logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Part 2

“ Bun, Ara belum datang?”tanya Agas memegang secangkir kopi.
“ Kalau Aranya belum datang yah, kamu jemputlah.”jawab bunda, Saat Agas hendak mengambil kunci mobil tiba-tiba Ara datang.
“Baru juga diomongin orangnya sudah datang.”ucap Bunda melihat kearah Ara.
“ Kenapa ngga nelefon kan bisa di jemput.”ucap Agas menghampiri Ara.
“Kayak aku ngga tau jalan ajah.”jawab Ara tertawa. Selang beberapa jam Agas berpamitan hendak keluar saat berpamitan bunda marah kepada Agas karena di saat Ara datang Agas pergi tanpa mengajak Ara namun, Ara menjelaskan kepada bunda bahwa Agas juga punya urusan tersendiri.
“ Bun Ara izin masuk kamarnya Agas yah, mau tarok baju kemeja ini.”ucap Ara megangkat kantongan berisi baju kemeja.
“ Loh, Agas suruh kamu yang nyuci?”tanya Bunda heran, Ara pun berkata bahwa hari itu bajunya Agas sempat tertinggal di mobil Ara sehingga Ara berniat untuk menyucinya sebelum mengembalikannya.
Saat Ara hendak masuk ke dalam kamar Ara mengeleng-ngelengkan kepalanya melihat situasi kamar itu “ Pantesan ajah bunda sering ngomel orang kelakuan Agas kayak gini.”ucap Ara menghela nafas.
Satu persatu Ara tata dengan baik mengambil semua pakaian yang berserakan di lantai, merapikan pakaian yang ada di dalam lemari setelah itu Ara melanjutkan untuk membersihkan meja kerja Agas. Ara menyenggol sebuah buku tanpa sengaja sehingga terjatuh saat Ara berberes-beres tiba-tiba Email masuk dari laptop Agas, “Karissaaa..”ucap Ara dalam hati, melihat notifikasi email itu sempat membuat Ara berfikir aneh namun seketika ia sadar bahwa tak seharusnya berfikir sampai sejauh itu, saat semua beres Ara turun dan kembali membantu bunda.
“ Nah, itu Agas udah pulang.”ucap bunda sambil membuat adonan kue.
“Bundaa... Agas pulang.”ucap Agas teriak namun tak ada yang menjawab.
Lalu Agas naik ke kamarnya suasana hatinya berubah saat kamarnya rapih dan bersih, Agas kembali turun dan bertanya “ Bun makasih loh udah bersihin kamar aku tanpa ngomel-ngomel.”ucap Agas merayu bunda
“Bukan Bunda kok yang bersihin.”jawab bunda mengejeknya “Lah trus siapa bun?”tanya Agas
“Ara yang bersihin, makanya kamu itu jadi cowo harus pembersih jangan jorok.”jawab bunda menasehati Agas
“Kan simulasi bun, biar nanti kalau udah nikahkan dia udah terbiasa.”ucap Agas sambil memainkan sebuah games kesukaannya.

“ Heeeyyy… emang kamu udah sanggup hidupin Ara?”tanya bunda menatap anaknya itu.
“ialah bun kan bentar lagi Agas jadi direktur ditambah lagi harta warisan dari ayah dan bunda kan udah super komplit, ia nggak Ra?” Ara hanya terdiam.
“ Kerja di perusahaan ayah ajah bangga, kalau udah punya perusahaan sendiri itu baru.”ucap bunda
“Bunda tenang ajah, semua butuh proses.”jawab Agas menatap bundanya, mereka pun saling menatap tiba-tiba Agas menarik tangan Ara dan membawanya pergi sontak Ara kaget.
“Agas bunda belum selesai ngomong… heyyy… Agas….”ucap bunda teriak. Saat mereka berdua sudah berada dalam mobil Ara heran melihat tingkah Agas.
“Kita jalan sekarang?”tanya Agas raut wajah bahagia.
“Tunggu deh, kita emangnya mau kemana?”tanya balik Ara dengan nada lembut
“Kita cuman mau keliling-keliling doang, udah kamu duduk manis ajah tuan putri karena baginda raja mau nyetri.. okay!!”jawab Agas tersenyum manis, waktu yang tak sampat mereka habiskan bersama akhirnya hari itu pun datang perasaan senang Ara terlihat jelas dari raut wajahnya yang trus memandang kearah Agas yang sedang menyetir sambil bernyanyi, hingga malam pun tiba Agas berhenti di pinggir jalan.
“Kok berhenti?”tanya Ara heran.
“Mau beli somay.”jawab Agas sambil mencari dompet. Saat hendak turun membeli Ara menahannya.
“Udah biar aku ajah yang beli.”ucap Ara namun Agas menolaknya, Agas kembali mereka melanjutkan perjalanannya.
“Ra, tolong pegangin dong.”ucap Agas
“Nanti makannya pas sampe rumah ajah yah.”ucap Ara sambil membungkus somay itu
“Tapi aku udah laperr banget Ra”jawab Agas manja.
“Trus gimana dong kamu kan lagi nyetir.”ucap Ara meninggikan nada bicaranya.
“Yah kamu suapin akulah, gitu ajah ngga peka.”ucap Agas raut wajah cemberut.
“Tinggal bilang mau di suap ajah bicaranya sampe mutar-mutar.”jawab Ara tertawa
“Biarinkan biar romantis.”ucap Agas dengan pedenya, Ara pun menyupi Agas mereka terlihat begitu bahagia dengan hal-hal sederhana terkadang Agas terlihat begitu dingin namun terkadang juga begitu manja. Mobil itu pun berhenti tiba-tiba.
“Kenapa berhenti? kamu lapar lagi? Mau beli makanan lagi?”tanya Ara raut wajah serius, Agas menatap Ara dengan tatapan manis
“Aku tau Ra’ kalau sebenarnya aku itu gantengkan.”ucap Agas, melihat tingkat Agas yang aneh Ara menjauhi pandangannya dari Agas.
“Udah ahh.. kita pulang ajah kasian bunda dirumah ngga ada yang batuin.”ucap Ara menyangkal, Agas pun kembali menyetir sesekali Ara melihat kearah Agas
“Agas.. tau ngga kadang tuh aku mikir kayak gini, kalau aku itu perempuan yang paling beruntung bisa milikin kamu karena bagi aku you are my everything tapi satu hal yang ngga akan pernah aku bayangin.”ucap Ara melihat kearah Agas yang sedang menyetir.
“ Apa itu?"tanya Agas.
"Kalau nanti pada akhirnya takdir tidak berpihak pada kita.”ucap Ara
“Ra kamu harus yakin kalau takdir akan memihak pada kita.”jawab Agas tersenyum mengenggam satu tangan Ara.
“ Kadang kita hanya perlu mendengar dan menunggu bukti dari ucap seseorang.”jawab Ara senyum tipis.
***
Nada dering telefon berbunyi, Sintia terbangun karena suara nada dering handphonenya masih setengah sadar Sintia menganggkat telefon tanpa mengetahui siapa yang menelfonnya
“Hallo.."
"Apaahh!!"
"Oke saya segera kesana.”ucap Sintia terkejut.
Hidupnya memang penuh dengan kejutan Sintia pun meninggalkan zona nyamannya dan bergegas untuk pergi.
“Pagi Non Ara.”sapaan Bibi menyiapkan sarapan pagi.
“Pagi ini menu sarapannya apa Bi?”tanya Ara tersenyum ramah.
“Hari ini sarapan roti dan secangkir cucu hangat buatan Bibi.”jawab Bibi menganggkat susu dan segelas susu, tingkah lucu Bibi membuat Ara tertawa.
“Bi’ sepatu putih aku mana?”tanya Sintia terlihat buru-buru.
“Kak, kenapa buru-buru banget sih kan bisa pelan-pelan.”ucap Ara lalu memakan sebuah roti.
“Ngga bisa Ra'.”jawab Sintia menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa “Non, ini sepatunya.”ucap Bibi meletakan sepatu putih itu di dekat Sintia.
“Ohiyaa.. Makasih ya Bibi.”jawab Sintia, Ara sangat menikmati sarapannya di tambah suasana yang indah di pagi hari “Kakak jalan dulu yah.”ucap Sintia lalu pergi.
“Non, sarapannya?”tanya Bibi menawarkan
“Nanti ajah yah Bi.”jawab Sintia teriak dari jauh
“udah Bi’ kayak ngga tau Kak Sintia ajah.”ucap Ara menikmati roti buatan Bibi “Non Ara mau tambah lagi?”tanya Bibi “Ngga Bi’ udah kenyang sekarang Ara juga mau siap-siap ke kampus”ucap Ara, Bibi membalasnya dengan senyuman.
“Bibi makasih yah selalu ada buat aku dan kak Sintia, meskipun terkadang kami berdua suka merepotkan, tapi Bibi ngga pernah ngeluh atau bahkan ninggalin kita berdua.”ucap Ara memegang kedua tangan Bibi, mendengar itu Bibi hanya bisa membalasnya dengan senyuman tulus tanpa berkata apa-apa.
***
“Dokter, tolong selamatkan anak saya.”ucap ibu dari salah satu pasien, Sintia memberikan tissue kepada ibu itu dan mencoba menjelaskan padanya agar tetap tenang. Sintia pun masuk ke dalam ruangan untuk mengecheck keadaan anak itu.
“Dokter, ini adalah obat yang digunakan oleh anak-anak di klinik kecil.”ucap suster lalu memberikan obat dalam kemasan botol kaca itu, Sintia mengambilnya dan mulai mengechcek obat itu.
“Pasien mungkin mengalami syok anafilaksis yang disebabkan oleh deksametason dan infeksi saluran pernapasan bagian atas.”ucap Sintia mengembalikan obat itu kepada suster.
Sintia pun mulai memeriksa kondisi anak tersebut setelah itu ia memerintahkan suster menyalakan monitor.
“Amel.. apakah kamu tau nama saya?”tanya Sintia tersenyum manis pada anak itu
“ingat.”jawab Amel.
"Siapa coba nama dokter?”tanya Sintia.
“Dokter cantik.”jawab Amel
“Anak pintar.”ucap Sintia mengelus rambut panjang Amel.
Sintia keluar dari ruang rawat pasien untuk menjelaskan kondisi anak tersebut
“Dok, gimana keadaan anak saya?”tanya ibu amel panik, Sintia mengajak ibu Amel untuk duduk dan memberikannya sebotol air minum
“ibu dengarkan saya, Demam yang di alami Amel ini bukan penyakit, Tetapi gejala tapi banyak penyakit dapat menyebabkan demam. Demam bukan hal yang buruk ini sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi dan menghasilkan respons pelindungan imun ini dapat menghambat pertumbuhan dan reproduksi pathogen ini kondusif untuk pemulihan pasien.”ucap Sintia.
“ Menurut Dokter apakah demam untung anak saya demam tinggi?”tanya ibu Amel, sebelum menjawab pertanyaan itu Sintia sempat tersenyum mendengar pertanyaan dari ibu Amel.
“dalam beberapa kasus memang begitu tetapi situasi spesifik masih perlu dianalisis secara konkret, Amel juga sudah sadar dan dia juga baik-baik saja tetapi dia harus tetap tinggal untuk beberapa hari.”ucap Sintia, akhirnya ibu dari pasien itu mengerti kondisi anaknya Sintia berpamitan kepada ibu pasien karena ada hal lain yang harus ia tangani.
“Terima Kasih banyak Dok.”ucap ibu Amel
“Tetap jaga kesehatan yah ibu.”jawab Sintia meletakkan tangannya diatas bahu ibu Amel.

Komento sa Aklat (169)

  • avatar
    CuttiestTisya

    good

    23/08

      0
  • avatar
    Riaedi Yocher

    bagusssss bangetttt

    16/08

      0
  • avatar
    Alika Nayla

    Bagusss bngitzz

    04/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata