logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

4. Berusaha Menjadi Diri Sendiri

"Senyum itu kini bukan lagi milik ku, sebab Bahagia ku sudah di renggut paksa oleh waktu."
-Raina Zeana Kinan-
.
.
.
.
.
Happy Reading!
"Raina Zeana Kinan!"
Suara panggilan itu menghentikan langkahku. Suara yang sangat akrab denganku, siapa lagi kalau bukan Pak Zeno, guru yang selalu memanggilku dengan segala hukuman yang menanti di ruangannya.
"Ada apa pak?"
"Keruangan saya sekarang!" Membuatku menutup mata kesal lalu berjalan pasrah mengikuti Pak Zeno.
Selama perjalan aku memikirkan hukuman apa yang sedang menungguku di sana. Mungkin aku akan di skorsing karena tidak masuk di pelajaran terakhir di tambah masalah Hujan kotoran Rena kemarin. Astaga, aku hanya bisa pasrah dengan semuanya saja.
"Ngak usah pura-pura ngak tahu, kamu pasti tahu alasan kamu saya panggil ke sini." Ujar Pak Zeno telak, aku tahu persis kesalahanku kali ini dan aku juga tahu hukuman apa yang menanti ku.
"Tok ... Tok," suara pintu ruangan di ketuk dari luar.
"Masuk. Oh, Dhuha silahkan duduk dulu bapak ngurus anak nakal satu ini dulu ya." perintah Pak Zeno.
"Kenapa kamu membolos di pelajaran saya?Sudah merasa pintar kamu, hah!" Teriak Pak Zeno murka, aku hanya mampu menundukkan kepala.
"Maaf pak kemarin saya kecapean abis ngerjain hukuman dari bapak, jadinya saya ketiduran di UKS."
"Ngerjain hukuman atau ngebuli orang Raina? Jangan pikir bapak ngak tahu kalau kamu nyiram Rena dengan air kotor dan kotoran di tong sampah itu." Bentak Pak Zeno, membuatku meneguk Saliva kasar.
"Sebenarnya mau kamu itu apa si Raina, nilai raport merah semua, kerjaannya tidur dikelas dan mencari ribut disana-sini. Kami sebagai guru pusing lihat tingkah kamu yang begitu."
"Siapa yang ngak kesal Pak, siang-siang pas saya lagi enak-enakan tidur saya liat Rena ngebuli orang. Jiwa saya yang baik ini ngak bisa diem aja dong pak liat orang digituin. Eh tahu-tahunya saya yang dapat hukuman dari bapak, saat itu saya masih bisa nerima Pak. Terus saya lakuin perintah bapak, tapi Rena  dengan tampang sintingnya itu datang lalu nendang ember berisi air di Wc. Siapa yang ngak kesal tu pak, ya saya ngak mau dibilang lemah harus bales dia dengan menuangkan kotoran di kepalanya." Jelasku tanpa takut sama sekali. Tapi sudah terlihat jelas wajah pak Zeno tidak percaya dengan ucapanku barusan.
"Udah pinter bohong ya kamu, Rena mana mungkin ngelakuin itu. Dia ngak kayak kamu. Kedua orang tuanya mendidik Rena dengan baik, buktinya saja ayahnya kepala sekolah di sini."
"Terserah bapak deh, orang kayak saya pasti selalu salah di mata bapak."
"Bapak sudah ngak tahu lagi harus bagaimana lagi menghadapi kamu Raina. Coba kamu contoh Dhuha, anak laki-laki baik, tutur katanya sopan dan memiliki otak pintar. Sedangkan kamu, gadis urakan memiliki otak yang kalah saing dengan anak SD." Aku memutar bola mataku malas, saat Pak Zeno membanding-bandingkan aku dengan laki-laki itu. "Kamu harus belajar banyak sama dia, siapa tahu sikap kamu bisa berubah. Kalian satu kelas kan, jadi bisa saling bertukar pikiran. Biar-"
"Jadi intinya bapak mau ngasih saya hukuman apa?" Potongku karena sudah tak sanggup mendengar ocehan panjang Pak Zeno.
Pak Zeno menarik nafasnya pasrah, lalu membuka laci mejanya. Ia menyodorkan amplop kepadaku. "Surat peringatan pertama buat kamu dan kamu akan di skors selama tiga hari."
Hukum yang tidak adil, tapi aku merasa bahagia karena bisa menghabiskan waktuku dengan bebas.
"Terimakasih Pak Zeno atas surat dan hukumannya. Saya izin pamit pak." Pamitku dengan nada tidak sopan. Biarlah aku di cap tidak sopan oleh Pak Zeno.
Satu kata yang sedang aku rasakan sekarang, yaitu muak. Muak dengan segala ketidak adilan yang dilakukan oleh seluruh warga sekolah terhadap orang seperti ku. Bagaimana sekolah ini bisa mendapatkan akreditasi A jika seluruh warganya bersikap seperti tidak memiliki etika dan sopan santun begini.
******
Aku langsung merobek kertas pemberian Pak Zeno lalu membuangnya begitu saja di tong sampah sekolah. Mulai besok dan dua hari kedepannya aku tidak akan menginjakkan kaki di sekolah ini, rasanya aku sangat bahagia kerena tidak terlibat dengan berbagai masalah di sekolah ini selama beberapa hari nanti.
Aku berjalan ke tempat duduk ku lalu memejamkan mata meredahkan emosi di hati. Beruntung jam terakhir pak Santo tidak masuk kelas, sehingga aku bisa tertidur dengan nyaman.
Tak lama dari itu aku mendengar suara kursi yang di duduki di samping ku.
"Raina,"
Aku mengangkat kepalaku, lalu melihat orang di sampingku. Ah, ternyata laki-laki yang dipuji oleh Pak Zeno tadi.
"Ngapain Lo kesini?" Dengan tatapan tajam ku. Jujur saja sekarang aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun.
"Lo harus jelasin kejadian sebenarnya sama Pak Zeno, biar surat peringatan dan skorsingnya bisa di cabut."
Aku tersenyum sinis, "sejak kapan Lo suka ikut campur urusan orang?"
"Sejak Lo nolongin kembaran gue kemarin. Karena itu gue harus ikut campur dengan urusan Lo." Ujarnya dengan tatapan serius nya.
"Makasih, tapi gue ngak butuh bantuan Lo sama sekali." Ucapku lalu melanjutkan tidurku yang sempat tertunda.
"Raina!" Ujarnya sambil menarik tanganku, membuat kepalaku menghantam meja dengan kuat.
"Shit, apaan lagi Si Dhuha!" Teriak ku kesal. "Lo pikir dengan gue jelasin berulang kali mereka bakalan percaya gitu?"
"Iya, Lo punya hak di sekolah ini Na, kalau Lo ngak salah Lo berhak protes."
"Gue udah protes Dhuha, tapi apa yang gue dapet. Hanya ketidak percayaan, Lo tahu kenapa? Karena gue dan kalian itu berbeda. Kalian terlahir kaya dengan status sosial yang tinggi, sedangkan gue terlahir miskin dengan takdir yang membuat gue hanya bisa berteriak dengan suara kecil. Kalian pintar dan gue bodoh, gue ngak pernah punya hak di sekolah ini Dhuha!" Jelasku kepadanya, "Sekarang mendingan Lo pergi, gue mau tidur." Aku menarik tanganku dari genggaman nya.
******
Kini matahari sudah muncul dari peraduan nya, akupun beranjak dari tempat tidur untuk mandi. Aku memang di skors tapi aku harus tetap berpakaian seragam sekolah agar Papa tidak tahu.
Aku berjalan menuruni tangga, Lalu melihat Papa sedang sarapan di sana. Tanpa basa-basi aku langsung menyambar dua helai roti tawar di atas meja, lalu mengolesinya dengan selai stroberi di atasnya lalu pergi begitu saja.
Setelah keluar dari teras rumah, aku bingung harus pergi kemana. Ah, aku pergi ke tempat itu saja, biar bisa bertemu dengan mereka semua. Lagipula sudah lama juga aku tak berkunjung kesana.
Saat aku memasuki mobilku, tiba-tiba ponselku bergetar ada satu notifikasi masuk masuk.
+62831********
Terserah kalau Lo ngak mau protes, gue yang bakalan ngelakuinnya sendiri buat lo.
Keningku berkerut ketika membaca pesan dari nomor yang tidak ku kenal. Ah, siapa lagi kalau bukan Dhuha yang tahu masalah skorsing yang diberikan Pak Zeno kepadaku. Aku hanya melihat pesan tersebut tampah berminat membalas nya, toh terserah jika Dhuha ingin melakukan apapun aku akan tetap dihukum.
Aku melajukan mobilku ke arah Alfamart terdekat, lalu membeli berbagai macam makanan dan minuman untuk mereka di sana. Setelah mengambil semua yang sekiranya diperlukan, aku langsung bergegas ke sana.
Pukul sepuluh, aku akhirnya sampai di Panti Asuhan Muara Kasih. Aku berteriak bahagia saat melihat anak-anak yang sedang bermain di halaman depan Panti.
"Halo, Kak Raina Come back! Ada yang kangen ngak sama kakak?" Tanyaku sambil tersenyum bahagia.
"Kak Rain!" Teriak mereka semua sambil berlari ke arahku, lalu memeluk tubuhku dengan kuat.
"Hey anak-anak lepasin kak Raina nya, kasian Kak Raina ngak bisa nafas kalau kalian peluk semua begitu." Ujar Bunda Rini, sambil berjalan ke arahku.
"Bunda pikir kamu udah lupa sama tempat ini Rain,"
"Mana bisa Raina lupa tempat terbaik yang bisa buat Raina menjadi diri sendiri Bunda." Ujarku sambil mengelus puncak kepala anak kecil yang berkerumun di sekitarku.
"Kak Raina bawa sesuatu buat kalian Lo, kalau kalian mau kalian harus baris panjang kayak kereta api, terus jalan sambil berpegang pinggang sama teman di depannya, oke!"
"Oke Kak Raina sayang!" Ujar mereka serempak.
----
Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan Komennya 🙏
.
.
.
.

Komento sa Aklat (454)

  • avatar
    MonicSulaiman

    bagus

    19d

      0
  • avatar
    Posco

    lumayan buat aku sihh

    25d

      0
  • avatar
    SafitriSafitri

    Bagus

    14/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata