logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Akhir yang membingungkan

Akhir yang membingungkan

Ruang Rasa


Part 1

Pagi ini tampak lebih cerah dari hari sebelumnya, jika pada hari sebelumnya setiap pagi turun hujan namun kali ini berbeda. Kali ini aku tidak akan melewatkan kebiasaan yang sudah lama tidak ku lakukan, dengan penuh cinta aku berusaha membuat sesuatu yang mungkin akan membuatnya bersemangat di siang hari, “ Dek, hari ini kakak pulang telat jadi kamu jangan lupa kunci pintu soalnya kakak bawa kunci cadangan.” Ucap Sintia dengan tergesah-gesah
“oke.. Kakak jangan lupa makan.” Jawabku melihatnya lalu tersenyum, Sintia berhenti melangkah karena mencium aroma masakan yang sedang aku masak lalu dia pun mendekat kearahku lalu berkata satu hal sebelum dia pergi.
“Bahkan saat memasak untuknya pun kau melakukannya dengan begitu tulus, semoga dia bisa memahami arti ketulusan yang kau miliki.”Mendengar itu aku hanya bisa terdiam.
Setelah semua sudah siap dengan penuh semangat aku memulai pagi ini karena kebetulan hari ini ada kelas pagi aku mampir membawakan sekotak nasi goreng buatanku untuknya. Sesampainya disana aku lebih dulu menyapa bunda “ Bunda apa kabar?” tanyaku, kedatanganku rupanya membuat bunda sangat bahagia “ Eeehh.. anak bunda kok baru muncul sih.” Ucap bunda memelukku.
“Ara minta maaf yah bun baru bisa datang sekarang, soalnya beberapa hari ini Ara banyak tugas kuliah.” Bunda tersenyum padaku dan mengenggam kedua tanganku tiba-tiba kami di kagetkan dengan terikan Agas, Dia adalah seseorang yang tak bisa kuceritakan dengan sederhana.
“Bunda kenapa ngga bangunin Agas kan hari ini ada meeting pagi.” Ucapnya mengeluh, Bunda yang sudah mencoba membangunkan Agas namun karena melihat raut wajah yang lelah dari anaknya itu membuat Bunda pun tak tega membangunkannya dan membiarkannya melanjutkan tidurnya sebentar.
“ Bun… baju Agas udah di setrika belum?” Tanya Agas teriak “ Iya.. ada digantung dalam lemari.” Jawab Bunda penuh sabar “ Bun.. celananya mana?” Tanya Agas lagi “ Celananya ada diatas kasur.” Seperti itulah kebisingan rumah bunda di pagi hari, Agas yang tak bisa hidup tanpa Bunda padahal umurnya sudah sangat dewasa.
“ Bunda Agas berangkat dulu yah, dahhh… bunda Assalamualaikum.” Ucap Agas lalu pergi dengan tergesah-gesah. Bunda merasa khawatir karena anaknya pergi tanpa memakan apa-apa aku mencoba membuat bunda tenang dan menyusul Agas.
"Agas.. Agas…” ucapku teriak sambil berlari, untung saja dia belum pergi.
“ Agas… tunggu dulu.” Ucapku berusaha menahannya
“ Apa lagi sih Ara aku udah telat nih.”
“iya aku tau kamu telat tapi setidaknya makan sedikit biar kamu ngga laper.” Agas menatapku dengan tatapan yang tajam
“ Kamu ngga akan ngerti seberapa pentingnya hari ini buat aku jadi biarkan aku pergi.”
Aku yang bersikeras menahannya untuk memberikan sekotak nasi goreng sebagai bekal makan siangnya“Aku cuman mau ngasih bekal ini, jangan lupa di makan yah.”
Agas mengambil bekal itu lalu pergi tanpa mengucapkan apa pun, “ I Love you… “teriakku melambaikan tangan. Agas memang orang yang sangat tergesah-gesah dalam melakukan sesuatu tapi dia mampu mengatasinya dan dia tidak pernah melanggar janjinya sampai detik ini.
“ Ara, gimana Agas mau makan kan?” Tanya bunda, aku mencoba untuk menjelaskan padanya agar tidak perlu khawatir karena Bunda begitu percaya padaku akhirnya kekhawatirannya pun menghilang.
***
Banyak waktu yang terlewatkan hingga aku tak sadar kalau hari ini ada kelas pagi, dengan tergesah-gesah aku berlari masuk menuju fakultas tak sengajah aku menabrak seorang lelaki, tak banyak waktu untuk menolongnya namun aku hanya mengucapkan kalimat maaf sebelum pergi tanpa bertanggung jawab. Lelaki itu melihatku berlari dengan tergesah-gesah, dan hampir saja aku terlambat jika aku membuang waktu dalam sedetik mungkin hari ini aku tidak diperbolehkan masuk dikelas.
Semua berlalu begitu cepat dan hari ini penuh dengan ketergesahan, “ Ara, loh kemana ajah sih gue telefon tapi loh ngga angkat, udah sesibuk apa loh sekarang.”Ucap Bella, sedikit cerita Bella ini sahabat aku dari SMP ngga tau kenapa kita berdua selalu bertemu entah itu di SMA bahkan saat kita kuliah pun masuk di FAKULTAS yang sama.
“ Soryy, gue tadi kerumahnya Agas.”jawabku lalu menunduk mencari hp dalam tas
“Widihhh… udah kayak keluarga harmonis ajah luh!! gue heran kenapa Agas belum ngelamar loh sampe sekarang padahal nih yah, menurut gue loh itu wanita yang seemmm…purna.”ucapannya yang mulai berangan-angan.
“ Agas masih perlu waktu untuk semua itu.”jawabku
“ nggak, gue rasa Agas nunggu loh selesai kuliah deh, kalau gitu loh mending cepet-cepet urus skripsi loh biar loh cepet wisuda abis itu loh lamaran deh sama Agas.”ucap yang keluar dari mulutnya terasa begitu mudah namun kenyataannya tidak semudah ucapannya.
“ Kalau gitu setelah gua sidang mungkin gue ngga bisa lamaran.”jawabku penuh tekanan batin
“ Loh kenapa ngga bisa?” jawabnya tanpa dosa
“ Bella, loh fikir gampang konsultasi sama Ibu Anita? Bahkan setiap gue ngechat di read doang, coba luh bayangkan gue yang ngerangkai kata-kata dulu sebelum ngechat Ibu Anita dan hasilnya di read doang, pun kalau sudah buat janji ehh.. Ibu Anitanya yang tiba-tiba sibuk, gimana gue mau cepet lulus.”
“ Emang sih, gue juga ngerasa kayak gitu dan itu tuh sakit banget.. "jawab Bella suntuk.
***
Kebanyakan orang bilang kalau ingin melupakan sesuatu maka perbanyaklah melakukan kegiatan yang membuatmu merasa bahagia sehingga dengan kesibukan itulah yang membuatmu melupakannya.
Pagi ini aku terbangun tepat pukul 08 : 23 pagi, aku melihat kearah jendela yang begitu terang karena sinar matahari pagi yang indah dimana kebanyakan orang selalu menunggu hari libur untuk bisa bersantai sejenak menikmati kebahagia setelah kesibukkan. Terdengar suara mobil yang sedang menyala aku bergegas turun dan menemui Kak Sintia dan dugaanku benar meskipun ini hari libur dia masih tetap bekerja meskipun aku tau sebenarnya dia tidak terlalu sibuk dan sedang menghindari sesuatu. “ Untung kamu sudah bangun kalau belum kan Kakak ngga bisa liat kamu sebelum pergi.”ucapnya tersenyum padaku
“ Berapa lama lagi kau harus menyembunyikan rasa sakit yang kau pendam, bahkan kau terlihat baik-baik saja di hadapanku padahal aku tau kau sangat menderita karena luka itu.”ucapku dalam hati, dengan menguatkan hati.
aku menuruni setiap anak tangga dan harus menahan ucapanku atas semua pertanyaan yang ku pendam selama ini namun tidak lagi mana mungkin aku membiarkannya trus merasakan kesakitan yang dia pendam sendiri.
“ Ohiya Ara nanti kalau kamu kerumah Agas kakak titip salam yah buat Agas sama bunda, Kakak pergi dulu.”ucapnya terburu-buru.
“Berapa lama lagi Kakak harus menyakiti diri Kakak sendiri”ucapku membuat langkahnya terhenti, Kak Sintia merasa risih dengan ucapanku dia berbalik dan menghadap ke arahku “ Maksudnya apa?”tanya Sintia, dua langkah aku maju mendekatinya.
Semakin aku berusaha menahan air mata ini namun jika saatnya ia akan jatuh maka pada saat itulah diri ini tak mampu menahannya.
“Kakak tau sudah berapa tahun kakak hidup aneh seperti ini?”tanyaku, “ Dek, coba deh kalau ngomong tuh yang jelas Kakak ngga ngerti maksud kamu apa.”ucapnya merasa aneh
“Kak, aku mohon berhenti untuk menyembunyikan semua rasa sakit kakak selama dua tahun ini aku bisa merasakan kesepian yang kakak jalani setiap hari. pagi aku berangkat kuliah kakak selalu terburu-buru dan saat aku kembali kerumah kakak belum pulang dan ketika hari libur tiba kakak masih tetap kerja.” Ucapku terhenti karena bentakkan keras dari Kakak Sintia
“ Kakak ini seorang dokter jadi wajar kalau kakak sibuk.”ucap Sintia lantang, ini bukan pertama kalinya aku berdebat dengannya bahkan saat kami kecil perbedatan itu sering terjadi.
“ Iya, aku tau kakak seorang dokter tapi coba katakan padaku alasan apa yang harus ku katakan pada Mama jika dia bertanya apakah kakak sudah pulang, apakah kakak sudah makan, apakah kakak baik-baik saja. Aku bosan kak mendengar semua pertanyaan itu karena semua tentang kakak-kakak dan kakak, Mama ngga pernah tanya apakah aku baik-baik saja apakah aku sudah makan, ngga!! Mama  ngga pernah menanyakan hal itu dan satu hal lagi aku ngga mau trus-trusan bohong ke Mama hanya karena kakak.”
Hatiku tak bisa lagi menahan semua derita ini semua yang terpendam dan ketidak adilan ini ku simpan rapat-rapat dalam hatiku karena aku tak ingin menyakiti hati siapa pun namun hari ini aku telah mengatakan kebenaran atas ketidak adilan yang kurasa, melihatku menangis tubuh Sintia tak mampu berdiri lebih lama dia terjatuh dan duduk dilantai menyadari atas kebodohan yang dia lakukan selama ini.
“ Ini semua salah Kakak, tapi kamu tau Ra’ setiap kali kakak duduk di rumah tanpa melakukan apa pun semua masa lalu itu menghantui kakak jadi kakak ngelakuin semua ini agar kakak bisa melupakan semuanya.”..ucapnya penuh penyesalan, karena tak tega melihatnya duduk dilantai aku membatunnya untuk berdiri dan mencoba untuk memahami perasaannya.
“ Kakak, boleh aku bertanya sesuatu.”ucapku menaruh kedua tanganku diatas bahunya
“Katakan apa yang ingin kau ketahui.”jawabnya dengan nada rendah.
“Sesakit apakah itu, sehingga membuat kakak sesak seperti ini.”tanyaku melihatnya menunduk.
“ Seperti gelas kaca yang di lempar ke dinding sehingga gelas itu hancur berkeping – keping.”jawabnya menunduk, air mata yang seharusnya jatuh tapi tertahan hari ini dia jatuh karena tak mampu menahannya lagi.
“ Kak!!, kita ngga akan pernah bisa melupakan seseorang dan bahkan setiap kenangannya, meskipun seseorang itu pada akhirnya membuat kita merasakan rasa sakit yang tak terduga kita ngga akan pernah bisa membencinya. Karena seperti itulah mencintai dengan cara ketulusan namun, yang perlu kakak lakukan hanya dengan berpura-pura ikhlas dan pada akhirnya kakak bisa melepaskannya dan berhasil mengikhlaskannya meskipun tadinya hanya pura-pura tapi seiring waktu kakak bisa terbiasa dengan semua keadaan dan satu hal lagi, semakin kakak berusaha melupakannya semakin bayang-bayang tentangnnya itu hadir.” Saat mengucapkan kata-kata itu Sintia memelukku dengan begitu erat seperti itulah akhir dari pedebatan yang selalu kami lakukan dari kecil salah satu dari kita harus bisa memahami.
“ Ra’ jangan pernah mencintainya dengan ketulusan sebelum kamu tau apakah dia benar-benar tulus atau tidak, jika kamu berani melakukan hal itu maka bersiaplah untuk kecewa.”ucap Kak Sintia memelukku.

Komento sa Aklat (169)

  • avatar
    CuttiestTisya

    good

    23/08

      0
  • avatar
    Riaedi Yocher

    bagusssss bangetttt

    16/08

      0
  • avatar
    Alika Nayla

    Bagusss bngitzz

    04/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata