logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

2. Mengingat nya Kembali.

Setelah kembali ke kantornya, daffin merasa tidak asing dengan wajah wanita yang tadi ia temui, seperti seseorang yang pernah ia kenal sebelumnya, daffin berusaha untuk mengingat wanita itu yang bernama kenzie, kapan terakhir kali daffin bertemu dengan kenzie? Dia benar-benar, sulit untuk mengingatnya, dia bergegas pergi lagi tanpa sepengetahuan Rafael asistennya. Ke mana daffin akan pergi, apakah dia akan menemui kenzie untuk menanyakan siapa kenzie sebenarnya.
Daffin keluar gedung dan menemukan ada mobil dan sopir yang dia kenal, lalu dia meminta sopir itu pergi mengantarkannya ke suatu tempat, “Pak, antarkan saya ke,-“ ucapnya, belum menyelesaikan ucapannya, tetapi langsung di potong oleh sopir itu.
Sopir menoleh ke jok di belakangnya, lalu “Eh, maaf pak. Bukannya saya tidak mau mengantar bapak, tapi saya tidak di izinkan oleh pak rafael.” ucap sopir itu, yang tidak berani membawa daffin, tanpa izin dari rafael.
Daffin yang terkejut, lalu “Huh? Pak Rafael, melarang kamu buat mengantar saya pergi?” tanya daffin, tidak mempercayai perkataan sopir itu.
“Iya, Pak. Dan mohon turun dari mobil ini, karena saya ada pekerjaan lainnya.” ucap sopir itu, menyuruh daffin untuk turun dari mobilnya.
“Oh, baiklah.” jawabnya, lalu turun dari mobil itu, dan kembali ke dalam gedung.
Setelah memasuki gedung, daffin melihat rafael mendatangi nya dan langsung memarahi daffin, karena daffin yang tiba-tiba keluar dari ruangannya tanpa izin dari rafael.
“Kamu dari mana saja? Kakak panik mencari mu.” ucap rafael.
“Ayo lah kak, aku bukan anak kecil lagi. Sekarang juga aku di jadikan sebagai CEO di sini, jika kau terus menerus ikut campur dalam masalah hidup ku, lebih baik aku tidak melanjutkan bisnis ayah ini!” kesal daffin, lalu mengancam rafael lagi.
“Kau ini, masih saja seperti anak kecil. Selalu mengancam ku! Kau kira ancaman mu itu berguna pada ku? Kau ini di pilih oleh ayah mu, untuk menjadi pemimpin yang baik dan bisa di andalkan di sini.” ucapnya, sangat lantang, lalu menasihati daffin secara perlahan-lahan.
“Kak, aku sudah mencoba yang semua kakak suruh, kakak menyuruh ku untuk bergabung dalam rapat tadi aku mengikuti nya, apa pun yang kakak katakan aku tetap mengikuti nya, lalu sekarang apa? Aku juga memiliki kehidupan sendiri kak, tolong jangan ikut campur. Apalagi, sopir tadi mengatakan, jika tidak ada perintah dan tanpa izin dari kakak, mereka tidak akan berani membawa ku pergi. Apakah kalian menganggap ku sebagai pembantu di sini?” kesal daffin, yang selalu di atur-atur oleh rafael dari remaja sampai dewasa.
“Kenapa pikiran mu sejahat itu? Tidak ada yang melarang mu untuk pergi, tapi ini masih jam kerja daffin. Tolong lah, Kau harus membedakan jam kerja, dan jam main mu.” ucap rafael, meredakan emosi daffin.
“Aku tidak ingin bermain, aku hanya ingin pergi ke suatu tempat. Apakah aku salah?” jawabnya, hanya mengatakan detailnya sedikit.
“Tidak Daffin, tapi lebih baik kau kerjakan pekerjaan mu dulu, jika sudah kau boleh pergi dan urus urusan mu itu. Aku melakukan ini semua karena permintaan ayah mu, tolong! Jangan membantah, atau ayah mu akan menghukum ku.” ucapnya, lalu menurunkan emosinya agar daffin menurutinya lagi.
“Oke, Aku akan kembali ke ruang kerja ku. Puas Kau!” jawabnya, lalu kembali ke ruangannya.
Daffin pergi ke ruang kerjanya dengan perasaan yang sangat kacau, rafael bukanlah kakak kandungnya, tetapi rafael selalu melarang apa pun yang ingin di kerja kan daffin, sejak daffin masih SMA dan harus sesuai dengan peraturan yang rafael buat. Rafael berbeda umur 3 tahun lebih tua dari daffin.
“Kapan gue bisa bebas dari pandangannya rafael? Orang itu benar-benar harus segera di singkirkan dari Perusahaan ayah, atau dia akan semakin seenaknya sama gue.” gumam daffin, sambil mengerjakan pekerjaan yang sudah di siapkan dari rafael untuknya.
Tak lama dia pun teringat ingin menanyakan soal kenzie pada teman sekelasnya dulu, yaitu Pricilla Agatha. Dia pun mengambil ponselnya yang ada di kantung jas nya dan mengirimkan pesan singkat untuk mengatur pertemuannya dengan Pricilla.
*Pricil, gue butuh lo. Jam 8 malam nanti kita ketemuan di kafe minor, bisa kan?* Kira-kira seperti itulah tulisan pesan singkat yang daffin kirim pada teman akrabnya itu.
Tak lama Pricilla membalas, seperti *Oke, gue akan ke sana tepat jam 8 malam nanti. Jangan khawatir, gue gak akan terlambat.*
Daffin hanya membaca balasan pesan singkat dari Pricilla, temannya itu. Pricilla adalah teman akrab semasa SMA, sekaligus teman satu kompleks di perumahannya. Beruntungnya memiliki teman seperti Pricilla, yang tidak akan pernah membocorkan kebenaran tentang kehidupan daffin yang sangat berada.
Dari dulu, daffin tidak pernah bisa bergaul. Pada saat masa sekolah dasar daffin ingin sekali memiliki teman bicara sekaligus teman bermain, tetapi karena banyak yang mengetahui jika ayah daffin adalah pengusaha yang sukses dan terlalu kaya itulah mengapa daffin, malah di kucil kan dari lingkungan teman-temannya dan sampai masa SMA tiba, dia benar-benar tidak memiliki teman kecuali Pricilla teman sekelasnya sekaligus teman perkomplekan.
***
Seluruh pekerjaan sudah daffin selesaikan, tak kerasa sudah hampir setengah delapan. Dia pun bergegas pergi dan dengan meminta izin pada rafael, dengan alasan ingin pulang lebih cepat.
Daffin menemui rafael di ruang kerjanya, dan melihat rafael yang masih sibuk dengan dokumen-dokumen di mejanya, “Kak, gue izin pulang lebih awal, bisa kan?” ucapnya, yang masih kesal dengan rafael.
Rafael yang masih sibuk dengan dokumen laporan nya mengatakan, “Nanti saja, bareng sama kakak.” jawabnya tanpa memandangi wajah daffin.
“Enggak bisa! Gue ada urusan lain, jangan terlalu ikut campur! Urus saja urusan lo sendiri, dan bilang sama sopir lo buat antar gue pergi.” ucapnya, membantah perkataan rafael.
Dengan santainya, “Hm baiklah, silahkan pulang duluan, kakak juga masih banyak pekerjaan.” jawab rafael, membiarkan daffin pulang lebih dulu.
Daffin tidak percaya dengan rafael, “Jangan coba-coba melewati batas lo, jangan sampai gue muak dengan perilaku lo, dan jangan mengadu pada ayah.” ucapnya, tidak peduli. Lalu pergi dari ruangan rafael.
Rafael memandangi kepergian daffin lewat dari jendela kacanya, “Salah ku di mana? Aku sudah mengizinkan nya pulang tanpa diriku, ini juga salah Pak Razi, mengapa harus menyuruh anak itu untuk melanjutkan bisnis ini? Dia benar-benar tidak berguna, dan selalu menyulitkan ku.” gumamnya, tidak pernah menyukai perilaku daffin.
***
Daffin tiba di luar gedung, melihat kanan-kiri, “Di mana mobilnya?” gumam daffin, dengan menunggu mobil yang akan mengantarkannya pulang.
Mobil pun tiba di depan nya, daffin bergegas masuk ke dalam mobil itu, dan meminta pada pak sopir untuk mengantarnya ke kafe minor. Dan sopir itu mengikuti apa yang di perintahkan daffin, dan mengantarkannya ke kafe minor itu tepat hampir jam 8 malam.
Sesampainya di parkiran kafe minor, daffin turun dari mobilnya, dan berlari menuju pricilla yang sepertinya sudah datang lebih awal dari pada dirinya. Pricilla terkejut dengan kedatangan daffin yang secara tiba-tiba, dan begitu tergesa-gesa.
“Lo habis dari mana sih, Daf?” tanya Pricilla.
“Gue enggak punya banyak waktu,” jawabnya masih kelelahan sehabis berlarian, lalu menduduki kursi di depan pricilla. “Sekarang gue tanya sama lo, apa kita punya teman yang namanya Kenzie?” tanya daffin, ternyata menemui Pricilla karena masih penasaran dengan Kenzie yang dia temui saat pertemuan kerja sama.
“Huh? Kenzie? Emangnya di kelas kita ada nama itu, Atau dia anak kelas lain? Ah, gue gak tahu cewek yang namanya Kenzie itu.” jawabnya sangat bingung, dan tidak mengingat nama kenzie.
“Coba deh, Lo ingat-ingat lagi, cewek yang bernama kenzie itu.” ucapnya, memaksa pricilla untuk mengingat kenzie.
“Memangnya ada apa sama cewek itu?” tanya pricilla, lalu “Jangan bilang, kalau lo suka sama dia ya?” ucapnya, sambil meledek daffin.
“Enggak! Gue gak suka sama dia,” jawabnya mengelak, lalu “Cepat lo cari tahu! Gue gak ada waktu lagi.” ucapnya, ingin cepat-cepat pergi dari sana.
Pricilla tidak ingin memperpanjang gurauannya, “Oke-oke, hm... Lo punya fotonya gak? Atau enggak, tahu nama panjangnya deh.” ucap pricilla.
“Kalau foto dia, pastinya gue gak punya. Tapi gue tahu nama panjangnya, kalau gak salah itu nama panjangnya, Kenzie Amelia Artharin. Iya, itu dia namanya.” jawabnya, yang masih mengingat jelas nama panjang kenzie.
Pricilla terkejut dengan daffin yang menyebutkan nama panjang dari Kenzie, dan sepertinya pricilla mengenal nama belakang dari Kenzie itu, “Apa, Artharin? Maksud lo Artha?” tanya pricilla.
“Huh, Artha? Siapa Artha?” bingung daffin, yang sama-sama kebingungan dengan nama yang barusan ia dengar.
“Tunggu-tunggu, gue cari foto sosmed nya biar jelas.” jawabnya, lalu mengambil ponselnya untuk mencari sosmed kenzie.
Tak lama, pricilla langsung menunjukkan foto Artharin, yang di maksud daffin adalah Kenzie.
“Yang lo maksud itu, ini?” tanya pricilla, sambil menunjukkan foto kenzie pada daffin.
“Nah, ini dia orang yang gue maksud.” ucap daffin, senang ada yang mengenal kenzie.
“Dulu dia ini di kenalnya dengan nama Artha, dia juga anak basket tapi sayangnya dia gak sekelas sama kita. Dan dia juga kan orang yang pernah lo tolong, yang hampir ke tabrak mobil saat lo masih jadi anak baru di sana. Masa lo gak ingat?” jelas pricilla, mengingatkan peristiwa itu lagi pada daffin.
Daffin berusaha mengingat nama Artharin itu, dan dia baru mengingat nya. “Oh, iya gue ingat. Ternyata, si leader judes itu. Ah! Kenapa gue baru ingat sekarang.” ucapnya, memberi panggilan khusus untuk kenzie, semasa SMA dulu.
Pricilla memukul tangan daffin, “Gila, lo berani banget ngatain dia cewek judes.” jawabnya, karena tidak ada satu pun orang yang berani mengolok-olok kenzie, jika tidak ingin di pukul habis-habisan oleh kenzie.
Daffin menahan sakit akibat pukulan dari pricilla, “Lah, julukan dia di sekolah kan, si leader judes.” jawabnya, tidak bermaksud mengejek kenzie, karena sudah ada sebutan itu sedari dulu.
Dan Kenzie juga terkenal di sekolah bukan hanya karena julukannya saja, tetapi terkenal dengan Leader dari seluruh ekstrakurikuler yang serba bisa, telaten, cekatan, dan sangat disiplin.
Karena dia juga, yang menggerakkan kegiatan ekstrakurikuler yang sudah lama mati dan dia juga menjadi pelatih sementara, yang melatih ekstrakurikuler Taekwondo, Basket, Sepak Bola, Pramuka, Voli, Bulu Tangkis, Renang, dan Base Ball.
Karena dia tidak mungkin bisa melatih seluruh ekstrakurikuler itu, dia juga mencari teman-teman dari masing-masing ekstrakurikuler yang bisa di bidangnya, dan mau belajar dengannya lalu bersedia membantunya untuk mengaktifkan ekstrakurikuler itu kembali, dan jika mereka yang sudah siap, mereka akan melatih anak-anak yang lain.
Bisa di bayangkan, seberapa bangga orang tua kenzie, guru-guru, begitu pun dengan kepala sekolahnya yang sangat tidak percaya pada kenzie, karena kenzie bisa menghidupkan ekstrakurikuler, yang sudah mati selama 6 tahun karena rumor yang menimpa pada salah satu ekstrakurikuler di sekolah itu.
“Seingat gue juga, lo satu ekstrakurikuler bareng dia kan?” ucap daffin, mengingat ekstrakurikuler yang di ikuti Pricilla dengan kenzie semasa sekolah.
“Iya, dia leader gue. Tapi, gue juga gak terlalu dekat sama artha karena dia galak banget, terlalu keras melatih kita.” jawab pricilla, tidak menyukai cara Kenzie yang melatih tim basketnya dengan sangat keras.
“Dia keras, karena ingin mempercayakan murid-murid nya untuk tetap bersungguh-sungguh mengejar mimpinya. Sekarang kita lihat, berapa banyak murid yang di latih sama artha, dan berhasil menjadi pelatih?” ucapnya begitu bangga pada kenzie.
“Lumayan banyak sih, karena tekad dia nya juga kuat banget. Gue juga, awalnya gak mau ikut ekstrakurikuler, karena rumor enam tahun itu, yang masih menjadi misteri sampai sekarang. Tapi karena di paksa, gue jadi ikut ekstrakurikuler basket. Dia juga bilang, yang berlalu biarlah berlalu, dan tetap harus menatap masa depan. Sehebat itu kekuatan artha, bisa bikin murid-murid percaya sama dia.” jawabnya, yang masih mengingat kenangan indah, sebelum memasuki dunia ekstrakurikuler.
“Haha, beruntungnya waktu itu gue masih jadi anak baru di sana, jadi gue gak harus di suruh mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.” ucapnya, memang tidak menyukai ketenaran.
Lalu pricilla penasaran dengan pertemuan daffin dengan leader basketnya itu, “Lo ketemu dia di mana? Padahal setelah lulus SMA, kalau gak salah kan dia langsung pindah ke luar negeri, apa sekarang dia kembali lagi ke Indonesia?” tanya pricilla, yang lama tidak mendapatkan kabar tentang kenzie.
“Hm, gue ketemu dia, saat dia menggantikan bosnya, untuk meeting dengan Perusahaan gue.” jawab daffin, yang sama-sama tak percaya.
Pricilla mulai penasaran dengan pekerjaan kenzie, “Memangnya dia kerja di mana?” tanyanya, sangat memperhatikan daffin.
Daffin membuang muka nya lalu, “Perusahaan BraveMedia, dan kalau gak salah, dia itu sebagai asisten dari Pemilik Media BraveMedia itu. Dia juga punya restoran terkenal di Jakarta, yang di kelola sama dia sendiri. Pokoknya sukses banget deh, si Artha atau kenzie itu.” jawabnya, bangga dengan pencapaian kenzie.
“Wah, sukses banget ya dia. Gue semakin yakin, kalau dia sukses dalam pekerjaannya, berarti dia sudah bisa melupakan cinta nya itu.” ucap pricilla, yang sama-sama bangga dengan kesuksesan kenzie, dan tidak sengaja mengatakan percintaan kenzie.
Dengan wajah yang melucu, “Dia bisa suka sama cowok?” tanya daffin, tak percaya dengan kepribadian kenzie.
“Dia itu masih normal, enggak kayak lo.” jawab pricilla, membela kenzie. Lalu, kembali mengolok-olok daffin.
“Eh, gue juga normal ya!” ucap daffin, tak terima di olok oleh pricilla.
“Mana buktinya, lo gak pernah kenal in pacar lo ke gue?” ucap pricilla, tiba-tiba menginginkan daffin mengenalkan wanita pujaan daffin itu.
“Ada, tapi nanti. Kalau waktunya pas, dan itu juga kalau ada. Haha...” jawabnya, yang memutar-mutar jawabannya. Dengan lelucon nya.
“Apa pun itu, gue tetap bakal tunggu, kabar pernikahan dari lo secepatnya.” ucap pricilla, menunggu wanita pujaan daffin. “Oh, iya. Gue masih penasaran sama lo yang nanyain tentang artha ke gue?” tanya pricilla, masih penasaran dengan alasan daffin yang mencari tahu tentang kenzie atau yang di panggil Artha itu.
“Enggak ada apa-apa, Pril. Gue cuma sedikit penasaran saja.” jawabnya, lalu bergegas untuk kembali pulang, karena sopirnya mengirimkan pesan singkat yang harus membawa Daffin pulang tepat waktu. “Eh, thanks ya atas info yang lo kasih ke gue. Gue pulang duluan ya, soalnya sopir gue cerewet banget.” ucapnya, langsung berdiri dari kursinya.
Pricilla tertawa saat daffin membicarakan sopirnya, “Lo bawa sopir? Gue kira lo masih jalan kaki, kalau enggak naik angkutan umum, haha.” ledek pricilla
“Lo kira ini jaman apa? Jarak kantor gue ke sini itu berkilo-kilo meter! Kalau gue lagi olahraga sih bisa saja, tapi kan gue habis kerja, mana mungkin gue jalan kaki. Lo tuh, kadang suka ngaco banget sih!” kesal daffin.
Pricilla hanya tertawa melihat tingkah daffin yang terpancing emosi, “Haha, yaudah sana pulang.” jawabnya mengusir daffin, tetapi ia memanggil daffin sebelum daffin keluar dari kafe itu. “Eh, gue lupa.” ucapnya.
Daffin membalikkan tubuhnya, lalu menanyakan tentang apa yang di lupakan oleh pricilla. “Lupa tentang apa?” tanya daffin, kembali mendekati pricilla.
Pricilla langsung mengeluarkan dan memberikan kartu undangan pernikahannya dengan Zayn untuk daffin, “Nih, buat lo. Datang ya.” ucapnya, dengan wajah senyum.
“Lo jadi nikah sama Zayn, pemain sepak bola itu?” daffin sangat terkejut, tak percaya saat temannya yang paling akrab dengannya, akan menikah secepat itu. “Wah, gue kira cuma sebatas gosip aja. Good luck deh, buat kalian berdua, semoga di lancarkan sampai harinya ya. Thanks undangan nya, pasti gue bakal datang kok.” lanjutnya, benar-benar sangat tidak percaya, tetapi tetap mendoakan yang terbaik untuk Pricilla.
“Thanks juga doanya, yaudah sana pulang.” jawab pricilla, yang melihat daffin begitu bahagia, saat mendengar kabar pernikahan mereka.
Daffin melambaikan tangannya, “Oke, bye Pril.” ucapnya, lalu pergi meninggalkan pricilla yang masih berada di kafe.
Daffin kembali pulang bersama sopirnya, entah mengapa hari ini menjadi hari yang paling bahagia untuk daffin. Sampai-sampai, sopir tidak sengaja melihat daffin dari kaca spion tengah, yang sedari tadi tersenyum tanpa sebab.
“Pak, kayaknya bapak lagi senang ya?” tanya sopir itu, dan mulai berbasa-basi pada daffin.
Daffin berubah ekspresi dan melihat sopir dari kaca spion tengah, “Tidak perlu tahu, dan fokus pada jalan!” ucapnya, begitu dingin pada sopir nya.
Sopir itu, langsung terdiam saat mendengar perkataan daffin, yang menjawabnya dengan sangat kasar, dan tidak suka untuk berbasa-basi dengannya.
Daffin membuka jendela mobilnya, dan tersenyum menatap langit malam yang indah.
“Dia kembali lagi? Aku sangat tidak percaya, ini begitu sangat lama. Tapi, akhirnya tuhan menakdirkannya kembali untuk ku. Tapi apakah aku bisa kembali menemuinya, atau bisakah kali ini berbincang bersamanya? Ini membuat ku sangat canggung sekali, ternyata aku masih mengingatnya dan masih menyukainya.” gumam daffin, merasa sangat senang dengan doa nya yang terkabulkan.

Komento sa Aklat (233)

  • avatar
    Yxztna_28

    Bagus banget kk ceritanyaaaaa,,cepetan di up ya kk kelanjutannyaa gasabar niee,,,,semoga aja kenzie sama daffin bersatuu,,dan terornya selesaii,,jgn sampai kenzie nikah sama dirgaa,,jgn ya kk pliss,,udh bagus kalo kenzie sama daffin tpi apapun endingnya,,tetap semangat kk,,jangan lama2 ya kk upnyaa nungguin niee😊

    19/01/2022

      3
  • avatar
    Karll08

    nice

    2d

      0
  • avatar
    gempolbalerante

    Sangat berkesan sekali,,

    15d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata