dasar bayi! Kenapa harus mencernanya selama itu, kau ini sudah dewasa bukan bayi. Bodoh!” ucapnya, sambil tertawa kecil.
“Ah, lupakan saja. Mari kita berangkat sekarang.” ucap rafael, lalu menyalakan mesin mobilnya.
“Yang lama itu kau, bukan aku.” jawabnya, memasangkan earphone di telinganya.
Perjalanan menuju kantor, berlangsung dengan damai tidak ada gangguan dari jalanan atau pun dari daffin sendiri. Sampai akhirnya rafael teringat dengan sesuatu.
“Fin, paket besar tadi itu punya kau?” tanyanya, penasaran dengan isi paket itu.
“Seseorang mengirimkan nya untuk ku, aku tidak tahu isinya. Akan ku buka nanti, setelah pulang kerja ini.” jawabnya, menikmati udara di luar kaca mobil.
“Kau bercanda? Kau tidak melihat pengirimnya? Jika paket itu berisi bom bagaimana? Kau ini ceroboh sekali sih!!” kesal rafael, mulai mengeluarkan otot-otot uratnya.
“Yang mendapatkan paket itu adalah aku, lantas mengapa kau yang sangat begitu panik sekali, dan berpikiran di luar akal sehat mu? Aku yang pemilik nya saja, tidak terlalu menanggapinya. Santai saja bung.” jawabnya, benar-benar sangat santai dan tidak terpancing emosi.
“Ah, sudah lah. Tidak perlu di bahas lagi.” ucapnya, kembali fokus pada jalannya. Dan daffin hanya menganggukkan kepalanya, sambil menikmati alunan musik dan udara yang masih segar.
Sesampainya di kantor, rafael sudah di telepon fachrazi sebanyak 5x karena keterlambatan mereka berdua, peresmian jabatan akan di tunda sampai selesai jam makan siang.
“Kalian dari mana saja? Lihat ini sudah jam berapa? Kalian terlambat 2 jam!” kesal fachrazi, pada rafael dan daffin yang telat datang.
“Maaf Pak, tadi di jalan kami mengalamu gangguan teknis, yaitu kedua ban mobil belakang bocor. Jadi, saya harus ke tambal ban untuk menambalnya.” jawab rafael.
“Rapat akan di mulai lagi setelah jam makan siang selesai.” ucapnya, lalu pergi dari sana.
“Ayah, tunggu sebentar.” ucap daffin menahan ayahnya yang ingin pergi.
Fachrazi membalikkan badannya, “Ada apa?” tanyanya.
Dengan wajah yang sangat gembira, “Ayah akan menjadikan ku CEO di sini bukan?” tanya daffin.
“Terlalu percaya diri. Bukan aku yang menentukannya, tetapi karyawan yang lain akan menentukan nasib mu.” jawabnya, sangat tak peduli.
Dengan ekspresi yang sangat terkejut, “Maksud mu, aku belum tentu akan di jadikan CEO di sini? Lalu untuk apa kau menyuruh ku, untuk belajar mengurus perusahaan, alih-alih kau ingin memberikan perusahaan mu selamanya?” tanya daffin.
“Sebaiknya kau masuk ke ruangan mu. Kerja yang teliti dan disiplin, karyawan di sini lah yang akan menentukan ketelitian mu dalam bekerja, dan seberapa tanggung jawab mu dalam pekerjaan mu.” jawabnya, lalu pergi meninggalkan daffin begitu saja.
Daffin merubah sikapnya, “Oh, baiklah. Aku akan menuruti mu.” ucapnya, lalu kembali ke ruangannya.
Fachrazi kembali lagi untuk menanyakan kepergian daffin yang tiba-tiba, “Tunggu dulu. Pagi-pagi kau pergi ke mana?” tanya fachrazi.
“Aku? Hm, aku hanya berlari pagi saja.” jawabnya, sedikit takut dengan ayahnya.
“Kau yakin hanya itu? Kau masih memiliki kesempatan untuk jujur pada ku sekarang, agar aku bisa memaafkan mu.” ucapnya, ingin mendengar penjelasan dari daffin. Tetapi tiba-tiba saja, “Kau memiliki hubungan dengan asisten Juan?” tanya fachrazi pada daffin.
“Maksud ayah Kenzie? Aku tidak memiliki hubungan apa pun dengan nya.” Jawabnya, sangat hati-hati.
“Dengarkan aku, nak. Jika kau berani berkencan dengan wanita itu, kau akan mengalami nasib yang buruk.” Ucapnya, menjelek-jelekkan kenzie.
“Apa maksud dari perkataan ayah itu? Memangnya ada yang salah dengan kenzie?” tanya daffin.
“Ada.” Jawabnya, membuat daffin semakin penasaran dengan perilaku buruk apa yang kenzie lakukan, sampai-sampai ayahnya menjelek-jelekkan dirinya. “Dan kau tidak perlu tahu.” ucapnya, lalu pergi meninggalkan daffin lagi.
“Ayah!” teriak daffin, lalu “Selalu saja membuat ku penasaran.” gumam daffin, langsung memasuki lift yang sudah terbuka.
***
Fachrazi beberapa kali menepuk pundak rafael, dan mengatakan jika, “Kau tetap harus mengawasi nya, dan jangan sampai kehilangan seperti tadi.” ucap fachrazi, sangat serius.
“Baik, Pak.” jawabnya, lalu pergi ke ruangan daffin.
***
Makan siang di adakan di ruang rapat, dewan perwakilan dari di berbagai bidang hadir, dan mereka akan yang mengumumkan dan memutuskan, peresmian jabatan untuk daffin atau tidak.
“Daffin, apa kabar? Sudah lama kita tidak berjumpa ya.” ucap seorang wanita.
“Hai Vera, aku baik. Kau bagaimana?” jawab daffin, yang memanggil wanita itu dengan nama vera.
“I'm good. Oh ya, selamat ya atas jabatan yang sebagai CEO. Kamu hebat bisa mendapatkan jabatan itu, dari ayah mu.” jawabnya, lalu tak sengaja mengatakan keputusan pada dewan, yang sudah di rapatkan, sebelum kedatangan daffin.
Daffin merasa curiga, “Huh, selamat kata mu? Aku bahkan, tidak tahu apakah aku akan di terima atau tidak.” Jawabnya, mencurigai vera.
*Huh* Alin terkejut, lalu menutup mulutnya dengan tangan kirinya. “Ah, maaf. Aku kira, sudah di beritahu keputusan nya.” ucap vera.
“Tidak apa-apa. Aku juga yakin, bahwa aku lah yang akan menduduki kursi CEO MetronHAQ.” jawabnya, sangat percaya diri.
Vera yang matanya sipit pun tersenyum, hingga terlihat bola matanya. Vera adalah Leader, di pabrik Swellya. Pabrik terbesar dan banyak berbagai cabangnya di Indonesia maupun di luar negeri, yang memasarkan berbagai perlengkapan kebutuhan. Seperti : tas, baju, celana, sepatu, dan sandal.
Mereka berdua ikut mengantre, untuk mengambil makanan, di prasmanan yang sudah di siapkan sedari tadi.

“Oh iya, Vera. Saat ini kau bekerja di cabang mana lagi?” tanya daffin, mengambil nasinya.
“Seattle.” jawabnya, bergantian dengan daffin mengambil nasi.
“Wow. aku belum pernah ke sana. Jika aku di jadikan CEO, apakah aku akan bisa ke sana?” ucap daffin.
“Tentu saja bisa, atau mungkin kau akan lebih sibuk dari biasanya.” jawab vera.
“Haha, aku rasa aku tidak akan terlalu sibuk, karena kak rafael akan membantu pekerjaan ku.” ucapnya, tertawa kecil.
Saat daffin masih menikmati makanannya bersama dengan Vera, tiba-tiba mic menyala, dan salah satu manajer pertanggungjawaban acara peresmian itu mengumumkan tentang layaknya daffin menjadi pemimpin atau tidak di perusahaan nya.
“Pengumuman-pengumuman... Jadi, berdiri nya saya di sini dan mewakili dari seluruh dewan perwakilan dari masing-masing bidang pekerjaan yang dari dalam perusahaan maupun pabrik-pabrik, akan mengumumkan pertimbangan masa percobaan untuk Daffin Faaz Dhiaulhaq, selaku anak bungsu dari Pak Fachrazi yang pernah memimpin perusahaan ini, dan yang akan menjadi CEO di Perusahaan MetronHAQ. Saya mengumumkan, selamat atas peresmian jabatan nya, Pak Daffin. Masa percobaan sudah berakhir dan setelah ini Pak daffin akan menjadi Pemimpin seterusnya di Perusahaan MetronHAQ.” ucap manajer itu, lalu memberikan tepuk tangan keberhasilan daffin.
Atas masa percobaan menjabat sebagai pemimpin di sana. Dan kini daffin akan benar-benar menempati posisi yang pernah ayahnya tempati.
“Vera, ini gak bohong kan?” tanya daffin sangat tidak percaya.
“Tidak. Kau dengar sendiri bukan? Kau memang di resmikan menjadi pengganti ayah mu di sini. Selamat dari ku untuk mu.” jawabnya, sama-sama bahagia dengan peresmian daffin sebagai CEO pengganti fachrazi di Perusahaan MetronHAQ.
Daffin langsung maju ke podium, dan mengucapkan banyak terima kasih untuk para petinggi lainnya, yang sudah mempercayakannya bisa menjadi CEO pengganti ayahnya itu. Dan dia juga tidak lupa berterima kasih pada rafael, selaku yang pernah menjadi asisten ayahnya selama 9 tahun, dan membimbing daffin hingga daffin berada di tempat yang daffin inginkan sekarang. Berkat rafael, daffin bisa mencapai mimpinya. Jika rafael tidak memiliki kesabaran dengan daffin yang sangat ceroboh, mungkin saja saat ini dewan perwakilan tidak akan menunjuk daffin sebagai pemimpin baru di perusahaan ayahnya.
Setelah di luar ruangan, Daffin menghampiri rafael yang sedang berada di luar gedung untuk merokok.
“Kakak!” teriak daffin, masih di dalam gedung.
“Hei, ada apa?” tanya rafael.
Daffin hanya tersenyum lebar, lalu memeluk rafael seperti dia sedang memeluk kakak Raz fandhiaulhaq, kakak kandungnya yang sedang berada jauh darinya.
“Hei, ada apa ini. Lepaskan aku, ih! Jangan memeluk ku seperti ini, aku masih normal.” bantah rafael, yang tak suka di peluk oleh daffin.
“Terima kasih, kak. Kau selalu membantu ku, untuk mewujudkan keinginan ku.” ucapnya, masih memeluk erat rafael.
“Iya sama-sama. Tapi, sedikit menjauhlah dari diri ku. Ini sangat menggelikan!” jawabnya, lalu mendorong daffin dengan kerasnya.
“Jika kau tidak memiliki kesabaran untuk ku, mungkin saja saat ini aku tidak akan berada di posisi itu.” Ucapnya, pada rafael yang membantunya untuk mencapai mimpinya.
“Baguslah, Jika kau menyadarinya. Dan ingat ini, jangan pernah berpikir buruk tentang ku. Jika aku menginginkan posisi itu, aku tidak akan membantu mu sampai saat ini. Paham!” jawabnya, lalu memperingati daffin kembali.
“Iya, kak. Aku tidak akan mencurigai mu lagi.” ucapnya, yang berjanji tidak akan mencurigai rafael lagi.
“Sebagai perayaannya perdamaian kita, bagaimana jika kita makan bersama di restoran kenzie?” tanya rafael, sangat tiba-tiba.
“Restoran seafood yang pernah kita datangi untuk kerja sama itu?” tanya daffin, mengulang.
“Iya. Kita pernah ke sana, dan dia mengatakan pada ku, jika koleganya makan di restoran nya dia akan memberikan diskon untuk koleganya.” jawab rafael, yang sangat menginginkan diskon makan dari restoran seafood milik kenzie.
“Ah kau ini, dari dulu masih saja menjadi pengincar diskon makanan. Pantas saja kau masih melajang, di usia mu yang sudah beranjak ke 31 tahun ini. Kau terlalu pelit, untuk mengeluarkan uang mu yang terlalu banyak itu.” ucap daffin, meledek rafael.
“Aku bukan pelit, hanya saja menabung untuk pernikahan ku nanti. Siapa tahu, calon istri ku meminta pesta pernikahan yang megah dan pakaian pernikahan yang harganya bombastis.” jawab rafael, membela dirinya.
Tetapi daffin membalas, memberikan pencerahan untuk rafael yang lebih tua tiga tahun darinya. “Maka nya kalau tidak ingin menghambur-hamburkan uang yang kau tabung itu, carilah istri yang tidak terlalu menuntut mu. Jika kau mendapatkan calon sebelum menikah sudah merepotkan, bagaimana nanti setelah menikahnya? Pasti dia akan selalu merepotkan mu, dan tidak ingin mandiri.” ucapnya, lalu kembali ke dalam gedung.
“Aku yang lebih tua dari mu, mengapa kau yang menceramahi ku? Dasar menyebalkan!” gumam rafael, lalu mengikuti daffin yang kembali masuk ke dalam gedung.

Komento sa Aklat (233)

  • avatar
    Yxztna_28

    Bagus banget kk ceritanyaaaaa,,cepetan di up ya kk kelanjutannyaa gasabar niee,,,,semoga aja kenzie sama daffin bersatuu,,dan terornya selesaii,,jgn sampai kenzie nikah sama dirgaa,,jgn ya kk pliss,,udh bagus kalo kenzie sama daffin tpi apapun endingnya,,tetap semangat kk,,jangan lama2 ya kk upnyaa nungguin niee😊

    19/01/2022

      3
  • avatar
    Karll08

    nice

    2d

      0
  • avatar
    gempolbalerante

    Sangat berkesan sekali,,

    15d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata