logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bertemu Amberth

Hari ini Lara ingin pergi ke sebuah Cafe. Mengingat, sangat suntuk sekali seharian uringan-uringan di rumah tak mengerjakan apa-apa. Sebelumnya ia juga mengajak Kelvin tetapi bocah itu tidak mau dengan alasan ingin bermain. Jadi, ya terpaksa ia berangkat seorang diri.
Lara mengemudi mobilnya seorang diri, ia pikir penting sekali untuk relaksasi mengingat ia hampir setengah gila gara-gara pembunuh itu. Ya, ingin tempat yang adem, ada aromaterapinya dan yang pasti bisa membuatnya tenang.
Mobil Lara menyusuri membelah jalan raya. Sesekali Lara melirik sekitar jalan yang di laluinya. Rasanya nyaman sekali bukan? Menikmati alam saat keadaan tengah menjatuhkanmu ke dasar yang paling dalam. Terkadang sepahit apapun kenyataan tidak ada pilihan lain, kecuali menghadapinya. Lari? Kita bukan pengecut seperti itu.
Lara yang sedari tadi asyik mengemudi. Tiba-tiba saja mendadak menginjak pedal remnya dengan segaja. Hampir saja, jika beberapa detik saja terlambat. Ia pasti sudah menjadi pembunuh anak kecil yang hampir ingin tertabrak oleh mobilnya. Lara menarik napasnya berkali-kali. Hampir, jika tidak urusannya akan panjang. Kemudian dengan perasaan gugup Lara keluar dari mobilnya. Dilihatnya orang-orang menatap dirinya dengan tatapan serius, beberapa diantaranya juga terdengar mengucap syukur sebab kecelakaan itu tak sempat terjadi.
"LAURA!" teriak seorang ibu-ibu yang berlari mendekati anak kecil yang tengah mematung di hadapan mobil Lara yang hampir saja ingin tertabrak. Lara menebak itu pasti ibunya.
"Ya Allah, Allah masih sayang kamu, Nak. Alhamdulillah," ucap perempuan itu penuh rasa syukur sambil menciumi berkali-kali malaikat kecilnya itu. Ah, melihat pemandnag seperti ini membuat hati Lara mendadak jadi merindukan sosok Ibu, pulakan, cumiumannya, semuanya.
Lara mendekati posisi kedua orang itu dengan wajah bersalah. "Maafkan saya, saya hampir melakukan kesalahan yang sangat fatal akibat kelalaian saya," ujar Lara menyesal.
Mendengar itu ibu-ibu itu spontan langsung memeluk Lara. " Kamu sudah menyelamatkann anak saya. Dia berlari ke jala raya saat saya ingin membeli apel," jelas ibu itu sambil menunjukan belanjaanya. " Ini kesalahan saya, jika saja bukan kamu pengemudinya. Pasti saya sudah kehilangan dia," tambahnya lagi sambil mengelus pelan rambut Lara dan melepaskan pelukannya. Ah, sentuhan seorang ibu memang tidak ada duanya Lara bisa merasakannya.
Akhirnya setelah itu ibu dan anak kecil itu berpamintan untuk pulang dan Lara juga lanjut mengemudi lagi, menuju ke tempat yang ingin ia datangi hari ini. Kali ini Tuhan benar-benar menyelamatkan hidupnya dan nyawa gadis kecil itu.
Kini Lara akhirnya tiba di Cafe yang ia rasa cocok dengan dirinya. Green Cafe beberapa waktu lalu Cafe ini sempat viral di beberapa media sosia, kata-kata yang ditulis di barista di cafe ini juga menarik dan sempat jadi trending di twitter. Mungkin baristanya seorang Auther. Mungkin! Jadi, kemungkinan besarnya saat ini adalah Cafe ini ramai pengunjung hari ini.
Awalnya Lara memutuskan untuk berpindah Cafe. Namun, karena tak ingin membuang-buang waktu dan pulang terlalu malam ia memutuskan untuk mengetik tugas kuliahnya di sini saja agar tidak terlalu bosan bukan? Jikalau terlalu sering di kamar.
Hampir setengah jam Lara duduk di Cafe ini. Ia juga sudah memesan beberapa makanan dan minuman agar lambungnya terisi. Kini gadis itu tengah sibuk mengemas laptop dan beberapa buku cetak yang sedari tadi menemani ia mengerjakan tugasnya karena semua sudah selesai. Lara akhrinya memutuskan untuk menikmati pemandangan di Cafe ini beberapa menit sebelum akhirnya membayar bilnya dan pulang karena sedari tadi matamya tersa kering karena terusan menatap LCD.
Netra birunya terus menatap sisi sudut ke sudut Cafe yang nampak indah dan segar. Apalagi perancang interior Cafe ini menciptakan suasana alam yang sangat Lara suka. Beberapa pengunjung juga melakukan hal yang sama. Sisanya mereka sibuk bermain ponselnya beberapa lagi masih sibuk menikmati pesanan mereka masing-masing.
Detik berikutnya Lara malah tak sengaja menangkap sosok Amberth melewati Cafe dari balik kaca bening trnasfaran yang menjadi pintu utama Green Cafe. Lara menatapnya tak habis pikir dan dengan segera membayar bilnya. Kemudian lari mengejar Amberth. Saat ini posisi Amberth tengah memebalakangi tubuh Lara karena tak mau menyia-nyiakan kesempatan ia langsung berteriak dan memanggil wanita itu sekaligus berlari ke arahnya.
"Amberth Warien?" pekik Lara yang posisinya sudah berubah menjadi berdekatan.
"Hai" wanita tua itu tersenyum.
"Apa dia bisa berbicara bahasa Indonesia? Atau memang kupingku yang sedang bermasalah?" batin Lara seraya menaikan alisnya sebelah
menatap Amberth yang spontan membalikan tubuhnya saat Lara berteriak.
"Cad atá cearr leat? Cén fáth a bhfuil tú ag féachaint orm mar sin? An bhfuil cuma aisteach orm?"
"Ada apa dengan kamu? Kenapa melihat saya begitu? Apa saya terlihat aneh?" tanyanya beruntun.
"Bhuail muid le chéile roimhe seo in Éirinn. Is beag nár éirigh leat rith leis,"
"Kita pernah bertemu sebelumnya di Iralandia. Saat itu Anda nyaris tertabrak," jelas Lara dengan ekspresi kesal, mengingat gara-gara wanita tua ini dia jadi mengunjungi makam-makam aneh itu kemarin.
"Owh, tusa. Is cuimhin liom,"
"Owh, Anda. Saya ingat," ucapnya sambil meimijit-mijit kepalanya setelah itu. Mungkin, karena sudah tua ingatanya menjadi bermasalah.
"Tar liom,"
"Mari ikut saya," ucap Lara mengajaknya untuk duduk di dalam Cafe.
"Tá gnó eile agam, ba mhaith liom mo gharmhac a phiocadh abhaile díreach ón scoil,"
"Saya punya urusan lain, saya ingin menjemput cucu saya yang baru pulang sekolah," tolak Amberth halus.

"Nach ndeachaigh do ghariníon ar scoil in Éirinn - sí?"
"Bukankah cucumu bersekolah di Irlan--dia,?" tanya Lara kebingungan.
"Tá a lán garpháistí agam,"
"Saya punya banyak cucu," ucap wanita tua itu hendak pergi.
"Fan, cártaí gnó ar dtús,"
"Tunggu, kartu nama dulu," tahan Lara sambil menyodorkan tangannya.
"Dealraíonn sé go bhfuil go leor rudaí ann ba mhaith leat a iarraidh, a mhic? Ceart go leor, beidh mé ag fanacht leat,"
"Sepertinya ada banyak hal yang mau kamu tanyakan, Nak? Baiklah, saya akan menunggu kamu," ucapnya memberikan kartu nama itu dan kemudian pergi.
Lara menatap punggung Amberth dengan tersenyum, lega karena wanita tua itu bukanlah hantu seperti perkiraannya di awal. Jadi apa yang dia katakan kemarin kemungkinan tanpa sengaja atau mungkin karena faktor usianya yang sudah tidak lagi muda. Namun, Lara tetap akan menemui Amberth memastikan kebenaran tentang apa yang di pikirkannya.
***
"Ngapain ngajakin ke sini malam-malam? Saya masih ada urusan lho, di kantor," gerutu Irawan saat Lara memintanya untuk menemaninya ke tempat yang ia rasa terlihat angker. Bukan angker lagi. Angker beneran. Takut? Jelas saja. Tidak semua polisi berani melawan hantu.
"Anda takut?" tanya Lara yang tengah mengimbangi langkah lelaki itu. "Terpaksa, saya harus bertemu Amberth Warien, ini penting sekali," jelas Lara sambil menyunggingkan senyum tipisnya. Dia benar-benar tidak merasa bersalah kali ini.
"Apa dia dukun, kok banyak sesajen gituh?" tanya Irawan sambil menunjuk halaman rumah Amberth yang memang tanpak lain dari rumah biasanya.
"Gak tahu, ayuk ke sana," ajak Lara sambil mempercepat langkah kecilnya. Irawan menautkan sebelah alisnya ke atas dan mengikuti gadis itu dengan wajah takut sekaligus kesal.
Tok tok tok!
"Tráthnóna?"
"Malam?" Tak perlu menunggu lama, pintu pun di buka.
"Tráthnóna?"
"Malam." Amberth muncul dibalik pintu yang sebelumnya tertutup.

"Tar isteach, le do thoil,"
"Silahkan masuk," ucapnya sambil membuka pintunya lebih lebar.
Lara dan Irawan duduk di ruang tamu. Posisi keduanya saling berhadapan dengan Amberth. Lara memandangi wajah wanita tua itu dengan teliti. Betapa terkejutnya Lara saat Amberth menggeser sedikit posisi duduknya matanya menangkap lukisan perempuan cantik itu lagi dan ia terpajang di rumah rapih di dinding rumah Amberth. Bagaimana bisa?
"An phéintéireacht - an ..."
"Lukisa--annya ...," ucap Lara sambil menunjuk-nunjuk benda pipih yang tergantung itu dengan suara terbata-bata, sementara Irawan dia hanya diam karena tak mengerti bahasa yang mereka ucapkan.
"A Bhean Amberth Táim meáite ag smaoineamh air seo, Y-an duine tú nó an deamhan tú?"
"Nyoya Amberth saya pusing memikirkan ini, A--nda ini manusia atau se--tan?" tanya Lara dengan wajah paniknya dan suara yang terdengar sedikit bergetar dan terbata-bata. Mendengar itu wajah Irawan menjadi berubah drastis seketika meski tak mengeri maksudnya. Namun, dari gaya bicara Lara seseuatu yang janggak telah menyelimuti keduanya.
Berbeda dengan Irawan, Amberth ia justru terkekeh, pertanyaan macam apa itu? Lara benar-benar terlihat menggemaskan kali ini, terlebih ekspersinya yang begitu polos.

"Sea, is taibhse mé"
"Iya saya hantu," jawab Amberth berbohong.
"Apa katanya?" tanya Irawan Di sela-sela kekagetan Lara.
"Is taibhse é, Dia hantu," ucap Lara menerjemahkannya."
Mendengar itu dengan lekas mulut Irawan komat kamit, membaca ayat kursi sedang Lara ia masih bengong mendengar pengakuan Amberth barusan. Detik berikutnya dengan cepat lengan gagah Irawan menarik Lara membuat gadis itu kaget dan jadi ikut pontang-panting berlari mengimbangi laju Irawan untuk menuju mobil. Amberth yang sedari tadi memperhatikan itu hanya bisa tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya yang sakit menahan tawa. Sekarang keduanya jadi ngos-ngosan karena ulah Amberth. SIALAN!

Komento sa Aklat (355)

  • avatar
    Jesen Eleek Koyo

    tak pernah mengecewakan aku walaupun kita bukan orang yang diterima oleh para students macam aku ni jenis kalau takda daia nk hidup atau kayu yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomsel silakan mention kembali apabila ada yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomsel silakan mention kembali apabila ada yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomsel silakan mention kembali apabila ada yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomse

    1d

      0
  • avatar
    AdrianaFiffy

    good

    1d

      0
  • avatar
    ArlianiMira

    judul ny sangat seru

    5d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata