logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bertemu Dea

Setelah mengunci pintu rumah dari dalam, aku mengubah niat yang semula ingin tidur lebih cepat. Bagaimana kalau kemenangan balas dendam tadi dirayakan. Sambil menghibur diri sendiri kan tidak ada salahnya.
Berjalan ke dapur, membuka pintu kulkas untuk mengambil satu botol minuman bersoda, kemudian mengambil beberapa makanan ringan di lemari makan.
Kentang goreng, sosis dengan saus pedas, dan satu bungkus camilan dari mie rasanya cukup. Saatnya makan sambil nonton film.
Selesai menata semua di meja kecil ruang televisi, aku mengambil leptop di kamar. Menonton FTV yang beberapa hari lalu hanya sempat kudownload. Waktu awal-awal nonton potongan scene, asik juga. Ya sudah apa salahnya dilanjutkan.
Baru dapat dua puluh menit scene di ftv, tanda notifikasi dari handphone tidak berhenti berbunyi. Berisik sekali..
Ting!
Ting!
Ting!
Astaga, siapa sih malam-malam ganggu orang aja, kayak nggak ada hari besok. Eh, tapi, ini kan salahku juga. Ngapain pakai acara menghidupkan data saat menonton film!
Segera kubuka pengunci layar, melihat satu per satu notifikasi yang ternyata DM Instagram. Nggak dibuka semua, cuma aku tertarik sama satu follower yang bernama @Nadea_Aldin. Akun itu langsung mengirim pesan meski belum difollback.
[Kak Icha, selamat malam. Ini aku, Dea yang tadi]
Aku segera mengetik balasan, setelah mem-follow balik akun Dea.
[Iya. Udah sampai rumah, De?]
[Barusan, ini mau langsung tidur]
[Ya udah, selamat istirahat. Aku masih makan]
[Sama apa?]
[Nanti aja tidurnya, aku pengen ngobrol sama Kakak]
Nah loh, kira-kira bahas apaan, ya? Satu jam lalu ketemu langsung, eh Nadea langsung ingin ngobrol. Apa jangan-jangan aku dilabrak dengan tuduhan merebut pacarnya?
Amit-amit deh jangan sampai!
[Nih!]
Segera kukirim hasil jepretan kamera, beberapa makanan ringan dan minuman soda. Tidak lama kemudian Nadea mengirim emoticon love disertai satu balasan.
[Merayakan dalam rangka apa, nih?]
Asik juga nih orang ternyata. 
[Nggak ada]
[Oh ya, tadi mau ngobrol apa emangnya?]
[Kakak ada waktu luangnya kapan? Ketemuan aja deh ya lebih asik]
Tuh kan, kalau ngobrolnya harus ketemu langsung seperti tadi, aku jadi mikir yang nggak enak. Kayaknya bakal ada suatu hal penting yang harus dibicarakan dari hati ke hati. Kalau iya, terus gimana? Apa?
Menolak permintaan Nadea, rasanya tidak mungkin. Bisa semakin salah paham nanti. Anak orang kaya sih biasa gitu. Nurut salah, nolak apalagi.
[Oke, besok malam aku bisa]
[Di Diamond cafe, ya, Kak]
Setelah menentukan tempat, janjian deal dan saling bertukar nomer WhatsApp, kami mengakhiri berbalas pesan. Sudahlah, sosis saos sama mie balik aja ke lemari. Nggak selera makan lagi aku. Langsung ngantuk.
°°°°
Minggu malam pukul 19:00 WIB.
Seorang gadis cantik memakai dress warna biru laut, langsung berdiri melambaikan tangan dari meja di dekat jendela, begitu aku memasuki cafe. Karena sudah bertemu kemarin, jadi kami sudah bisa mengenal satu sama lain.
"Hai, De. Maaf, lama nunggu," ujarku begitu duduk di hadapannya.
Nadea tersenyum, mempersilakan aku duduk sebelum bicara. "Nggak apa-apa, aku juga baru datang."
"Kamu udah pesan makanan? Atau belum?" tanyaku.
"Sudah, tinggal nunggu dianter. Kita sambil ngobrol aja, Kak," balasnya tersenyum ramah. Jauh sekali dari perkiraan pacar orang yang suka meletup-letup kalau cemburu.
Jangan sampai juga akhirnya Nadea yang menraktir. Tidak, bagaimana pun caranya nanti, harus aku yang membayar.
"Kamu sebenernya mau ngobrolin soal apa, De?" tanyaku hati-hati, berusaha supaya gadis cantik ini tidak tersinggung. "Kalau soal Kak Aldin ... sumpah, aku nggak ada hubungan khusus sama dia."
"Sebenarnya aku emang mau jujur tentang Bang Aldin." Nadea menarik napas berat, seakan berusaha mengurangi beban batin yang dirasakan. "Entah kenapa, aku yakin banget kalau Kak Icha baik, di balik penampilan tomboi Kakak."
"Maksud?" balasku.
Satu.
Dua.
Tiga.
Setelah pelayan meletakkan dua menu pesanan Nadea, gadis itu kembali bicara.
"Sebenernya aku ingin pergi dari hidup Bang Aldin. Aku merasa nggak pantes buat dia, pasti salah satu di antara kami terluka kalau maksain hubungan lebih serius." Nadea menghapus air mata yang hampir saja jatuh.
"Kok, bisa gitu? Kalian sama-sama anak orang kaya, pasti sederajat, De."
Nadea menggeleng dengan pernyataanku, kemudian melanjutkan bicara.
"Kakak tahu. Sejak kecil daya tahan tubuh aku tu lemah, sering ke luar masuk rumah sakit sampai sekarang. Ini yang membuat Mamanya Bang Aldin nggak setuju kalau kami pacaran. Aku ... cuma cewek lemah yang bisanya menyusahkan orang lain. Apalagi, orang itu baik."
Panjang lebar Nadea mengeluh, dan pecah sudah kaca-kaca air mata yang sejak tadi berusaha ditahan. Iba, tentu saja aku bisa merasakan kesedihan yang sama saat ini.
Anak orang kaya yang kukira hidupnya bahagia tidak kekurangan kasih sayang atau apa pun, memiliki pacar seorang penulis terkenal yang menjanjikan pernikahan, rupanya harus menderita karena sering sakit-sakitan.
"Apa Kak Aldin nggak memperjuangkan kamu di depan Mamanya?"
"Sudah, Kak. Bahkan, mereka kerap bertengkar gara-gara aku. Ini yang akhirnya menjadi beban buat aku. Di sisi lain aku senang menjadi sumber kebahagiaan Bang Aldin, dicintai, bahkan serius diperjuangkan untuk menikah. Tapi, kalau kebahagiaan itu justru memupuk rasa benci keluarganya .... buat apa!"
"Dea, kamu nggak boleh ngomong gitu. Jangan menyerah, kalau emang kalian jodoh terus menikah, yang lain bisa apa?" ujarku berusaha meyakinkan.
Sebisanya aku mencoba memberi semangat diri sendiri mendadak terpuruk. Aku juga patah hati.
Akan tetapi, bukannya berhenti menangis atau mengangguk setuju dengan ucapanku, Nadea justru menggenggam tanganku sambil bertanya dengan bibir gemetar.
"Kak Icha mau janji nggak buat aku?"

Komento sa Aklat (665)

  • avatar
    ZᴇʀᴏKɪɴɢ

    nice app

    1d

      0
  • avatar
    RayraChrisyra

    lucuu bingitt

    2d

      0
  • avatar
    Lilis Liss

    baukk

    12d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata