logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

HERA (The struggle against my body)

HERA (The struggle against my body)

Bianglala Ra


Aku Dihina

Senja sudah menampakkan pesonanya, angin sepoi-sepoi mengiringi langkah gemulai perempuan berpipi tembem yang tengah berjalan menuju ke sebuah tempat, ia tidak bisa berjalan terlalu cepat, karena bobot tubuhnya yang terbilang cukup berat menghalanginya. Tangannya memegang kresek berisi gorengan yang tadi dibelinya di pinggir jalan, sedang mulutnya asyik mengunyah tanpa henti.
"Hera ...!" Terdengar teriakan seseorang menjadi menyebut namamya. Ia membalikan tubuh besarnya ke belakang, mencari sumber pemilik suara.
"Eh, Andin." Hera berhenti berjalan, menunuggu Andin menghampirinya, hingga posisi mereka berdekatan.
"Hera, lu mau kemana?" tanya Andin yang tak lain adalah sahabatnya.
"Gue mau ikut kelas tari Din, em ... tapi enggak deh, gue gak yakin kalo gue bakal diterima," ucap Hera lemah.
"Ya udah kita coba aja, kitakan gak tau Ra," tukas Andin menyemangati.
"Tapi Din ...!"
"Udah jangan pake tapi-tapian gue tau lu pasti bisa!"
Hera yang awalnya lemah, kini mulai kembali bergairah. Ah, gugup sekali rasanya hati Hera, sebentar lagi mereka akan sampai ke kelas tari yang ingin Hera tuju.
Tak berselang lama, kini mereka telah sampai, saat masuk ke dalam mereka mendapati banyak gadis seusia mereka di ruangan itu, mengenakan baju tari yang biasa di pakai para penari balet.
Sosok wanita paruh baya berkacamata merah, menghampiri mereka berdua. "Kalian ada perlu apa kesini?" tanyanya.
"Mm ini bu, teman saya mau ikut latihan kelas tari balet di sini, apa masih bisa?" tanya Andin.
"Oh, temanmu, mana dia? Masih bisa kok, tetapi sebelumanya harus di tes dulu." Wanita itu celingukan mencari orang yang dimaksud Andin.
"Saya bu orangnya." Hera memberanikan diri bersuara meski malu-malu.
Dia sudah menduga kalo wanita paruh baya itu, pasti tidak akan menyangka kalau Heralah orang yang dimaksud Andin.
"Kamu yakin?" Wanita paruh baya itu menatap tak habis pikir.
"Berapa bobot tubuhmu?" tanyanya lagi.
Hera mulai merasa khawatir apa yang ditakutkannya tak lama lagi akan terjadi. Ia pasti akan ditolak mentah-mentah kali ini. Andin menyenggol Hera dengan sengaja. Memberi isyarat untuk menjawab pertanyaan yang diberikan Guru les tari itu.
"150kg, bu," ucap Hera yang sukses membuat seluruh orang di ruangan itu tercengang.
"Aa--paa ..! Badan segede gajah gitu mau jadi anak tari?" celetuk seseorang yang berada di belakang Hera yang sedari tadi memperhatikan mereka.
"Terus-terus? Nanti kalo lagi nari pasti badannya kaya badut, liat aja mukanya jelek gitu!" timpal teman disebalahnya.
"Udahlah, masa ibu mau nerima sumo kaya gitu di sini? Yang ada kita jadi malas latihan nanti," tambahnya lagi.
"Bu ini tuh kelas tari terkenal, bisa-bisa nama kelas tari ini tercemar gara-gara ada gajah di sini! Inikan bukan kebun binatang lho!" Lagi, ia berujar dengan santai, tanpa memikirkan! Bagaimana perasaan Hera yang mendapati dirinya dihina di depan umum seperti ini.
Suluruh orang di dalam ruangan itu tertawa, sambil menatap ke arah Hera, dengan tatapan jijik, dari atas sampai bawah tanpa merasa bersalah.
"SISKA ..! Jaga omonganmu! Memangnya kamu siapa? Memalukan sekali!" Bu Guru, angkat bicara.
Hera yang sedari tadi mematung, wajahnya memerah dan terasa panas, dadanya sesak bercampur dengan rasa sakit.
"Apa aku sejelek itu? Sampai harus disamakan dengan binatang? Apa aku ini sumo, apa? Apa?" lirih Hera dalam hati.
Tanpa terasa cairan putih beniing itu membasahi wajah Hera, tega sekali orang-orang itu, ia bahkan belum mengenal Hera. Tapi, sudah bisa mengatai Hera seenak jidatnya. Andin menarik lengan Hera agar lekas meninggalkan ruangan itu, sambil berkata kepada wanita paruh baya yang tak lain adalah guru di sekolah tari yang mereka datangi.
"Maaf bu! Kayanya teman saya batal bu, mau ikut les tari di sini, di sini kayanya gak ada kelas akhlaknya!" hardik Andin dengan wajah marah.
"Maafkan saya," balas Guru berkacamata itu merasa bersalah.
Andin sepertinya sudah terbawa emosi, ia malas mau membalas ucapan Bu Guru itu. Seharusnya murid seperti Siska sudah ditampar mulutnya, bukan sekedar dimarahi saja. "Rasanya ingin kubakar, tempat ini." ucap Andin saat beranjak keluar berpapasan dengan Siska.
Andin menghentikan langkahnya, "Oh, iya kamu ...!" ucap Andin menunjuk wajah Siska, "Cantik sih, tapi sayang gak ada akhlak! Duh sayang, sekarang wajah kamuudah mirip kek mukanya Mak lampir, ia kan, Ra? Duh, temen gua aja sampe ketakutan gini," hardik Andin tak kalah pedas. Wanita gila bernama Siska itu, membuang mukanya, saat Andin berkata seperti itu sambil merosot menatap dirinya.
"Udah Ra, jangan nangis lagi! Aku gak tega liat kamu kaya gini, " ucap Andin saat mereka sudah berada di luar, dari gerbang sekolah tari.
"Rasanya sakit sekali, Ndin. Ini diluar dugaanku," ucap Hera dengan suara sesenggukan. Isak tangis Hera pecah saat Andin memeluknya, hati Hera benar-benar terluka saat ini. "Apa aku seburuk itu?" tanya Hera masih dengan Air mata yang tak henti terbendung."
Entahlah. Dunia memang berbeda jika soal fisik bukan? Bukankah jangan pernah merendahkan orang lain, sebab kita tidak akan menjadi sempurna setelah menghina keadaannya. Bukankah Kita hanya manusia yang berasal dari tanah? Kita dan manusia lain tak ada ubahnya di mata Tuhan! Kecuali, orang-orang yang saling menyayangi saudaranya, dan menghargai, satu sama lain.
Hari ini Hera menutup kelam kisahnya, tapi besok bagaimana jika ia kembali terkenang?
Andin menuntun langkah Hera dan mengantarnya pulang. Di sepanjang jalan Hera sama sekali tak bersuara. Sesekali ia melirik Andin dan tersenyum tipis Menegaskan bahwa ia baik-baik saja.
"Ra, jangan dipikirin lagi ya," titah Andin lembut sambil merangkul bahu besar Hera.
Kini Hera sudah tiba di rumahnya dan Andin pun sudah pulang usai berpamintan. Kini Ia masih saja berurai air mata, meski sedari tadi, Andin sudah menenangkannya. Suasana saat ini adalah, sedang ada banyak tisu putih berserakan di kamar Hera.

Komento sa Aklat (150)

  • avatar
    Dumpchive

    keren + bagus banget cerita nyaa , alurnya juga ga mudah di tebak , salut dehh

    04/01/2022

      1
  • avatar
    AzrilHaikal

    seru kak

    07/08

      0
  • avatar
    Siti Nurhafiza

    seruuuuuuuuu

    07/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata