logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 7 Lautan Hitam

Raja dan pengawal menyelam hampir sampai ke dasar laut. Namun, pencarian itu menyulitkan mereka hingga samar-samar.
Satu persatu pengawal raja di tarik oleh gurita raksasa, hanya tinggal dua pengawal yang bertahan melindunginya.
Hanya ada satu gurita cukup besar ada di dalam dasar laut, untuk mempertahankan diri dari serangan ia mengeluarkan tinta hitamnya. Hingga sang raja terpisah dari pengawal, setelah beberapa jam ia bersembunyi di balik terumbu karang. Samudra terlihat tak sadarkan diri tergelatak begitu saja. Namun, gurita raksasa itu tak melihat samudra. Karena tertutup oleh siput.
Pengawal yang sudah menemukan posisi sang raja, menunjukkan samudra pada mereka. "Baik tuan, aku akan menyelinap." Pengawal satu lagi akan memotong tentakelnya, kemudian ia terjatuh dan langsung memotong setengah tubuhnya.
Air laut mulai terlihat jernih, samudra masih tak sadarkan diri. Kedua pengawal membawanya ke istana. Dalam perjalanan pulang, raja laut khawatir. Ia tak mau samudra mati di usia muda.
Sesampainya di istana, samudra di obati. Luka robek ekornya cukup parah, hingga harus di tangani oleh dokter ikan. "Tenangkan dirimu venus, ia akan baik-baik saja. Percayalah, dalam waktu dekat." Ujar dokter.
"Aku harap begitu, terima kasih leo."
Sang raja mengelus kening samudra, berharap ada keajaiban. "Ayah aku di serang gurita raksasa, saat hendak pulang ke istana." Ujar samudra.
"Syukurlah kamu baik-baik saja nak, aku mengkhawatirkanmu. Kita menemukanmu di dasar laut gurita mati terkapar tanpa syarat."
"Terima kasih ayah" Ketika samudra mengangkat ekornya, tiba-tiba terjatuh.
"Kamu harus istirahat nak, baru saja ku panggil dokter untuk mengobati ekormu. Luka yang cukup dalam."
"Aku tak bisa pergi kemanapun" Menekukkan wajahnya.
"Bukankah kamu banyak membuang waktu di luar sana, cukuplah sampai keadaanmu membaik."
Seorang puteri duyung dari kalangan kerajaan datang menjenguk samudra, menyapanya dan mengharapkan kesembuhan. Namun, samudra bersikap dingin dan acuh tak acuh.
"Terima kasih salimar, sudah menjenguk puteraku."
"Sama-sama, aku pamit pulang saja." Kemudian ia pergi setelah beberapa menit berada di samping samudra.
"Apakah ayah salah? dia perempuan yang baik, masih sedarah dengan kita." Wajahnya tegas tak ada komitmen yang membuatnya berubah pikiran.
"Aku tak suka dia, lihat saja cara dia memandangku. Liar." Sahut samudra penuh emosi.
"Ingat ayah, aku tak suka wanita liar. Jauhkanaku darinya." Kemudian mengubah posisi tidur memiringkan tubuhnya.
"Itu hanya perasaanmu saja, akan ayah buktikan."
"Hanya membuang-buang waktu. Aku perlu tidur." Sahut samudra sinis.
***
Menjelang siang...
Hana mencari samudra hingga mengelilingi rumah, "Glow.. Apakah kamu melihat samudra?" Kuda putih itu hanya "mengangguk"
"Baiklah, mungkin dia ada keperluan. Selama itu, tanpa berpamitan?" Kemudian hana duduk di tangga sambil memetik bunga yang saat itu tumbuh sangat banyak di halaman rumahnya.
"Ia menaruh bunga persis di depan wajahnya, aku rindu kamu sam. Tapi aku harus mencarimu kemana?"
Glow mengeluarkan suara kemudian menggerakkan semua kakinya, seakan ia ingin menari. Hana yang termenung tertawa lirih, "Apa yang kamu lakukan glow, mengajakku pergi? mengangguk."
"Mari glow, bermain pasir dan menikmati pemandangan. Hana ke dalam rumah mengambil topi pantai yang mengait di tembok. Segera ia taruh topi di atas kepalanya.
"Bersenang-senanglah" Teriak hana.
"Glow berlari cukup kencang, hampir saja membuat topinya tertiup angin. Air di dalam kubangan tanah mengenai gaunnya yang putih. Sedikit kotor. Gaunku kotor glow. Kemudian mereka sampai di tepi laut.
Ketika hana turun, ia menunjukkan gaunnya yang sedikit kotor, tetapi glow hanya tersenyum terlihat semua giginya.
"Tak apa glow, aku akan membersihkannya saat pulang nanti. Lihat glow laut itu nampak lebih biru pekat dan bergelombang."
Hana dan glow bermain pasir bersama-sama, menggerakan kakinya membuat sebuah lubang cukup untuk setengah tubuh hana. Kemudian glow menguburnya. Ia nampak senang bermain dengannya.
Samudra yang saat itu gelisah, teringat hana. Ia takut hana pergi jauh darinya, kembali pulang.
"Dixon.. Sst... Kemari" Bisik samudra.
"Ada apa sam?"
"Tolong jaga perempuan itu, ia bernama hana. Tak tahu wujud asliku dan keadaanku sekarang."
"Baik sam, apakah aku harus bertemu dengannya?"
"Tidak, kamu hanya mengawasi saja. Aku takut terjadi apa-apa padanya."
Kemudina dixon berenang ke permukaan, ternyata hana sedang bermain dengam glow. Ia berenang ke tepian ke arah samping. Dan, akhirnya bisa berubah wujud kembali menjadi manusia.
Karena ia mendapatkan tugas untuk mengawasi hana, dixon duduk cukup lama di balik pohon kelapa. Dari kejauhan ia terlihat masih bermain dengan kuda putih itu.
"Perempuan yang sangat indah, beruntunglah sam mendapatkannya." Bergumam dalam hatinya.
***
Alex dan perempuan barunya tengah asyik berbelanja pakaian, kemudian masuk ke dalam toko perhiasan mutiara asli laut. Perempuan itu membeli kalung mutiara dengan harga yang cukup mahal, ia pun terkejut. "Apakah kamu menyukai kalung itu?"
"Aku suka warnanya dan harganya cukup mahal, kamu mampu membayarnya?"
"Tentu saja" Mengangkat kepalanya, seakan tak masalah.
Setelah membayar perhiasan itu, ia melihat bandana mutiara persis yang hana pakai. Kemudian ia teringat kembali kenangan bersamanya. Wajahnya berubah tak semangat.
"Terima kasih sam," Mengecup pipinya.
Hana tak pernah meminta perhiasan mahal padanya bahkan harga yang mahal sekalipun, namun alex tetaplah pria brengsek yang menyebalkan.
"Sayangku, apa yang kamu inginkan? Cukup?" Ujar alex merasa mampu membelikan apapun yang ia sukai.
Padahal alex saat ini tersandung krisis, ia banyak hutang dan villa miliknya akan di sita. Mereka berjalan kemudian duduk di salah satu resto. Ia melihat perempuan lebih tua darinya sekitar 21 tahun lebih tua darinya. Sedang menyantap pizza, Ia memperhatikan wajahnya yang hampir 80 persen mirip dengan hana.
Kemudian perempuan itu mengangkat teleponnya dan pergi meninggalkan sepotong pizza. Penampilannya seperti seorang mafia, menggunakan topi hitam terdapat bulu burung di bagian ujung depan dan jaket berbulu berwarna hitam. Bagian kerahnya menutupi sebagian leher.
Cara ia berjalan persis hana dan ia pun menggunakan cincin yang serupa dengannya. "Kamu menyukai perempuan tua itu lex"
"Tidak marlin, aku seperti mengenalnya." Ujar alex.
Sambil menggelengkan kepala, "Mustahil, aku hanya cocoklogi saja" Bergumam dalam hatinya.
"Alex, apakah kalung ini cocok untukku." Sambil bercermin di kaca kecil yang ia ambil di dalam tas nya.
"Sangat cantik, sayangku." Menyentuh dagunya.
"Oo ya alex aku harus pulang secepatnya, mendadak ibuku mengirimkan pesan. Ia akan pergi ke eropa."
"Ya, hati-hati. Hubungi aku ketika kamu membutuhkan."
"Okey, bye.." Kecup.
Alex yang saat itu sendirian duduk di resto, termenung. Lagi-lagi mengingat hana, ia amat sangat kesulitan melupakannya. "Apakah aku perlu mencarinya lagi? Bahkan keluarganya pun tak dapat menemukannya. Aku bisa gila, tapi itu pilihanmu hana. Kamu pergi meninggalkanku." Hatinya bimbang dan masih saja tak tentu dengan pilihannya.
Seorang penagih hutang bertubuh tinggi, putih dan mancung. Memesan secangkir kopi kemudian duduk di sebelahnya, ketika ia menoleh langsung menutup wajahnya dengan daftar menu makanan. "Sial, kenapa dia berada di sini." Keluhnya.
Bersambung...

Komento sa Aklat (44)

  • avatar
    RoselinaRamona

    hebat

    22d

      0
  • avatar
    TasyaIka

    aku suka cerita nya sangat bagus

    30/06

      1
  • avatar
    PranataRaden

    sangat bagus

    11/01

      1
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata