logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Kutukan Cinta Dewa Kematian

Kutukan Cinta Dewa Kematian

Paussbiru


Bukan Bunga Tidur

“Semua kisah itu unik. Mereka memiliki bagian istimewa yang berbeda-beda. Kau tidak bisa memaksakan kisahmu untuk sama dengan kisah milik orang lain. Lagipula ketahuilah, akan menyenangkan ketika apa yang kau alami, belum pernah dialami alam semesta ini.”
***
Langit yang semula berwarna hitam berubah tetiba-tiba, menggambarkan sesuatu yang bisa ia tangkap sebagai suasana senja. Gadis itu masih belum menyadari keberadaannya saat ini setelah ditarik paksa kemari. Apa lagi? Siapa lagi kali ini?
‘Jembatan penyebrangan’
Gadis berambut panjang dengan gaun putih selutut itu menghembuskan napasnya dengan panjang. Satu lagi misi yang harus ia selesaikan. Baiklah, tidak perlu terlalu gugup, dilakukan seperti biasa saja. Ia terus mencoba tetap tenang dan menjalankan rentetan fase seperti apa yang telah diajarkan oleh kedua orang tuanya.
Pertama; ketahui tempatnya. Dan dengan cepat gadis itu mengingat. Ia tahu tempat tersebut. Tentu saja, siapa yang tidak tahu jembatan penyebrangan paling canggih dan terbesar di kota itu. Akses penyebrangan modern dengan jalan raya yang menggantung tersebut sayangnya tidak seluar biasa bangunanya. Ada banyak cerita yang menyedihkan dibalik kemegahan tersebut. Gadis itu akan mengingat baik-baik semuanya. Diulanginya nama jembatan yang sama agar tatkala ia terbangun, lokasi yang kini dilihatnya bisa ia jelaskan dengan rinci dan jelas-sejelasnya.
Tapi, sebentar. Ia masih belum tahu satu hal. Sekarang, siapa lagi? Maksudnya adalah objeknya, manusianya. Siapa? Memasuki tahap dua; mengetahui target yang akan mengalami peristiwa itu. Gadis tersebut memicing tajam.
‘Seorang pria dengan jas hitam selaras dengan dasi yang digunakan’
Bayangan yang begitu samar dan hanya berupa potongan-potongan singkat itu ia coba telaah lebih dalam. Ia mengulangi penjelasan yang sama, lagi. Tak boleh ada yang salah atau terlewat. Segala hal yang ia temui harus bisa ia pastikan sebelum misi berikutnya.
‘Kancing baju yang terlepas’
‘Depresi, tekanan, ditinggalkan’
Seketika suasana berubah dengan cepat, kembali normal. Iren terbangun dengan wajah begitu tegang. Dahinya basah. Kamar yang seharusnya sejuk karena terpasang mesin pendingin ruangan itu justru tak mampu membuatnya merasa demikian. Ia ... Terlihat kelelahan. Seperti baru saja melakukan pekerjaan yang cukup sulit, sampai harus membuang separuh tenaganya. Tubuhnya melemas.
Diliriknya jam di dinding. Sudah pagi, rupanya. Gadis itu menarik napas panjang, melakukan hal tersebut berulang kali, menghembuskannya perlahan.
Dengan kedua tangan yang disilangkan di dada, menepuk-nepuk singkat pundaknya, ia mencoba untuk melakukan terapi tatkala keadaan menjadi begitu menakutkan.
Seseorang selalu memiliki cara untuk mendatangkan ketenangan dimana saja. Tidak memaksa tubuhmu secara berlebihan juga termaksud bagian di dalamnya. Dengan sesekali memijat pelipisnya, Iren kembali melamunkan hal yang sama. Setelah dirasa tenang, ia bangkit dan menuju meja belajarnya.
Sebentar, ia harus membuat daftar apa saja yang ia saksikan!
Nayanika Eirenquillina. Seorang mahasiswi semester 3 yang merasa dirinya adalah jelmaan manusia aneh di Bumi, dimana ia hidup di jaman modern akan tetapi mengalami hal yang tak masuk akal seperti kisah-kisah dongeng di buku cerita.
Ya, bagaimana tidak, jika seseorang akan memimpikan pangeran di tidur mereka dan jatuh hati setelahnya, maka hal tersebut benar-benar jauh dari tipikal mimpinya. Darisanalah sumber segala keanehan di kehidupannya bermula. Mimpi.
Untuk dijelaskan juga nampaknya akan terdengar memusingkan kepala, dan yang lebih penting, sebagian dari mereka yang tahu akan hal tersebut takkan menganggapnya serius, atau juga ada yang tak peduli dengan kebenarannya yang diceritakannya.
Nayanika —berarti mata yang indah— dan berasal dari mata yang didoakan menjadi satu dari anugrah paling terindah itu, justru Iren mengalami kondisi yang seperti ini.
“Iren, bersiaplah. Sudah siang, nanti kamu terlambat, sayang!” dan persis! Seorang Ibu memang alarm paling ampuh bagi Iren. Ia akan mengingat dengan cepat apa yang harus ia lakukan tatkala sang Mama tlah mengomelinya.
“Iren turun sepuluh menit lagi, Ma!” satu hal yang pasti, bahwa sarapan pagi ini tidak akan dimulai tanpa dirinya. Oleh sebab itu, gadis manis yang tak hanya memiliki mata meneduhkan lagi paras yang juga cantik tersebut segera bersiap.
Benar saja, semua orang tlah menunggu. Mama dan Papanya tlah siap untuk memulai sesi makan mereka. Iren langsung mengambil posisi yang biasa ia tempati.
“Pagi, tuan putrinya Papa!” sapa pria paruh baya yang memanggil dirinya Papa itu dengan lembut dan tersenyum.
Yang dibalas senyuman tak kalah lebar, “Iren udah besar, Pah. Malu tau dipanggil tuan putri melulu!” protesnya.
Rakkafanza Rillvandana, pria yang masih terlihat penuh wibawa itu membalas perkataan putrinya dengan tawa yang merdu ketika di dengar. An —istri Rakka— juga ikut tersenyum melihat keakraban keluarga kecil miliknya. Sederhana saja, kebahagiaan memang didapatkan dengan beragam cara. Semuanya hanya tinggal bagaimana kamu bisa membuatnya menjadi lebih berharga.
Ada begitu banyak pintu kejutan yang berisi kebahagiaan pemberian Za —begitu An memanggil suaminya,— yang senantiasa An syukuri.
Kini, putri kecil mereka tlah tumbuh dewasa. Menjadi seorang gadis remaja nan cantik jelita. Wajahnya terlihat begitu mirip dengan An diwaktu muda, memesona dan memiliki daya tarik pada siapa saja yang melihatnya.
“Mau berangkat bersama dengan Papa, atau pergi dengan sepeda yang sama seperti hari-hari biasa?” Rakka melontarkan pertanyaan sembari meminum kopi buatan istrinya. Dulu coklat manis menjadi kegemaran pria itu, namun entah kenapa, kini seleranya sedikit demi sedikit berubah.
“Iren mau naik sepeda aja, Pah. Sekalian olahraga, udara pagi ini terasa enak sekali.”
Rakka memberikan anggukan singkat pertanda mengerti, “Kamu yakin enggak mau sepeda baru, Sayang? Papa bisa beliin kamu yang baru, lho. Sepeda itu sudah terlalu tua untuk digunakan. Mamamu bilang kamu suka kesulitan dengan rantainya yang suka sekali terlepas.” Iren menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
Ia ingin segera membalas perkataan Papanya, namun mulutnya penuh terisi roti selai. Hal tersebut membuat An tertawa, “Ini minum dulu.” tawarnya sembari memberikan susu coklat pada putri manisnya, “Jangan bicara saat mulut terisi penuh makanan, Ire.”
“Sepeda tua itu adalah kendaraan paling canggih yang menjadi pilihan Mama, lho, Pah. Lantas mengapa aku harus ganti dengan yang lain? Ya, gak, Ma?” goda Iren pada sang Mama yang dibalas tatapan terkejut An.
Mereka menikmati sarapan pagi seperti hari-hari biasa. Penuh canda dan tawa, dengan segala hal yang begitu sering dikenang. Sebenarnya, tidak ada begitu banyak waktu untuk ketiganya berkumpul bersama. Kesibukan kerja, kuliah, serta menjaga toko membuat semua orang terlalu sering menghabiskan waktu di luar rumah. Oleh karenanya, jika moment ini datang, menjadi satu dari yang paling membangkitkan semangat.
“Oh, iya, Pah.” Iren kembali bersuara, “Ada satu hal yang mau aku kasih tau ke Papa. Ini hal penting.” tukasnya dengan raut wajah yang berubah tegang.
Rakka bisa melihat sesuatu yang menganggu pikiran putrinya dengan jelas. Yang semula keadaan meja makan penuh dengan canda tawa, kini kembali tenang saat Iren mengatakan akan menyampaikan beberapa hal yang menurutnya sesuatu luar biasa, “Ada apa?” Rakka membalas perkataan putrinya dengan melontarkan pertanyaan.
Sebelum mengatakan apa yang ingin ia ceritakan gadis itu menghembuskan napasnya perlahan.
“Papa masih ingat, teman kantor Papa yang belum lama ini kemari? Sepertinya ia pegawai baru di kantor Papa. Iren lupa nama lengkap beliau, tapi Iren yakin Papa tahu orangnya.”
Rakka mengangguk, “Ya, Papa ingat. Om Aditnya. Ada apa, sayang? Apa kamu memimpikan sesuatu yang berkaitan dengan Om Aditya?” An yang juga mendengar percakapan keluarganya hari itu dengan cepat menggenggam tangan Putrinya, “Putriku, apa semuanya baik-baik saja?” tanyanya menenangkan.
“Iren baik-baik aja, Mah. Yang enggak baik-baik aja sekarang adalah Om Aditya. Teman kantor Papa itu, akan melakukan percobaan bunuh diri sore ini.”

Komento sa Aklat (320)

  • avatar
    ForusKristo

    cerita dari novel ini menarik dan dapat memberikan kita pelatihan dalam penggunaan bahasa yang baik dalam penulisan kalimat. sehingga kita dapat menjadi fase dalam penggunaan kalimat yang baik.

    06/01/2022

      0
  • avatar
    Hemik Radjawane Verhagen

    cerita nya bagus sekali

    12d

      0
  • avatar

    cerita yg sangat unik,seru untuk dibaca👍🏻

    14/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata