logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

4. Daffin Kabur.

Keesokan paginya, daffin keluar rumah tanpa sepengetahuan ayahnya dan tanpa mengatakan pada rafael. Itu membuat rafael terkejut saat mengecek kamar daffin yang kosong. Dia tidak berani mengatakan pada ayah daffin, jika daffin sudah tidak ada di rumah.
“Rafael, kamu sudah tiba?” ucap fachrazi, melihat rafael yang keluar dari kamar daffin.
Rafael terkejut, “Eh, om. Iya om.” jawabnya, lalu menutup pintu kamar daffin.
Fachrazi curiga dengan gerak-gerik rafael, “Daffin masih tidur? Kok dia gak keluar kamar?” tanyanya, ingin membuka pintu kamar daffin, tetapi...
“Eh, om mau ke mana? Daffin lagi mandi.” ucapnya, sambil menahan fachrazi untuk membuka pintu kamar daffin.
“Daffin ada di dalam kan?” tanya fachrazi, merasa curiga.
“Ada, kok om. Dia lagi mandi.” jawab rafael, lalu mengajak fachrazi turun ke lantai satu untuk sarapan. “Om sudah sarapan? Kalau belum, nanti aku buatkan sandwich.” ucapnya, sambil merangkul pundak fachrazi.
“Belum. Tadinya, om mau sarapan sama daffin. Tapi, kayaknya dia masih mandi kan, seperti yang kamu katakan tadi.” jawabnya, berusaha memancing rafael.
“Oh, iya om. Daffin masih mandi, jadi om tidak perlu khawatir. Om sarapan duluan. Masalah daffin, bisa aku bawakan sarapannya ke kantor.” ucapnya, yang tidak sengaja keceplosan.
Fachrazi memberhentikan langkahnya, dan... “Jujur saja, rafael. Om, tidak akan memarahi kamu.” ucapnya, pada rafael.
“Maaf om, tapi...” jawabnya, memutuskan perkataannya.
Fachrazi tidak panik, tetapi... “Tapi kenapa? Ada apa? Daffin kabur?” tanya nya, membuat rafael semakin agak tertekan.
“Dia tidak ada dalam kamarnya. mungkin saja, dia sudah berangkat lebih dulu ke kantor.” jawabnya, perlahan-lahan mengecilkan volume suaranya.
Sambil menepuk punggung rafael, “Hm, biarkan lah dia. Sepertinya, dia sedang pergi ke suatu tempat yang tidak ingin, ada satu orang pun yang mengetahui kepergiannya. Tidak lama dia akan kembali, dia pasti akan kembali.” ucapnya, membiarkan daffin pergi kali ini, dan menenangkan rafael.
Rafael hanya mengangguk ketakutan, jika fachrazi akan menampar nya seperti saat itu. Saat di mana daffin menghilang yang pertama kalinya, dan daffin di temukan di rumah sakit sedang koma. Daffin mengalami kecelakaan parah, setelah pertengkaran dengan ayah nya yang di karena kan daffin tidak ingin pergi kuliah ke luar negeri.
Sejak peristiwa itu, fachrazi sangat ketat dalam penjagaan putra bungsu nya, karena dia juga telah berjanji kepada almarhumah istri tercinta nya, untuk menjaga kedua anak laki-lakinya tersebut dengan baik, sampai kedua-duanya tidak membutuhkannya lagi.
“Maaf om, saya izin mencari daffin.” ucapnya, ingin mencari daffin sebelum fachrazi bertindak sendiri.
Fachrazi duduk dengan mengangkat satu kaki nya di taruh ke paha sebelahnya, sambil meminum teh hangat yang sudah di siapkan oleh bi minah, asisten rumah tangganya. “Silahkan, tapi ingat! Jangan kasar padanya, dan temukan dia dalam keadaan baik.” jawabnya, sambil beberapa kali menyeruput teh hangat tersebut.
Rafael bergegas pergi dari sana, dan beberapa kali menelepon ke ponsel daffin. Tetapi, sama saja. Tidak ada jawaban dari daffin. Kali ini dia harus mencari daffin ke mana lagi, sedangkan yang dia tahu daffin itu tidak memiliki teman dekat.
“Cek cctv gerbang, daffin pergi menaiki apa dan jika dia menaiki taksi, catat pelat nomor kendaraan nya, biar aku saja yang mencarinya.” ucapnya pada seorang penjaga gerbang rumah daffin.
“Baik Pak, kami akan mengeceknya sekarang.” jawab penjaga itu.
Rafael menaiki mobilnya, menyalakan mesin dan langsung keluar dari komplek perumahan itu. Rafael juga sudah menelepon seseorang yang sudah berada di kantor, untuk mencari daffin di sana, siapa tahu daffin sudah berubah lebih rajin ke kantor. Sampai-sampai, membuat satu rumah khawatir dengan kepergiannya yang sangat mendadak.
“Halo, kau sudah memeriksa semuanya?”
“APA? Dia datang hanya untuk mengambil beberapa dokumen, lalu pergi lagi?”
“Terima kasih atas pekerjaan mu, silahkan melanjutkannya.”
Rafael semakin panik, maksudnya apa? Dokumen apa yang telah di ambil oleh daffin? Mengapa dia harus membuat semua orang curiga padanya dan membuat rafael ketakutan.
“Ini tidak bisa di biarkan, aku harus menemukan anak itu. Jika tidak, dia akan menghancurkan karier ku, yang sudah berada di puncak seperti ini.” gumamnya, menaikkan kecepatan mobilnya.
***
Saat berada di gedung perusahaan tempat kenzie bekerja, “Hei kau, ke mari!” ucap, seorang lelaki. Memakai jaket hitam dan memakai masker, berbicara pada salah satu penjaga gedung tersebut.
Penjaga itu mendekati orang yang memakai jaket dan menutupi wajahnya dengan masker iru, “Ada apa?” tanya penjaga itu.
Lelaki itu memberikan sobekan kertas yang sudah di gulung-gulung, “Panggilkan kenzie, suruh dia datang menemui ku di alamat ini.” jawabnya, yang ternyata ingin bertemu dengan kenzie.
“Nona kenzie, masih belum datang. Dia akan datang, jika sudah pukul sembilan pagi, karena dia harus pergi membuka toko kue ibunya.” ucap penjaga tersebut.
Lelaki itu membuka tudung jaketnya “Toko kue? Apa kau tahu, di mana tempat toko kue itu?” jawabnya, lalu menanyakan toko kue ibu kenzie.
“Tahu. Tunggu sebentar, Aku akan menuliskannya untuk mu.” jawabnya, lalu pergi ke mejanya, untuk menuliskan alamat toko kue kenzie.
Tak lama menuliskan alamat toko kue kenzie, penjaga itu kembali menemui lelaki itu dan memberikan sobekan kertas untuknya.
Penjaga itu memberikan alamatnya, “Ini. Hanya ini yang aku tahu. Jika anda masih tidak menemukannya, mungkin saja dia sedang berada di rumahnya dan tidak ingin bekerja.” ucapnya, memberitahu kebiasaan kenzie.
“Baiklah, terima kasih atas bantuan mu.” jawabnya, lalu pergi dari sana dengan berlari.
Seperti sudah saling mengenal kebiasaan kenzie, hingga tahu ke mana perginya kenzie jika dia tidak sedang berada di kantornya.
Lelaki itu pergi ke alamat yang di berikan penjaga tadi, dia mengikuti arahan dari sobekan kertas itu. Dan dia menemukan satu toko kue besar, mungkin itu toko kue yang dia cari.
Lelaki itu memasuki toko kue besar itu.
“Selamat datang, ada yang bisa kami ban,-” sapa kenzie, memberhentikan pembicaraan karena melihat wajah dari lelaki itu. “Daffin?” gumamnya.
“Hai, kenzie.” ucap lelaki itu,
Kenzie sangat terkejut, “Pak daffin.” ucapnya, “Apa yang membawa bapak datang ke mari?” tanyanya.
“Oh, hm.. saya, hanya berkunjung saja.” jawabnya, lalu membuka dan melihat isi menu. “Katanya, kamu mempunyai toko kue? Mengapa ini seperti di kafe?” tanyanya, setelah membuka buku menunya tadi.
“Hm, iya Pak. Ini perpaduan antara Kafe Artha dan Toko Kue Tania.” jawabnya, sambil mengelap etalase yang berada di depannya.
“Oh, begitu. Kamu pintar dalam berbisnis ya. Mengapa kamu masih bekerja di BraveMedia, padahal kamu punya beberapa usaha sendiri, dan itu lebih dari cukup?” ucapnya, lalu menanyakan tentang bekerjanya di BraveMedia.
“Kalau soal itu mungkin karena saya anaknya yang terlalu mudah bosan, dan saya tidak bisa bekerja hanya dalam satu bidang saja.” jawabnya, lalu “Eh, maaf Pak, saya lupa menawari bapak untuk duduk. Silahkan Pak, duduk.” ucapnya, langsung keluar dari meja kasirnya, lalu menyuruh daffin untuk duduk.
“Oke, terima kasih.” jawabnya, lalu menduduki kursi yang di tarik kenzie.
“Mau pesan sesuatu?” tanya kenzie.
Daffin membuka buku menu lagi, memilih makanan dan minuman nya, “Ini. black forest, dan kopi latte.” jawabnya, sambil tersenyum.
“Oke, tunggu sebentar ya Pak. Saya buat kan dulu.” ucapnya, langsung pergi ke etalasenya untuk mengambil kue dan membuat kopi latte.
“Kamu yang membuat nya? Di mana pelayan yang lainnya?” tanya daffin.
“Mereka belum datang. Mereka akan datang, jika sudah pukul sembilan. Seperti dalam perjanjian kerja.” jawabnya, sambil memberikan kue black forest.
“Oh begitu,” jawabnya, lalu “Terima kasih.” ucapnya, dan mengambil kue itu.
“Tunggu, aku akan buatkan kopi latte nya dulu.” jawabnya, lalu pergi kembali membuat kopi.
***
Saat kenzie sedang membuatkan kopi latte untuk daffin, tiba-tiba ada yang meneleponnya nomor yang tidak di kenal. Tidak berada daftar kontaknya.
“Halo, ini Kenzie Amelia Artharin. Dengan siapa saya bicara?” ucapnya, pada seseorang menelepon kenzie.
“Ini Rafael Jonathan dari Perusahaan MetronHAQ.” Jawabnya, yang ternyata adalah asisten daffin.
“Oh, Pak rafael. Ada apa ya Pak? Tumben sekali menelepon saya.” ucapnya, langsung menanyakan keperluan rafael padanya.
“Kamu melihat daffin?” tanya rafael.
“Pak daffin? Iya, dia ada di toko kue saya. Memangnya ada apa?” jawabnya, yang secara tiba-tiba, langsung menaruh gelas kopinya.
“Kirimkan alamat toko kue mu, segera saya akan menuju ke sana.” ucapnya, tanpa basa-basi.
“Baiklah Pak, saya akan mengirimkannya lewat pesan.” jawab kenzie, lalu mematikan panggilan ponselnya.
Kenzie langsung mengirimkan alamat toko kue nya pada rafael, tidak terpikirkan rafael langsung menghubungi kenzie.
Daffin melihat kenzie yang mengangkat telepon dari seseorang, dan menyebut nama daffin, “Rafael menelepon mu?” tanya nya, merasa penasaran dengan siapa yang menelepon kenzie.
“Iya, Pak.” jawab kenzie. “Maaf, sebenarnya ini ada apa ya Pak? Mendengar nada pembicaraan Pak rafael, seperti sangat menghawatirkan bapak.” tanya nya, sangat penasaran dengan nada rafael yang khawatir mencari daffin.
Daffin mengeluarkan smirk nya, “Biarkan saja, ini tidak ada apa-apa. Hanya saja, aku lelah harus meminta izin padanya dan pada ayah, hanya untuk pergi ke tempat yang ku ingin kan.” jawabnya, sangat tidak peduli dengan kekhawatiran rafael.
“Maksudnya, Bapak pergi tanpa pamit ke mereka berdua, seperti sedang kabur, benar begitu?” ucapnya, yang tidak mengetahui jika daffin sedang kabur dari rumahnya.
“Iya, tapi sepertinya tidak. Karena saya ingin berolahraga, saya menyukai berlari di jam 5 pagi. Dan saya ke sini untuk menemui mu.” jawabnya, membuat Kenzie, membukakan kedua kelopak matanya hingga melotot keheranan.
“Saya? Memangnya ada apa. Apa ada sesuatu yang ingin bapak katakan pada saya?” tanya kenzie, terkejut dengan jawaban daffin.
“Iya.” jawabnya, lalu tiba-tiba saja, “Kau masih mengingat ku?” tanya daffin.
“Huh? Maksud bapak apa?” bingung kenzie, yang tidak mengerti maksud dari daffin.
“Aku yakin sekali. Kau masih mengenal ku kan?!” ucapnya, lalu membuat kenzie terkejut.
Kenzie menelan air liurnya, “Bapak, mengingat saya?” tanya kenzie.
Daffin tersenyum senang, “Iya. Aku masih mengingat mu.” jawabnya.
Kenzie menghela nafasnya *Huft...*
“Saya mengenal bapak, tapi saya tidak berani mengatakan, jika saya mengenal bapak karena mungkin saja itu akan mengganggu pekerjaan kita.” ucapnya, setelah menghela nafas panjangnya.
“Siapa yang bilang mengganggu?” tanya daffin, sambil meminum kopi yang sudah di buatkan kenzie.
“Tidak ada. Hanya saja, tidak perlu untuk mengatakannya.” jawabnya, singkat.
“Begitukah. Kau hanya tidak ingin mengatakannya?” tanya daffin.
“Iya. Dan anggap saja, kita hanya sebatas rekan bisnis biasa.” jawabnya, sangat tidak peduli.
“Jika aku tidak menganggap mu sebagai rekan bisnis, dan menganggapmu sebagai teman ku bagaimana? Apa kau keberatan?” ucapnya, malah membuat tingkah kenzie berubah.
“Iya. itu sangat mengganggu ku, jangan menganggap ku teman mu!” jawabnya, langsung berubah perilakunya.
“Ah, sayang sekali. Padahal aku jauh-jauh ke sini dan kabur dari rumah, ingin mencari mu dan berteman dengan mu.” ucapnya, lalu bangun dari kursi nya dan melihat kedatangan nya rafael.
Rafael memasuki toko kue dengan membuka sangatlah kasar. “Kau dari mana saja? Aku mencari mu, dan ayah mu menghawatirkan mu!” bentak rafael, sambil menunjuk pada daffin.
Dengan santainya, “Aku hanya di sini, tidak ke mana-mana.” jawabnya, menambah emosi rafael.
“Kau! Sudah ku peringatkan, bukan? Jangan pernah pergi tanpa berpamitan pada ku atau ayah mu! Kami tidak akan melarang mu, jika kau mau berkata jujur pada kami.” kesalnya, lalu menarik kerah baju daffin.
“Kau tidak perlu menarik kerah baju ku!” bentak daffin yang mulai terpancing emosinya. Lalu mendorong rafael hingga terjatuh ke lantai.
“Pak Rafael!!” panik kenzie, lalu membantu rafael berdiri.
“Aku tidak apa-apa. Kau jangan ikut campur.” jawab rafael, lalu menyuruh kenzie menjauhinya.
“Lebih baik kau pergi dari sini, kau membuat ku marah.” ucap daffin pada rafael.
“Dasar anak yang tidak tahu diri!” bentak rafael.
“Kau yang keponakan tidak tahu diri!” jawabnya, semakin memanas.
Kenzie menjauh dari mereka berdua. Tetapi dia masih khawatir, dengan pertengkaran mereka berdua. Karena sedikit lagi pukul 9 karyawannya akan datang, bagaimana jika karyawannya melihat pertengkaran daffin dan rafael.
Kenzie mendekati daffin, lalu “Daffin! Sudah-sudah, lepaskan Pak rafael. Pak lebih baik bapak keluar dari sini, jika keadaan sudah membaik, saya akan memberikan daffin pada bapak.” ucapnya, memisahkan rafael dan menenangkan daffin.
Rafael mendengar perkataan kenzie dan pergi dari sana, memasuki mobilnya.
“Anak itu benar-benar tidak tahu di diri!” ucap daffin, sangat kesal pada rafael.
Kenzie menepuk-nepuk punggung daffin, “Sudah-sudah. Pak rafael melakukan itu, karena dia sangat menghawatirkan mu.” jawab kenzie, menenangkan daffin yang masih emosi.
“Tidak!” bentaknya, “Dia tidak pernah menghawatirkan ku. Dia hanya takut, jika ayah memukulinya lagi dan dia juga sangat menginginkan harta ayah ku.” jawabnya.
“Kalian bersaudara?” tanya kenzie.
Daffin merubah perkataannya seperti kenzie, “Aku tidak perlu menjawab itu, karena kau bukan teman ku. Kita ini hanya sebatas rekan bisnis. Ingat?” jawab daffin. Dan syukurnya dia langsung menurunkan emosi nya sendiri.
*Ah, lelaki itu cepat sekali, mengingat perkataan ku yang barusan.* ucap kenzie dalam hatinya.
“Sudah lah. jika tidak ingin menjawabnya, tidak perlu di jawab.” ucap kenzie, tidak memperdulikan perkataan daffin.
“Aku akan menjawabnya, jika kau mau berteman dengan ku. Bagaimana?” ucapnya, membuat kesepakatan pada kenzie.
Kenzie mengeluarkan smirk nya, “Bapak ingin menyuap ku dengan cara berteman? Cih. Tidak perlu! Aku tidak ingin membuat kesepakatan dengan mu selain tentang bisnis.” jawabnya, benar-benar tidak ingin berteman dengan daffin.
Bagaimana bisa lelaki yang dia sukai mengajaknya berteman? Saat ini juga Kenzie masih merasakan dada yang sangat berdebar-debar, karena kedatangan daffin yang secara tiba-tiba. Jika Kenzie menerima permintaan pertemanan nya itu, dia tidak akan mungkin bertahan dengan pertemanan itu, dia sangat mencintai daffin. Kenzie malah berpikir, mengapa tidak mengajak berkencan. Mengapa hanya berteman? Kenzie benar-benar tidak bisa menahan rasa itu.
“Hm, baiklah. Aku anggap impas! Aku pergi dari sini. Ini uang nya, dan sampai jumpa lagi.” ucapnya, lalu pergi dari sana.
Daffin keluar dari toko kue kenzie, dan pergi masuk ke mobil rafael.
“Kau datang?” tanya rafael terkejut melihat daffin yang duduk di sebelahnya.
Daffin sedikit menurunkan jok mobil untuknya, agar bisa tertidur dengan nyaman, “Cepat Jalan! Aku ingin mandi!” ucapnya, sambil memejamkan matanya, tanpa membalas pertanyaan rafael.
Dengan menatap tajam ke arah daffin “Jika kau bukan anak om fachrazi, tidak akan aku mencari mu sampai harus bertengkar dengan mu di depan kolega ku!” kesal rafael.
Daffin mengeluarkan nafasnya dengan cepat, seperti sedang menghina perkataan rafael. “Kau pikir dia siapa? Kolega mu? Hei, posisi mu di sini itu hanya sebagai asisten ku dan ayah ku, jangan melewati batasan mu ya!” ucap daffin, sangat meremehkan rafael.
Rafael tidak berkata apa pun lagi pada daffin, dia hanya melirik tajam beberapa saat, lalu menjalankan mobilnya, dan pergi dari sana untuk kembali ke rumah lalu berangkat ke kantor.

Komento sa Aklat (233)

  • avatar
    Yxztna_28

    Bagus banget kk ceritanyaaaaa,,cepetan di up ya kk kelanjutannyaa gasabar niee,,,,semoga aja kenzie sama daffin bersatuu,,dan terornya selesaii,,jgn sampai kenzie nikah sama dirgaa,,jgn ya kk pliss,,udh bagus kalo kenzie sama daffin tpi apapun endingnya,,tetap semangat kk,,jangan lama2 ya kk upnyaa nungguin niee😊

    19/01/2022

      3
  • avatar
    Karll08

    nice

    2d

      0
  • avatar
    gempolbalerante

    Sangat berkesan sekali,,

    15d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata