logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bertaruh Nyawa

Pengalaman adalah guru terbaik? Namun, bagaimana jika kita tidak memiliki sedikit pengalam apa-apa tentang hal yang ingin kita lakukan. Mencoba hal baru dan membuat keputusan tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa ini juga di sebut sesuatu yang hebat?
_____
Lara dan Irawan duduk di dalam mobil, keduanya ngos-ngosan akibat bualan Amberth. Lara benar-benar tak habis pikir Irawan menariknya dengan begitu kencang membuat tubuhnya terpontang-panting karena itu. Lara melirik Irawan dengan sorot mata tajam sedang lelaki itu ia hanya nyengir karena ingat bagaimana ekspresi Lara waktu ia menariknya dan berlari sekencang mungkin.
"Anda ini kejam sekali," gerutu Lara sambil membuka botol mineral yang memang selalu ada di mobil Irawan. "Susah," tambahnya lagi seraya menyerahkan ke Irawan untuk membukanya.
Irawan yang sedari tadi ngos-ngosan sambil terkekeh lekas menyambut botol mineral itu, "Maaf yah, gak sengaja lho," jelasnya memohon.
"Dasar penakut," ejek Lara.
"Apa! Gak!" bantah Irawan.
"Harusnya tuh kalian juga punya polisi yang bisa ngusir setan," tambah Lara lagi sambil meneguk air mineral yang sudah Irawan bukakan.
"Gak usah aneh-aneh deh!" tukas Irawan sambil menekuk wajahnya. Melihat Irawan seperti itu Lara malah tersenyum.
"Besok kita harus ke sini lagi," ucap Lara yakin.
"Apa!" Irawan kaget.
"Titik," jelas gadis itu kekeh.
Hening! Tak ada suara perdebatan lagi atau suara helaan napas yang naik turun tak teratur seperti sebelumnya. Lara menyenderkan kepalanya di samping jendela mobil sedang Irawan fokus menyetir dan mengantar gadis itu pulang.
Keduanya sampai di depan rumah Lara. Margaret yang sedari tadi menunggu keponakannya itu akhirnya lega juga. Takut, jika terjadi sesuatu pada Lara.
"Akhirnya kalian sampai juga," ucap Margaret yang melihat keduanya turun dari mobil.
"Maaf ya bi, tadi macet," ucap Lara berbohong.
"Ya sudah sekarang kita masuk ya, Pak Irawan mau mampir dulu?" tanya Margaret.
"Owh tidak Nyoya saya langsung pulang saja," jelas Irawan berpamitan.
"Thaks," ucap Lara sebelum akhirnya ia menutup pintu.
***
Lara membuka matanya malas, suara ponselnya yang sejak tadi berdering membuatnya terpaksa membuka mata. Lcdnya menyala tertera sebuah nomor tak dikenal.
"Hallo?" Dengan malas Lara akhirnya mengangkatnya juga.
"Hallo Lara," balas wanita itu yang sepertinya sudah mengenal Lara dengan baik.
"Siapa?" tanya Lara lagi.
"Amberth Warien!" Wanita tua itu berjuar lantang.
Lara yang sedari tadi masih mengantuk spontan langsung mendadak sadar 100%,
"Kok hantu mainannya hp?" tanya Lara tak habis pikir.
Mendengar itu Amberth jadi terkekeh, "Oh, jadi kemarin ngerjain saya? Sudah tua juga masih aja doyan bohong," tukas Lara kesal sebelum Ambrth berkata apa-apa.
"Saya tahu kamu sedang menyelidiki kasus pembunuhan orang tua kamu bukan? Saya bisa saja membantu asal ...!" Wanita tua itu menggantung ucapannya.
"Asal?"
"Tidak gratis," jelas Amberth.
"Baiklah saya ingin tahu detailnya dulu, di Green Cafe jam 09.00 saya tunggu," ucap Lara langsung memutuskan sambungan telpon keduanya. Kali ini dia tak mau lagi di tipu, jika kerumahnya Amberth bisa saja mengancamnya nanti jika tidak menuruti ucapanya. Namun, di tempat ramai Lara akan jauh lebih aman.
Lara turun dari ranjangnya yang sudah menemani mimpinya tadi malam. Tidak ada banyak waktu di sini lusa dia sudah harus kembali ke Irlandia. Jika tidak dosennya akan banyak memberinya hadiah omelan nanti.
Usai mandi gadis itu berdiri di hadapan cermin sambil menyisir rambut panjangnya. Detik berikutnya ada notif sebuah panggilan masuk dari Irawan yang membuatnya yang sedari tadi fokus memandang cermin jadi sedikit tersentak.
Kepala polisi itu menelpon memberitahu bahwa laporan dari Singapure tidak berjalan dengan baik. Adam rekannya mendapat masalah cukup serius karena mencoba membuka kasus tentang kematian Juna. Setidaknya butuh waktu hampir setengah bulan untuk menunggu kasusnya bisa kembali di ajukan. Ah, ini membuat Lara makin tambah pusing dan sedih.
Lara bergegas mengganti garmennya dengan setelan kesukaanya kaos yang dititupi jaket selutut. Seadanya saja lagian ini bukan mau pergi ke pesta. Ia turun dari lantai atas, di bawah sudah ada Mama Margaret dan Papa Wilson ia selalu merasa bingung karena Kelvin tak pernah terlihat ada di tengah kedua orang itu. Ingin bertanya tapi Lara sudah diburu waktu. Jika terlambat mau di taro di mana mukanya di hadapan Amberth
"Kamu gak makan dulu, sayang?" tanya Margaret yang melihat Lara turun dari anak tangga nampak terburu-buru.
"Ngak bi, Lara ada keperluan mendadak," jelas gadis itu seraya berpamitan kepada Wilson dan Margaret.
***
Lara duduk di Green Cafe tepat jam 08.50 masih ada sepuluh menit lagi sebelum Amberth tiba. Ia menyempatkan sarapan dengan roti dan kopi kesukaanya. Benar saja beberapa menit setelah ia selesai menyantap sarapan paginya Amberth datang. Melihat kedatangan wanita tua itu Lara langsung mempersilahkan ia untuk duduk dan memesenkan kopi hangat untuknya.
"Terima kasih," ucap Amberth seraya menseruput kopi yang tadi di pesankan Lara.
"Sekarang langsung saja, apa kamu yakin bisa membantu saya? Apa yang membuatmu yakin denga itu? Dan bagaimana kamu bisa tahu semua hal yang berkaitan dengan saya?" tanya Lara beruntun.
"Pertama-tama saya akan memberi tahu kamu bahwa saya bisa membantu kamu, kedua tidak ada yang bisa memprediksi sesuatu yang aka terjadi ke depan bukan? Jadi tidak ada salahnya untuk mencoba. Ketiga dari mana saya tahu, ini bukanlah hal penting," jelas Amberth.
"Baiklah katakan," ujar Lara sedikit penasaran.
"Saya bisa membuka mata batin seseorang sejak berumur 19 tahun. Pembunuh orang tuamu sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu bukan? Jika kamu berniat ingin menemuinya di alam lain dan itu bisa dilakukan apa kamu akan melakukannya?"
"Kerja sama macam apa ini?" batin Lara jengkel.
"Apa kamu stress?" tanya Lara.
"Saya berkata apa adanya Nona Muda, jika saja kamu berpikir bahwa lelakimu Irawan itu bisa membantumu menyelesaikan kasus ini. Maka di mana dia sekarang? Bukankah frogresnya tidak berjalan lancar? Bukankah dia mendapati masalah cukup serius? Iya-kan?" Amberth menghujaninya dengan banyak pertanyaan yang dibalut pernyataan yang menjengkelkan.
"Lalu apa jaminanya saya bisa menemui pembunuh itu dan mengungkap kebenarannya?"
"Nyawa saya. Saya akan menjaminnya untuk ini. Akan tetapi, sebelum itu kamu harus menyetujui permintaan saya."
"Dia pikir dia siapa?" batin Lara yang masih kesal dan tak habis pikir dengan ide gilanya.
"Kamu harus melakukan sebuah ritual untuk saya, berbagi aura!" jelas Amberth.
"Anda ini benar-benar dukun, ya? Kenapa saya harus melakukan itu, apa Anda ingin menipu saya kembali?" tanya Lara mulai emosi.
"Coba pikirkan baik-baik, kamu tidak punya waktu banyak di sini bukan!" ucapnya seraya berdiri kemudian berlalu meninggalkan Lara yang masih tak habis pikir dengan rencananya.
***
Malam ini Lara dan Irawan berbincang melalui sambungan telpon. Hampir setengah jam berlalu keduanya masih saja membahas hal yang sama. Terkait Amberth apa yang ia katakan ternyata benar. Irawan sedang dalam masalah begitu pun Adam rekan mereka yang di Singapure yang akan membantu Lara. Dalam kebingunan dan sedih Lara menceritakan kejadian tadi siang. Mendengar itu Irawan sangat tidak setuju dengan rencana Amberth.
"Dia itu bukan orang sembarangan, Ra! kalau kamu gak hati-hati nyawa kamu akan jadi taruhannya!" jelas Irawan memperingatkan.
"Maksudnya apa dia begitu berbahaya?" tanya Lara.
"Saya sudah mencari tahu soal wanita tua itu, dia dukun dan apa kamu tahu yang dilakukannya tidaklah benar! Sampai saat ini saya akui memang belum ada perkembangan yang cukup baik dari Adam. Ada oknum dari dalam yang sudah beberapa kali mengancam kami," tambah Irawan lagi.
"Ah, saya pusing Irawan. Saya tidak tahu harus apa?"
"Kamu harus sabar, kita masih punya banyak waktu, kita bisa selesaikan masalah ini dahulu."
"Tapi, gimana? Lusa saya sudah pulang ke Irlan saya mengahabiskan banyak waktu di sini hanya untuk duduk diam? Apakah kamu mengerti dengan apa yang saya alami?" ucap Lara putus asa.
"Lara bagaimana pun keadaannya jangan pernah menerima tawaran dari Amberthl. Membuka mata batin akan mengubah seluruh hidup kamu, kamu ingat ini baik-baik!" tangkas Irawan.
"Hmm ... saya akan memikirkannya lagi!" ucap Lara sekaligus memutus sambungan telpon diantara keduanya.
Lara benar-benar kebingungan karena pengaruh ucapan Amberth ia pun jadi ragu dengan Irawan dan harapan yang sebelumnya sempat ia simpan pada lelaki itu. Ah, entahlah? Gelap Lara tak melihat apa yang akan selanjutnya terjadi.
Tanpa sepengetahuan siapa pun ia mendatangi Amberth pukul 02.00 dini hari. Menerima tawaran wanita tua itu untuk membuka mata batin dengan syarat yang sudah Amberth tentukan. Tidak peduli apa pun kepetusannya sudah bulat. Ia sudah begitu ambisius dengan semuanya. Sampai lupa bagaimana setelahnya akan berlalu atau bagaimana hidupnya setelah semua ini terjadi?

Komento sa Aklat (355)

  • avatar
    Jesen Eleek Koyo

    tak pernah mengecewakan aku walaupun kita bukan orang yang diterima oleh para students macam aku ni jenis kalau takda daia nk hidup atau kayu yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomsel silakan mention kembali apabila ada yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomsel silakan mention kembali apabila ada yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomsel silakan mention kembali apabila ada yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomse

    18h

      0
  • avatar
    AdrianaFiffy

    good

    1d

      0
  • avatar
    ArlianiMira

    judul ny sangat seru

    5d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata