logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

05

Nanti malam ada acara ta’aruf dari mulai pengasuh, pimpinan, kepala madrasah, dan masih banyak lagi.  Waktu tak terasa semua berjalan begitu saja, azan isya sudaah berkumandang, masih banyak santri yang mengantri untuk berwudhu, beruntung aku sudah wudhu sebelum azan berkumandang, jadi tidak terlalu mengantri.
“Hira, Kanaya, Atika ayok berangkat” ajak mba Izza dan mba Fatimah.
“Kanaya sama Atika lagi lampu merah mba” jawab Atika sambil malu malu. Kanaya masih  fokus dengan novel yang ia bawa dari rumah. Dia memang  pencinta novel sama sepertiku, hanya ketika packing di rumah aku gak terfikir bawa novel.
“ Yaudah yuk Hira” mba Fatimah melihat ke arahku yang masih sibuk dengan sarung bercorak hitam putih, mba Fatimah tertawa kecil.
“Mba gimana, aku gak bisa”ucapku sambil mendekat kearah mba Fatimah,
“Sini sini mba pakein” dengan susah payah akhirnya sarungku terpakai dengan rapih, walupun masih menggunakan sabuk tapi gak papa karna baru pertama.
Kamar kamar sudah mulai kosong di masjid masih terdengar puji pujian . Allahuakbar Allahuakbar ashaduanlaillahailaullah waashaduaana Muhammadarasulullah..........
~~~
“Hira nanti kamu pulangnya sama mba Izza ya, soalnya mba harus buru2 bantu nyiapin acara” aku hanya mengangguk, aku memperhatikan mba Izza dia sangat khusu’ berdoa, lalu di lanjutkan sholat ba’diah, aku pun mengikuti nya untuk sholat ba’diah.
Sendal ku gak ada?
“Mba sendal aku gak ada” ucapku kepada mba Izza, posisinya masjid sudah sepi hanya ada berberapa santri putra di dalam masjid, ini memang bukan pengalaman pertama aku di ghosob tapi jika posisi aku di ghosobnya di masjid  masa harus kembali ke asrama tanpa alas kaki. Ya Allah pasti malu banget. Mba Izza membantu mencari di area masjid, tapi memang tidak ada tanda2 keberadaan sandal itu.
“Cari apa zza?” Tanya laki laki yang seperti sudah mengenal mba Izza.
“Ini Gus sandalnya teman saya di ghosob, malah anak baru lagi” jelas mba izza aku tak menghadap laki laki yang berada di belang antara aku dan mba Izza
“Pake sandal saya aja tuh, yang lois coklat” tawar laki laki itu sambil menuju ke tempat wudhu putra.
“Bener gus Ndak papa” tanya mba Izza
“Iya pake aja” mba Izza menyuruhku untuk memakai sandal itu. Sambil bilang pake aja Ra, punya gus loh itu, pinternya nular nanti. Dengan rasa gak enak akhir nya aku memakai sandal itu. .
~~~
“Hira kamu lama bgt, doanya pasti panjang” celetuk Kanaya yang sedang memakai jilbab ya di depan cermin,
“Sandal aku di ghosob nay, gimana coba, nanti temenin aku ya beli” ucapku sambil melipat mukenah.
“Berarti kamu gak pake sandal dong, alias nyeker” tebak Kanaya
“Di pinjemin sandal dia sama Gus Abizar”
“Aaapaa??” Ucap Kanaya, Atika, dan mba Fatimah yang masih ada di kamar.
“Weh Weh bioso wae to” jawabku tertawa kecil.
“Kok bisa sih raaa, kamu di pinjemin sandal sama Gus aku” ucap mba Fatimah yang sudah di ambang pintu tapi kembali masuk hanya karna nama gus Albi.
“Aku cemburu loh Hira “ lanjut mba fatimah ,aku gak heran dengan seorang Gus yang di kagumi banyak santri putri, sama seperti Gus zahid.
“Eh eh eh Fatim, ta bilangin njenengan sama Gus Albi” ancam mba Izza.
“Jangan dong plis, Ndak boleh gitu loh zaa, kita kan temen”
“Wes wes wes njenengen cepet berangkat, nanti aku sampe sana sudah beres” balas mba Izza sambil mendorong lembut tubuh mba fatimah ke luar pintu.
“Oia mba Izza gak bisa berangkat kalian ya”
“Kenapa mba?” Mba Izza langsung mendekat dan berbisik dengan suara yang terdengar oleh kanaya dan Atika, sambil senyum senyum mba Izza bilang “mau ngadate sama Gus Abizar”  belum di tanggapi mba Izza sudah keluar kamar sambil senyum senyum
“Enak banget ya mba Izza Deket Sam Gus” celetuk Atika dengan polos,.
~~~
Ribuan santri telah berkumpul di lapangan lokal B, aku ,Kanaya dan Atika bingung mau duduk dimana karna memang penuh, dengan terpaksa kita duduk di belakang dengan beralas terpal.
Gemunung suara Hadroh menjadi pembuka acara malam ini, entah kenapa aku selalu suka dengan laki laki yang memiliki suara merdu dari pada yang memiliki paras tampan. Apa ada yang sama ???
20.30 acara demi acara di mulai.
Yang pertama adalah pengenalan pendiri pondok pesantren syafinatun Najah, yaitu almagfuroh Romo kyai haji Darussalam, yang mendirikan pondok pesantren pada tahun 1988 , dan memiliki istri yang bernama nyai hajah firdaus sa’adah dan melahirkan 4 orang putra dan 7 putri, di lengkapi oleh 9 menantu dan 13 orang cucu.
Anak pertama yang saat ini menjadi pengasuh  pondok pesantren,  anak ke 2 menjadi pimpinan pondok pesantren, anak ke 3 menjadi rektor kampus , anak ke 4 menjadi kepala madrasah Diniyah, anak ke 5 menjadi kepala madrasah Aliyah, anak ke 6 menjadi kepala madrasah Tsanawiyah, anak ke 7 menjadi kepala madrasah ibtidaiyah, anak ke 8 menjadi kepala madrasah Raudlatul atfa, anak ke 9 menjadi lurah pondok pesantren putra, anak ke 10 menjadi lurah pondok pesantren Putri. Dan anak yang terakhir masih duduk di bangku madrasah Aliyah.
Dan yang membuatku terpukau adalah, kehidupan yang rukun, dan semua anggota keluarga adalah para penghafal Al Qur’an dan ahli kitab kuning, dan kitab lainya.
“Acara selanjutnya adalah pengenalan organisasi pesantren, yang akan membantu terjalanya program kerja atau kegiatan santri, yaitu jam’iyah thoriqotut tholibat untuk putri, dan jam’iyah thoriqotut Tholibin untuk putra, yang di ketuai oleh Gus Abizar Muhammad lidinillah, dan mba farizza putri"
“Pantes ya Ra mba Izza Deket sama Gus Abizar,  ternyata patner organisasi," bisik kanaya yang sepimikiran denganku.
“Mohon perkenalkan diri kepada Gus Albi dan mba Izza”  pemandu acara pun memberikan mik kepada mba Izza, sebetulnya pembawa acara memberikan mic kepada Gus Abizar, tetapi Gus Abizar memberi kode untuk memberikan kepada mba Izza yang mewakili.
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh semuanya, perkenalkan nama saya farizza putri,  sebagai ketua jam’iyah putri ,dan di sebelah saya ada Gus Albizar muhammad lidinillah sebagai ketua jam’iyah putra, kami sama sama duduk di bangku madrasah Aliyah kelas 12 jurusan ilmu agama Islam atau biasa di sebut IAI,  Gus Abizar juga sebagai ketua OSIS, beliau super sibuk orangnya, Di dalam organisasi jam’iyah ini kita banyak divisi atau bagianya, ada Latbang  atau latihan dan pengembangan, Media dan komunikasi, Perlengkapan atau dekorasi, Humas, Keamanan, Kebersihan, Batri atau bakat santri. Jadi nanti kalian juga bakal merasakan menduduki jabatan sebagai anggota jam’iyah yang seru, untuk nanti calonya akan di pilih langsung oleh bagan dan kordinator tiap divisi.”
Ketika mba Izza menjelas kan dengan detail apa itu jam’iyah, bagaimana cara kerjanya, apa fungsi jam’iyah di pesantren dll, mba Izza terlihat sangat cerdas cara bicaranya yang lancar dengan tata bahasa yang bagus. Sedangkan Gus Abizar hanya berdiri agak jauh dari mba Izza, sambil melipat kedua tangannya di depan dengan gaya cool tanpa senyum.
_kamar arofah 9_
Teman kamar ku sudah terlelap rata rata, hanya aku dan Hira yang belum tertidur, Kanaya masih sibuk dengan novel yang baru ia beli di indosantri dekat pesantren.
(Indosantri adalah toko para santri, insya Allah segala kebutuhan santri sudah tersedia di sana, mulai dari makanan sampai pakaian, warnet pun ada, tetapi tidak boleh sembarang menggunakan nya, hanya untuk mengerjakan tugas atau keperluan yg penting, tempatnya enak, luas, ber-AC )
“Ra kamu belum ngantuk Tah, udah jam setengah 12 tau” ucap Kanaya yang seperti dia sudah ingin tertidur.
“Belum nih, kamu kalo mau tidur duluan aja, lagian mba Izza sama mba Fatimah belum pulang”
“Kayanya mba Izza sama mba Fatimah bantu bantu ndalem, pasti pulangnya lama,
Yudah aku duluan ya, good night, mimpi indah” lanjut kanaya yang sudah memeluk guling dan menarik selimutnya.
Teman ku saat ini adalah buku pink dan pena, nyaman banget aku sama mereka. Semua hal yang aku alami pasti aku tuangkan ke diary ini, aku memang buka tipe wanita yang begitu terbuka dengan orang lain . Jadi buku lah yang menjadi teman cerita sampai saat ini.
(Gus Arbani dimana ya??) Ajaib sekali , malam ini bayang bayang Gus Arbani menguasai pikiranku , astagfirullah, gak boleh aku mikirin beliau.
Ingat Hira kamu siapa??? Jangan terlalu berharap dengan beliau?  Tapi aku berusaha untuk membuang bayangannya namun nihil, malah bayangan itu yang semakin jelas berlarian di otakku. Hati tolong jangan sampai kau mencintai yang tidak pentas kau miliki, tolong hati bantu fikiranku agak tak selalu meluluh memikirkan pria itu.
Ya Allah apa ini yang namanya merindu?  Batinku.
“Loh Hira belum bobo” ucap mba Izza yang hadir tanpa ku ketahui, ku hanya tersenyum dan bangkit dari tidur lalu duduk di atas ranjang.
“Belum bisa tidur mba” jawabku sambil menutup diary dan pena.
“Ikut makan yuk, ada nasi kebuli dari ndalem, pokonya harus ikut makan” ajak mba Fatimah sedikit memaksa.
“Hira udah kenyang mba, tadi abis makan pop mie sama Kanaya” tolaku dengan halus.
“Gak ada penolakan Ra, berkah loh Iki” mendengar kata barokah aku langsung ikut makan bersama mba Izza dan mba Fatimah.
Memang beda rasa makan dari ndalem, bukan karna rasa enak atau tampilan yang menarik, tapi dari pemberinya yang membuat rasa tiap butiranya bermakna. Jangan kan makanan yang masih terbungkus rapi, terkadang jika seusai mengaji ada sisa air di gelas yang sudah guru minum,
Ketika beliau sudah jauh dari pandangan, santri akan berebut meminum air itu. Mungkin ini salah satu tradisi atau kebiasaan di pesantren, tapi tidak semua pesantren seperti itu. Karna pandangan dan pemikiran yang berbeda, yang membuat tradisi tidak bisa disama ratakan.
~~~
Hari ini, hari pertamaku masuk sekolah menggunakan seragam putih abu-abu. Banyak orang bilang putih aba abu ada lah masa di mana banyak hal baru yg kita temui, banyak hal baru yang harus kita pahami, banyak hal baru yang membuat kita lebih mengerti kedewasaan dan kemandirian,
Baru menggunakan putih abu abu aku sudah merasakan semua itu, banyak hal baru yg ku temui disini, Orang baru, tempat baru, bahasa baru, pemikiran orang yg baru. Banyak hal baru yg harus ku pahami, terutama cara interaksi dengan orang, karna kita di lahirkan dari rahim yg ber beda beda sudah jelas banyak pemikiran yang berbeda juga, menyatukan pendapat a dengan b itu hal mudah, sama seperti menyatukan pemikiran kita bersama, tapi itu lah yg harus aku pahami, memahami orang lain bukan kita mengalah kok.
Kedewasaan dan kemandirian mulai ku bangun dari awal disini, semua ku lakukan tanpa ibu dan ayah, rasanya seperti sendiri menjalani hidup, tapi itu lah yg penting dewasa dan mandiri. Kita memang tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain, karna kita makhluk sosial, tapi tidak semua hal yang kita lakukan harus melibatkan orang lain, jadi itu lah fungsi dari kemandirian, apa lagi aku yang belum pernah jauh dari keluarga, dan tiba tiba di lepas tanpa latihan. Tapi baik lah akan ku mulai semuanya di sini, di tempat ini.
~~~
“Hira doa kita terkabul tau” ucap Kanaya setelah melihat pengumuman pembagian kelas dan jurusan di Mading depan kantor. Aku dan Kanaya masuk kelas PIK (pendidikan ilmu keagamaan)
“Tapi Atika masuk kelas MIA (matematika ilmu alam)"
“Kasian Atika pasti dia sendirian, belum punya kenalan, samperin yuk” ajaku untuk menghampiri Atika yang sedang mengambil pin nama di dekat Mading.
“Atika” ia menoleh dengan wajah kecewa dan mata berkaca kaca.
“Pengen pindah kelas boleh gak sih” suaranya bergetar tapi air matanya tak jatuh, aku langsung memeluk tubuh Atika yang menjauh dari dekat Mading.
“ga papa Tika, walaupun kita beda kelas tapi kan kita 1 kamar, masih bisa sama sama kok”
Ya... Atika memang seperti itu, masih sulit untuk beradaptasi dengan orang yg belum iya kenal, bertolak belakang dengan Kanaya yang sangat hangat, mudah bergaul dengan siapapun walaupun belum kenal. Tapi kata Kanaya dia paling anti jika berbincang dengan orang lain via chating, lebih baik telpon atau vcall, ada yang sama seperti Kanaya gak???
Kata dia sih chating itu mudah banget bikin dia salah mentafsiri maksud orang lain, karna kita tidak bisa tau nada bercanda dan serius kalau via chat, iya gak sih?? Heheh.
Tapi kalau chat sekedar nya ya masih mau bales, itu lah Kanaya simple bgt orangnya, gak mau ribet. Kalau Atika dia lebih diam dan tertutup misterius gitu tapi anggun berwibawa, kalau aku sendiri ya sedang sedang saja orangnya hehe.
Dan aku baru tau kalau Atika adalah anak seorang kyai di salah satu pondok pesantren salafiyah Jawa barat, suatu kebanggaan tersendiri bisa dekat dengan anak kyai. Dari awal kenal pun aku seperti melihat aura tersendiri dari wajah Atika.
“Yudah aku masuk ya, nanti jam istirahat kita ketemu lagi” ucap Atika mengakhiri pembicaraan, kami pun kembali ke kelas masing masing, aku dan Kanaya melewati koridor kelas yang disitu ada berberapa siswa kelas 12 yang duduk duduk di depan kelasnya, mau tidak mau aku harus lewat di tempat itu, karna itu satu satunya jalan yg harus kita lewati jika ingin  ke kelas.
Suara bising seketika hening kala aku dan Kanaya lewat di hadapan mereka,  aku dan Kanaya hanya menunduk dan jalan agak cepat. Terlihat sepi di depan kelas,  semoga guru belum masuk kelas. Dan untungnya belum ada guru yang masuk, namun kelas sudah terisi oleh siswa-siswi baru lainnya, sebelum aku dan kanaya menghampiri Atika kami sudah meletakkan tas di meja nomer 3, sebagai tanda kalau meja dan kursinya sudah ada yg menempati.
Kelas kami berisi 33 siswa siswi, 15 laki laki dan 18 perempuan, dan semuanya mukim, alias tinggal di pondok. Kelas hening, karna belum kenal satu persatu, hanya ada bisik bisik pelan.
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh” salam seorang guru wanita yang sangat anggun nan cantik, berbalut jilbab berwarna mocca yang senada dengan bajunya.
“Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh” jawab kami serentak.
“Selamat pagi semua, semoga sehat selalu ya” sapa itu tersebut dengan sangat ramah
“Pagi juga Bu, aminn” balas kami
“Perkenalkan nama ibu nurani, ibu yang akan menjadi wali kelas kalian nantinya, ibu juga mengampu mata pelajaran akhlak dan Qur’an hadis, “ seusai kami ta’aruf bersama teman sekelas, ibu nurani membentuk struktur kelas, jadwal piket, dan memberikan jadwal pelajaran.
Ketua kelas : Arizki Wafa Al Ghifari
Wakil : Ali musyafaf
Sekretaris : Bahira Najla Fadilah
Bendahara : Annisa Kamalia.
Ya aku di pilih sebagai sekretaris, ibu nurani sendiri yang memilihnya, jadi aku tidak bisa menolak.
“Maaf ya nak, ibu barusan dapet WhatsApp dari Waka kesiswaan, akan ada berberapa anak yang di pindahkan ke kelas PIK 2, dan anak kelas PIK 2 di pindah kesini,
Untuk nama nama yang ibu sebutkan harap pindah kelas ya nak, tifa, Mustofa, Marwah, angel, dan Ilham. Maaf ya nak kalian harus pindah kelas, sama saja kok ya?” Jelas Bu nurani dengan sangat lembut.
“Iya Bu” jawab teman ku yang namanya di sebutkan tadi.
“ Untuk jadwal piket, nanti ibu minta tolong Wafa sama Hira di perbaharui lagi ya nak” aku dan Wafa mengangguk mengiyakan
Jam istirahat berbunyi, temen teman kelur kelas untuk pergi ke kantin, perpustakaan, atau hanya ingin keluar kelas, hanya ada 5 orang di dalam kelas, tapi Kanaya keluar kelas menemui atika yang berada di kelas MIA 1,  aku dan Wafa berdiskusi tentang jadwal piket, karna kami ber2 di berikan tanggung jawab atas hal ini mau tidak mau harus kami lakukan, Wafa duduk di kursi yang berada di depan ku.
“ Salam kenal dulu ya, manggilnya bahira atau Najla atau Fadila? “ Tanya Wafa mulai membuka pembicaraan.
“Hira aja gak papa” jawabku.  Wafa mengangguk paham
“ Jadi supaya gak ribet, yang pindah langsung di ganti sama yang masuk aja gimana? “Aku mengangguk setuju. Aku mulai mencatat nama nama nya satu persatu.
“Nih udah beres” ucapku sambil menyatukan pena dengan tutupnya.
“Yuk” ajak Wafa
“Kemana?” Tanyaku bingung
“Ke kantor, kita print, supaya gak kelamaan” sebenarnya aku sangat lapar, tapi aku tidak enak berkata yang sejujurnya kepada Wafa.
“ Hira ke kantin yuk, katanya tadi laper” ucap Kanaya yang datang bersama Atika.
“Duluan aja gak papa ko, aku mau ke kantor dulu” balasku, kanaya dan Atika pun pergi menuju kantin
Melewati koridor kelas yang di isi oleh siswa kelas 12, kelasku berada di pojok dekat perpustakaan, ruang OSIS, aula sekolah, dan lapangan futsal.
Aku berjalan di belakang Wafa, denga tatapan ke bawah, begitupun dengan Wafa.
Sesampainya di kantor kami langsung menuju ke meja ibu nurani yang berada di belakang, beliau sedang fokus dengan laptopnya.
“Permisi Bu” ucap Wafa dengan lembut yang membuat Bu nurani mengalihkan perhatian nya.
“Eh Wafa, udah selesai nak?" Tanya Bu nurani dengan ramah, sambil bangkit dari tempat duduknya
“Mana sini ibu lihat” aku pun memberikan buku tulis ku yang berisi catatan jadwal piket kelas PIK 1. Aku dan Wafa langsung mengikuti Bu nurani yang pergi menuju ruang foto kopi , kebetulan ruanganya dekat dengan kantor lebih tepatnya di belakang kantor.
“Assalamualaikum” salam Bu nurani yang mengetahui di sana terdapat 3 siswa yang sedang ada keperluan juga di tempat tersebut.
“Waalaikumsalam Bu” jawab yg ada di dalam serempak.
Seketika mataku langsung tertuju kepada Gus Albi yang berada di depan komputer. Mata kami sempat beradu sesaat lalu sama sama membuang tatapan itu.
“Nak ibu minta tolong bantu anak anak ibu untuk print ini ya” ucap Bu nurani sambil menunjuk buku yang berisi jadwal piket.
“Siap bu, pokonya beres” jawab laki laki yang sedang melipat kertas HVS.
Aku dan Wafa duduk di dalam ruangan itu, jujur ini bukan keadaan yang nyaman, walaupun ada 2 wanita di ruangan ini, yaitu penjaga fotocopy dan asistennya, tapi tetap saja ini keadaan yang bisu.
“Kamu kalo laper ke kantin aja ga papa, nanti biar saya yang urus” ucap Wafa membuyarkan kebisuan ku.
“ Emmm enggak kok, aku disini aja” Wafa mengangguk paham.
10 menit sudah akhirnya tugas aku dan Wafa selesai di bantu dengan Gus Abizar sebetulnya.
~~~
Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku, 5 menit lagi jam masuk kelas berbunyi, tak akan cukup jika aku pergi ke kantin untuk membeli makanan, terpaksa ku tahan rasa lapar sampai jam pulang sekolah.
“Nih Ra” ucap Wafa yang datang sambil membawa batagor dan minuman jeruk kemasan botol, aku bingung menatapnya
“ Makan aja, tadi kan laper, gak keburu kalo mau ke kantin kan? “ Lanjutnya , baik sekali dia batinku
“Cepet dimakan, sebelum guru masuk” Wafa kembali ke tempat duduknya dan memakan makanan yang menunya sama dengan ku, batagor dan minuman jeruk.
Aku pun memakan makanan dari Wafa, Wafa memang jarang senyum tapi dia kelihatan baik dan peduli jika di perhatikan lewat tutur katanya.
“Kamu udah ke kantin?? Aku udah beliin kamu makan sama minuman padahal” ucap Kanaya uang tiba tiba datang dan melihatku sedang memakan batagor pemberian Wafa.
“Aku belum ke kantin kok, ini di beliin sama Wafa”  Kanaya langsung menatap ku tajam , kaget, sambil tersenyum.
“Yang Bener, kamu ada apa sama dia??? Wahhh gak cerita”  karna suara kanaya lumayan besar, Alhasil wafa menoleh kerahku dan Kanaya tanpa ekspresi.
“Enggak ada apa apa nay, kamu suaranya jangan keras keras orang nya dengar tau, udah ah “
“Pasti dia suka sama kamu ra, tapi lumayan sih dia kece tampan gitu"
“Ih apaan sih nay, aku sama Wafa ya cuman temen"
20 menit sudah menunggu guru datang, tapi tak kunjung datang aku dan Kanaya sibuk menamatkan novel yang kita bawa dari pondok, sedangkan yang lain ada yang mengobrol
Cinta pandangan pertama itu biasa, tapi cinta karna terbiasa bersama itu sedikit sulit, sedikit sulit ya bukan tidak ada atau tidak mungkin.
Cause,,,, jika sudah terbiasa bersama lalu ada yang namanya cinta di antara ke duanya itu akan sangat berpengaruh bagi sebuah hubungan pertemanan. Ada yang semakin dekat tapi tak jarang jika saling menjaga jarak.
~~~
2 bulan sudah aku menjadi santri disini, suka suka mulai terasa, aku juga sedikit aktif di berbagai organisasi, seperti OSIS dan jam'iyah, bukan hanya aku , Kanaya dan Atika pun ikut, di OSIS aku ada di divisi Rois bersama dengan Wafa teman sekelasku, sedangkan Kanaya dia berada di bagian bendahara 2, dan Atika berada di divisi minat dan bakat.
" Raaa" panggil Wafa yang membuyarkan lamunanku, aku menoleh ke arahnya yang sudah berada di depanku.
"Ikut kaligrafi ya, di acara festival santri Jawa" ucap Wafa yang membuat ku sangat terkejut, festival santri jawa itu bukan perlombaan yang hanya lomba dan menang kalah, tapi tentang tanggung jawab terhadap amanah tersebut.
"Jangan aku deh wa....." Belum selesai aku menjawab Wafa langsung memotong pembicaraan ku
"Sama saya kok raa, ya???"
"Aku gak bisa Wafa, mending kamu aja sama siapa lain" timpahku menolak tawaran Wafa.
" Kata Kanaya kamu bisa kaligrafi, itu kaligrafi yang ada di ruang jam'iyah kamu kan yang buat? kata Ning Fanny juga bagus loh, malahan Ning Fanny yang rekomendasi suruh ajak kamu"  aku masih memasang wajah yang mengisyaratkan menolak tawaran Wafa
"Ini Ning Fanny loh yang minta, masih mau nolak?"
"Baik lah, tapi kamu ajarin aku ya?" Wafa tersenyum manis mendengar jawabanku.
Senyum Wafa memang mampu membuat seseorang yang melihat nya terpukau, aku pun sama , tapi hanya sekedar suka melihat nya, bukan suka yang di artikan cinta lalu ingin memiliki.
" Pasti dong Hira, nanti abis pulang sekolah kita kumpulan di ruang jam'iyah sama peserta lomba yang lain juga ya" aku mengangguk masih dengan harapan di coret dari peserta lomba festival.
" Hira ?" Panggil Wafa dengan suara lembut, aku menoleh ke arahnya.
" Senyum" ucap Wafa menyuruh ku tersenyum, aku hanya tersenyum kaku, Wafa pun tersenyum manis membalasnya.
Setelah jam istirahat, aku melanjutkan pelajaran ilmu Fiqh oleh Ning Fanny, jika dilihat sempurna sekali Ning Fanny, seperti ta ada cela keburukan, cantik, hafizah, pinter baca kitab, nahwu shorof jangan di tanya, dosen, guru, anak kyai, memiliki suami yang hafal Qur'an juga, ya Allah sungguh istimewa ciptaan MU ini.
Pembahasan hari ini tentang macam macam sholat sunah, selain qobliyah dan ba'diyah. Salah satunya, ada sholat Istisqo, Idul Fitri dan Idul Adha, tahajud, Dhuha, hajat dan masih banyak lagi.
Selain menggunakan buku yang di sediakan dari sekolah, kami khususnya jurusan PIK wajib menggunakan kitab kuning seperti syafinatun Najah, sulam Taufiq, Fathulqorib, Fathul Mu'in, dan lain lain.
Aku merasa sangat terasing kan, lebih tepatnya seperti salah jurusan, karna aku bukan alumni pesantren seperti teman-teman yang lain, walaupun aku sedikit sudah pernah belajar seperti ini tapi masih sangat minim sekali.
"Untuk tugasnya, masing masing membuat penjelasan dari macam macam sholat sunah tadi, seperti pengertian, syarat-syarat nya, tata caranya, waktunya kapan dll, 1 orang minimal memberikan 2 penjelasan ya, di tulis di kertas folio Minggu depan Ketua kelas kumpulan ke ruangan ibu ya"
"Baik bu" jawab kami serentak
"Baik, ibu tutup pelajaran hari ini assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh"
" Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh "
Pembelajaran sudah selesai, 10 menit lagi azan Zuhur berkumandang, aku dan Kanaya bergegas cepat untuk kembali ke asrama, karna di pesantren kami wajib 5 waktu sholat berjamaah, kecuali ada udzur.
"Hira, jangan lupa ya" ucap Wafa sebelum keluar kelas ,ku hanya mengangguk membalasnya.
"Haduhhhh kayanya ada yang semakin Deket nih sama pak ketua kelas, " ledek Kanaya sambil menyusun buku buku yang berada di atas meja.
"Ini juga gara gara kamu nay, " balasku sedikit kesal
"Bisa bisanya kamu nyalahin aku Ra" sambil jalan pun kami masih berdebat kecil
"Kamu kan yang bilang sama wafa kalau aku bisa kaligrafi??" Kanaya tertawa kecil
"Ngaku gak?" Tanyaku lagi
"Aku kan kasih tau dia Ra, tadi Wafa sendiri yang tanya sama aku, kayanya Hira bisa kaligrafi gak? Ya aku jawab bisa lah, ya kali aku bohong" jelasnya sambil tertawa kecil
Saat keluar gerbang sekolah, disana ada Wafa dan Ali, Wafa tersenyum menatap ku, tapi aku tak membalasnya.
Tak lama mereka ada di belakang aku dan Kanaya. Seketika aku berhenti dan memintanya untuk berjalan di depan aku dan Kanaya.
"Fa Wafa" panggil Kanaya, Wafa hanya menoleh mengisyaratkan bahwa ia menanggapi panggilan Kanaya.
"Kamu suka sama Hira ya??" Seketika aku langsung menarik tangan Kanaya sambil menatap kesal
"Ya enggak lah, "jawabnya simpel, sambil mempercepat langkahnya,
entah kenapa disitu hatiku merasa seperti sakit tapi aku tak paham sakit apa itu, seperti tak terima jika Wafa tak memiliki perasaan apa apa kepadaku ,tapi aku tak mencintai nya,  tapi aku ingin dia mencintaiku. Tapi pada intinya aku tak mencintai nya. Perasaan macam apa ini aku pun tak paham.
" Kanaya kamu apa apaan sih tanya kaya gitu" ucapku sedikit kesal
"Ya aku kepo Ra, kok dia selalu curi curi pandang kalo lagi belajar, suka kasih makanan, kaya orang suka gitu. Heheh maaf ya, jangan ngambek plisss"
" Jangan di ulangin lagi plis" kanaya mengangguk sambil tersenyum manis.
~~~
Beruntung aku tidak masbuk, jadi tak ada hukuman di kamar nanti. Seusai sholat, zikir, dan berdoa, aku menyempatkan diri untuk membaca Alqur'an1 lembar setiap sehabis sholat 5 waktu. Lalu aku kembali ke asrama untuk bersiap-siap kumpulan peserta lomba di ruang jam'iyah. Seperti biasa memakai sarung kardigan supaya simpel dan jilbab Rabbani hitam andalan. Aku pergi bersama mba Izza, selaku panitia yang mengurus semua persiapan perlombaan di pondok pesantren ini.
"Mba aku belum makan loh” ucapku sambil menunggu mba Izza mencari jarum pentul.
"Ya ampun ra, kan kamu udah makan batagor dari Wafa, masa masih laper" celetuk Kanaya yang sedang bersiap siap juga untuk sorogan, hari ini aku izin , sebenarnya ini salah satu media mengaji supaya aku lebih mengerti nahwu dan Sharaf tapi karna perintah dari pondok juga aku tidak bisa menolak.
"Wafa??? Yang kelas kalian itu??? Yang manis nya kelewatan??? Sampe diabetes aku liatnya , ada apa kamu Ra sama dia" sahut mba puji yang sedang makan, dan histeri mendengar nama Wafa, memang semanis itu Wafa.
Dan tiba tiba aku teringat perkataan Wafa ketika pulang sekolah tadi. Wafa tidak memiliki perasaan apapun dengan ku.
"Cuman temen mba, mba suka toh sama Wafa?" Balasku sedikit malas menyebut namanya.
"Ndak mungkin sih cuman temen, pasti dia suka sama kamu raa, " lanjut mba puji menebak nebak
"Bener mba, cuman temen?” Kanaya langsung mengangguk sambil tersenyum menatapku.
"Dahh yuk ra, berangkat, nanti telat di omelin sama pak ketua."  Ucap mba Izza sambil menarik tangan ku.
Pak ketua? Gus Abizar kah??
-- Ruang jam'iyah --
"Assalamualaikum" salam mba Izza
Ternyata disana sudah kumpul semua, hanya menunggu aku dan mba Izza.
"Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh" jawab yang ada di lama serentak
" Dari mana aja? Kok telat? " Tanya gua Abizar kepadaa ku dan mba Izza dengan tatapan sinis
"Ada urusan sebentar tadi gus" jawab mba Izza dengan santai
"Yang sebelahnya sama? Ada urusan juga" mba Izza mengangguk mewakili jawaban ku, aku hanya tertunduk antara malu dan takut.
" Kita lanjut ya, untuk perlombaan akan di adakan 1 Minggu lagi, jadi bisa di persiapkan segala yang di butuhkan ya, jika ada yang di perlukan dan membutuhkan dana kalian bisa menghubungi mba Izza untuk yang putri dan mas ridho untuk yang putra, jangan pake uang sendiri ya, Karena ini membawa nama pesantren buka nama pribadi"
"Yang selanjutnya, untuk peserta
1. Lomba dai Diayah Ada Arifuddin, dan Salsabilla, nanti bisa di latih sama mba Iis ya, bisa di hubungi nanti bada asar,
2. Lomba MTQ putra dan putri, Miftah dan putri, nanti bisa di latih sama mba Fatimah ya,  bisa latihan jika jam istirahat ke kelas saya aja,
3. Lomba Mading, ada bisma, Joko, sajad, dan Anwar, nanti bisa di obrolin konsepnya seperti apa, bisa minta bantuan sama jam'iyah bagian media dan dekorasi ya.
4. Lomba nadzom imrity dan alfiyah putra putri ada dika, Josua, Farhan, Dita, Rahma, dan Desi, nanti bisa belajar sekaligus sorogan sama mba Fanny dan kebetulan mba Fanny bisanya jam 9 atau jam 10 lah, bisa ke ndalem aja nanti, klo masalah mba Fanny biar saya yang komunikasi kan dengan beliau, jikalau mba Fanny juga tidak bisa nanti sama ustadz Hamid ya.
Selanjutnya
5. Lomba kaligrafi ada Wafa dan bahira nanti belajar sama saya di hari Rabu Kamis dan Jumat, habis pulang sekolah ya. Atau bisa juga jika ada waktu kosong kita gunakan untuk latihan.
6. Lomba MQK kitab Safina, sulamutaufiq, Fathul qorib, Fathul Mu'in, ada marwah, bian, Bayu, Nike, Aris, Munandar, dan Afifah.
7. Lomba kreasi nadzom ada grup Nurul najah
8. Lomba syarhil Qur'an ada saya, Wafa, dan bahira. "
Seketika aku kaget, aku tidak mengajukan nama di perlombaan syarhil, dan aku pun belum terlalu bisa walaupun aku berpengalaman.
"Sampe sini ada yang ingin di tanyakan" lanjut Gus abizar, dengan spontan aku mengacungkan tangan
"Maaf Gus, saya tidak mengajukan diri untuk syarhil Qur'an, dan sebelumnya tidak ada konfirmasi atau apa pun kepada saya" jelasku dengan perlahan
"Terus? Mau mengundurkan diri? Coba berikan alasan" lanjut Gus Abizar yang membuat ku mati kutu. Tapi harus ku jawab apa adanya
"Iya Gus, saya ingin mengundurkan diri, dengan alasan saya belum bisa "
"Alasannya gak masuk akal, jadi Ndak saya terima, tetap ikut dan belajar supaya bisa, sampean berpengalaman kan?" Tanya beliau tanpa menatapku, dan aku tak menjawab hanya diam, karna aku bingung mau menjawab apa.
"Mba aku gak mau loh piye coba" bisik ku kepada mba Izza yang berada di sebelah ku.
"Bisa, Hira pasti bisa, nanti minta ajarin sama mba atul, beliau kan sudah sangat berpengalaman juara nasional tahun kemaren" balas mba Izza dengan bisik bisik pula
"Jangan terlalu ambil hati kata kata Gus Abidzar, beliau memang begitu, tapi kalo udah kenal Deket paling perduli dan enak kalo di ajak cerita kok"
Sebenarnya aku tak perduli penjelasan tentang Gus Abidzar tapi ini menyangkut mental aku yang sangat rendah.
Selesai kumpulan aku masih menunggu mba Izza uang sedang diskusi dengan Gus abidzar, dan Wafa di situ belum keluar aku mencoba mengajaknya bicara
"Fa, kok kamu Ndak bilang aku masuk syarhil sih, atau jangan jangan kamu yang rekomendasin ya?"
"Gus bizar yang minta Ra" jawabnya singkat dengan muka datar tak seperti biasanya
"Gak mau bareng saya ya?" Tanya Wafa sok tau
"Bukan gitu fa” jawabku singkat

Komento sa Aklat (84)

  • avatar
    FitriyahSyifaul

    masyaallah ❤️

    20d

      0
  • avatar
    Zainap Putry

    bagus

    11/07

      0
  • avatar
    Ridho yasinMuhammad

    enak ya membacaya

    10/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata