logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Mau kamu apa sih?

Pagi itu Feby terbangun dari tidurnya. Berharap ia terbangun pula dari mimpi buruk yang kemarin terjadi. Tapi kenyataannya itu bukanlah sebuah mimpi. Teror wanita misterius itu selalu memenuhi isi kepalanya. Meski ia tak mau untuk mencari tahu lebih dalam siapa sosok wanita itu. Benarkah ucapannya tentang Riko?
"Pagi yah, bu," sapa Feby.
"Pagi nak, kok lemes gitu sih, nggak semangat banget, gara-gara berangkatnya nggak sama Riko ya?" tanya ibu menggoda.
"Enggak, cuman kecapekan aja abis latihan kemarin terus keujanan dikit," jawab Feby.
"Sepertinya anak ayah lagi ada masalah ya sama Riko?" tanya ayah yang tengah membuka koran di tangannya.
"Enggak yah, nggak ada," jawab Feby.
"Ya sudah kalo nggak ada berati nanti pulangnya di anterin dong, nggak kaya kemarin pulang jalan sendiri sampe basah seragam," ledek ayah.
"Feby lagi sibuk banget latihan yah minggu minggu ini, soalnya minggu depan udah perpisahan, terus Riko juga lagi latihan renang mau turnamen, jadi kita sama sama sibuk," jelas Feby.
"Oh gitu, eh bu udah di siapin semua bawaannya? kita musti berangkat pagi loh ini biar nggak kena macet di jalan," ujar ayah.
"Udah yah udah ibu masukin ke mobil semua tinggal berangkat," jawab ibu.
Ayah dan Ibu Feby berencana akan mengunjungi saudaranya di bandung. Feby yang sebenarnya ingin sekali ikut namun ia tak dapat meninggalkan sekolahnya bahkan latihan ekstranya untuk pensi minggu depan.
"Nak, nanti malem ayah sama ibu bakalan pulang malem banget, kamu kalo takut di rumah sendirian minta temenin Ica aja, terus inget ya kalo udah pulang kunci pintu jangan kelupaan," nasihat ayah.
"Siap bos," jawab Feby.
Pagi itu mobil ayah melaju membelah kemacetan ibu kota. Ia berpacu dengan waktu agar dapat sampai sekolah Feby sesegera mungkin dan melanjutkan perjalanan ke bandung. Setelah lima belas menit berjuang di jalanan macet itu, tibalah mobil ayah di depan gerbang sekolah.
"Lah itu Riko udah nangkring di gerbang nak," ujar ayah melihat Riko.
"Ngapain sih dia," gumam Feby.
Riko yang terlihat sumringah pun membukakan pintu belakang Feby bak permaisyuri kerajaan. Di sambutnya permaisyuri dengan penuh senyuman.
"Pagi yah, ibu," sapa Riko.
"Ko, nitio Feby ya, ayah sama ibu mau ke bandung dulu, nanti anterin pulang ya," ucap ayah.
"Siap yah," jawab Riko dengan hormatnya.
Feby yang tak berbicara sedikit pun pada Riko hanya berjalan cepat menuju kelasnya. Tingkah Feby yang menghindari Riko tak bisa ia sembunyikan.
"Bi bi bi, kamu kenapa sih kok jadi aneh gini, salah aku apa bi?" tanya Riko menarik tangan Feby.
"Aduh udah telat nih aku belum ngerjain PR fisika," alasan Feby.
"Tunggu dulu, betewe hari ini nggak ada pelajaran fisika," Riko menarik tangan Feby kembali.
"PR biologi maksudnya," jawab Feby berjalan kembali.
"Tunggu dulu, hari ini juga nggak ada fisika bi," ujar Riko menghalangi Feby.
"PR apa aja deh yang ada pokoknya aku mau ngerjain dulu awas," jawab Feby sedikit berjalan cepat.
Riko pun menyadari ada yang tidak baik-baik saja dengan Feby saat itu. Ia membiarkan Feby memiliki waktu untuk sendiri hingga ia dapat menanyakan lagi ada apa.
Sementara itu di kelas Lira terlihat ia sedang duduk tersenyum dengan memegang jaket milik Riko yang di pinjamkannya kemarin.
"Woi, senyum-senyum aja abis dapet lotre yak Ra?" ledek Priska.
"Wuih jaket siapa nih Ra, kek familiar banget," ucap Via.
"Kemaren kan ujan tuh, di alfamart gue neduh sama Riko, di pinjemin deh," jelas Lira.
"Aw aw aw, co cwittt, abis ini ada yang CLBK sama first love nya nih," ledek Priska.
Lira hanya tersenyum mendengar ledekan-ledekan temannya itu. Di sisi lain ia juga mengharapkan agar Riko menjadi pacanya, namun di sisi lain selain Riko telah memiliki pacar, ia pun juga telah memiliki Stefan.
Bel pergantian jam pun berbunyi. Baik Riko dan Feby mereka berdua bak kehilangan semangat belajar yang biasanya sangat membara. Riko yang masih dengan rasa penasarannya terhadap sikap Feby, dan Feby dengan rasa cemburunya dengan datangnya sosok wanita misiterius itu.
"Bi, istirahat nih, kamu nggak bawain aku bekel?" tanya Riko.
"Aku nggak bawa, mau jajan ke kantin aja," ujar Feby berjalan keluar kelas.
Riko yang sudah mulai kehilangan kesabaran pun akhirnya memutuskan untuk mengajak Feby mengobrol empat mata. Riko berjalan mengejar Fegy yang menuju ke kantik sekolah. Tekadnya sudah bulat untuk berbicara serius dengannya.
"Bi," Riko menggenggam tangan Feby.
Seketika semua mata di kantin itu memperhatikan Riko. Riko sempat berpikir kalau ia berkata keras pada Feby pasti banyak orang yang akan menilainya buruk.
"Aku mau bakso ya pesenin," ucap Riko.
Feby yang awalnya terkejut hanya mengangguk pelan menuruti mau Riko. Setelah Feby memesan, ia pun segera duduk di bangku yang terletak di tangah kantin. Riko telah menunggu di sana dengan muka yang sedikit bingung.
"Nih baksonya," Feby memberikan semangkuk bakso pada Riko.
"Bi aku mau ngomong serius sama kamu," ucap Riko.
"Ngomong aja kan udah ngomong ini," jawab Feby.
"Aku...."
"Ko, nih jaket lu, makasih ya kemaren udah minjemin, kalo nggak gue pasti dah pilek sekarang, thanks ya," Lira tiba-tiba datang dan menyodorkan jaket Riko.
"Oh iya sama-sama," jawab Riko.
Feby memandangi Lira dari ujung kepala hingga ujung kaki. Cantik, putih, seksi dan sempurna, itu lah yang ada di dalam benak Feby saat itu.
"Bi, jadi gini aku..."
Belum selesai Riko mengatakan maksudnya Feby tiba-tiba memilih pergi dari hadapannya.
"Ya elah, si Lira pake nyamperin lagi, jadi makin runyam inu urusannya," gerutu Riko yang bingung dengan keadaannya saat ini.
Feby yang terlihat marah itu pun hanya terdiam di tempat duduknya hingga bel pulang tiba. Riko mencari celah untuk bisa berbicara dengannya. Namun Feby terlaly marah untuk di ajak berbicara.
"Biii,"
Riko yang memanggil Feby di depan kelas pun hanya di acuhkan begitu saja. Feby berlari menuju aula untuk latihan rutin menjelang pensi minggu depan.
"Ko, lu kok masih di sini, cepetan ke kolam itu coach udah nyariin lu dari tadi," ucap Jodi.
"Iya gue ke sana," jawab Riko.
Riko yang bingung harus mendahulukan siapa akhirnya memilih berlatih renang untuk turnamennya bulan depan. Ia akan menemui Feby setelah ekskul selesai pikirnya.
Sampai latihan renang itu selesai, Riko pun bergegas akan berganti baju.
"Hei Ko, mau ke mana?" tanya coach.
"Mau ganti baju coach, udah beres kan?" Riko menengok ke sekeliling kolam.
"Kamu sebenernya niat jadi atlet nggak sih ko? performa kamu itu turun semenjak seminggu ini, kadang naik kadang turun, mau kamu apa sih?" tanya coach yang sedikit emosi.
"Aduh coach aku minta maaf banget, aku janji besok bakalan ekstra latihannya, tapi untuk kali ini aku mohon izin dulu ada keperluan mendadak banget banget coach," Riko memohon.
"Kamu belum jadi atlet aja seenaknya gini, saya bisa gantiin kamu sama yang lain kalo kamu begini terus," ujarnya.
Di antara dua pilihan sulit di hadapannya, Riko berpikir keras bagaimana cara untuk menemui Feby saat itu. Namun tanpa membuat pelatihnya marah akan performa Riko yang tidak maksimal.

Komento sa Aklat (492)

  • avatar
    Ndrii

    ditunggu kelanjutan ceritanya yaa kaa😍 seruu bngeet😊, smpee kebawa suasana aku bacanya:)

    19/01/2022

      1
  • avatar
    HOMEGREA

    hidup adalah proses, dalam proses ada kenyataan yang terjadi kadang tidak sesuai harapan dan harus di jadikan pelajaran hidup, pelajaran hidup memberi pengalaman yang membuat kita bijak membuat keputusan yang tepat dalam memilih jalan terbaik untuk masa depan rumah tangga yang di idamkan.

    30/12/2021

      2
  • avatar
    Annisa Febri

    baguss dan menarik,karena mewakili hati seorang perempuan di sayang oleh pacarnya..dan tidak ada yang seperti dia

    22/12/2021

      1
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata