logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Ketegasan Hati

Sebuah panggilan membuat Dewa menoleh. Tampak sosok Keysa, dengan perut yang terlihat membulat, berjalan agak cepat untuk menghampirinya.
"Wa!"
"Ada apa?" tanya lelaki itu malas. Dia sudah menduga apa yang akan dilakukan oleh Keysa.
"Kamu udah lunch?"
Dewa membuang pandangan karena kesal. Hampir setiap hari Keysa datang dan mengajaknya makan siang. Hal itu membuatnya malas karena tak enak hati kepada William. Lelaki itu pastilah menyimpan rasa cemburu karena calon istrinya berduaan dengan lelaki lain.
Hanya saja Dewa belum tahu apa yang harus dilakukan untuk menolak keinginan Keysa. Jika dia bersikap kasar, dikhawatirkan akan berdampak pada pekerjaan.
"Udah," jawab Dewa berbohong. Padahal dia baru saja akan makan di ruangan, karena hari ini memesan secara online.
"Yah, aku telat, dong!"
Raut wajah Keysa berubah kecewa. Sekalipun begitu, wanita itu tetap terlihat cantik. Kehamilan membuat tubuhnya lebih padat berisi, sehingga pipinya kerap merah merona.
"Kamu kan bisa makan sama Pak Will," usul Dewa. Dia tetap bersikap sopan karena banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka.
Sejak kedatangan Keysa ke kantor dan kerap menghampirinya, banyak bisik-bisik yang terdengar dari beberapa karyawan yang lain. Dewa tahu akan hal itu, hanya berpura-pura tuli dan tak menanggapi.
"William gak suka makanan lokal. Aku males kalau makan western terus," rajuknya.
Keysa menekuk bibir dengan muka masam. Itu membuat Dewa semakin muak. Rasanya dia ingin segera kembali ke ruangan. Hanya saja lelaki itu menahan diri. Bagaimanapun, wanita di hadapannya ini adalah calon istri bos mereka.
Keysa bisa dengan mudahnya membisikkan sesuatu ke telinga Willi jika tidak menyukai sesuatu hal. Hal itu pernah terjadi ketika dia melihat salah seorang karyawan wanita yang memakai pakaian agak terbuka.
"Kalau gitu kamu pesan online aja. Atau makan di depan. Kan banyak tu tenda kaki lima. Menu Nusantara semua," usul Dewa lagi.
"Tapi, Wa--"
"Aku lagi banyak kerjaan. Pak Will ngasih tanggung jawab besar ke aku buat persiapan buka kantor cabang baru," jelasnya sembari berjalan menjauh.
Dewa tak mau berbasa-basi kali ini karena sudah kelaparan. Makanan yang dia pesanan bisa basi jika terlalu lama dibiarkan.
"Wa! Tunggu!"
"Bye!"
Dewa berjalan cepat menuju ke ruangannya sendiri. Tadi dia pergi ke toilet sebentar untuk mencuci tangan. Menu makan siangnya hari ini adalah nasi Padang di salah satu restoran terkenal di kota. Jadi, makan dengan tangan rasanya lebih enak daripada menggunakan sendok.
Tadinya Dewa ingin makan langsung di tempatnya. Hanya saja dia sudah berjanji kepada Dara untuk pulang lebih awal. Jadi, memesan online adalah pilihan terbaik.
Keysa menghentakkan kaki karena kesal, lalu menyadari bahwa perutnya tak boleh terkena guncangan. Wanita itu akhirnya kembali ke ruangan William. Entah dia akan mengadu apa kepada calon suaminya. Satu hal yang pasti, dia sangat kesal hari ini.
***
Dewa menghabiskan nasi Padang itu dengan cepat, lalu meneguk sebotol teh kemasan hingga habis tak bersisa. Dara akan marah jika mengetahuinya. Wanita itu lebih suka dia minum air putih hangat untuk kesehatan.
Setelah menyelesaikan makanannya, Dewa membersihkan tangan dengan tissue basah yang cukup banyak. Dia tak mau ke toilet, karena kemungkinan akan bertemu dengan Keysa bisa terulang lagi.
Untunglah Dewa memiliki ruangan sendiri, sehingga tak membaur dengan karyawan yang lain. Jadi, privasinya lebih terjaga. Dan hari ini, dia menguncinya agar tak ada yang bebas masuk.
Dewa kembali menekuni pekerjaan hingga sebuah ketukan di pintu membuyarkan konsentrasinya. Lelaki itu berjalan menuju jendela dan mengintip siapa yang datang. Ternyata William yang datang ke ruangannya.
Dewa bergegas membuka pintu dan mempersilakan William masuk. Sambutannya cukup hangat karena menghormati sang atasan.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"
Dewa terlihat gugup walaupun dia bisa menguasai keadaan. Ada sedikit rasa khawatir dalam diri lelaki itu jika Keysa mengadu macam-macam. Biasanya lelaki itu akan selalu menuruti permintaan wanita itu. Sayangnya, tadi dia menolak.
"Ini untuk kamu."
William menyodorkan sebuah amplop berwarna hijau kepada Dewa. Begitu kaitnya dibuka, aroma harumnya menguar ke penjuru ruangan.
"Undangan pernikahan kami," ucap William dengan wajah sembringah.
"Wah selamat, Pak."
Dewa mengulurkan tangan ke arah William. Mereka berjabat tangan dengan erat lalu saling berpelukan. Lalu, dia mulai membaca isi undangan itu. Acara akad nikah yang akan digelar Minggu depan dan resepsi dua hari kemudian.
Sebuah ballroom gedung ternama dipilih William untuk acara. Lelaki itu pastilah mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk membiayai semua. Lagipula secara ekonomi, mereka memang berkecukupan. Keysa sendiri anak salah satu pengusaha di kota ini.
"Maaf selama ini saya memanfaatkan kamu," ucap William jujur.
Dewa mengangkat wajah dan menatap William dengan lekat, lalu berkata, "Soal?"
"Keysa."
Dewa tertegun sesaat, mencoba menerka apa yang dimaksud William dari ucapannya barusan.
"Kamu temani dia makan siang dan jalan-jalan," ucap William jujur.
Dewa kembali tertegun, lalu membuang pandangan. Dia sama sekali tak menduga jika atasannya berbuat seperti itu.
"Wanita hamil itu rewel dan merepotkan."
"So?"
"Kamu kan tahu kalau saya sangat sibuk. Saya juga mengurus cabang di Singapura. Jadi saya tidak sempat menemaninya."
Dewa tergelak. Dia pikir William akan cemburu dengan kedekatan mereka. Tenyata atasannya cukup cerdik dalam menanggapi hal ini.
"Maafkan saya atas ini," sesal William.
"Gak apa-apa, Pak," jawab Dewa santai.
"Tapi saya memberikan imbalan yang bagus untuk kamu sebagai gantinya," lanjut William.
"Kantor cabang baru?" tebak Dewa.
"Yap. You are right."
"Tapi berarti saya harus pindah tempat tinggal?" tanya Dewa lagi.
"Jika kamu bersedia."
William berjalan menuju sofa ruangan dan duduk dengan santainya. Sejak tadi mereka berbincang sembari berdiri. Sementara itu, Dewa berinisiatif mengambilkan sebotol air mineral untuk atasannya.
"Akan saya pertimbangkan," ucap Dewa.
William menatap bawahannya itu dengan penuh rasa kagum. Dia tahu jika Keysa menyukai Dewa. Hanya saja dia bersikap profesional dan tak mau membesarkan masalah itu.
Bagi William, dengan adanya Dewa yang selalu menemani Keysa, itu sudah banyak meringankan pekerjaannya. Wanita itu kerap minta dibelikan berbagai macam makanan dengan alasan keinginan bayi mereka.
William yang berdarah Amerika tidak mau direpotkan dengan hal itu. Bukannya dia tak sayang dengan Keysa. Hanya saja, pekerjaannya sudah banyak menyita waktu. Apalagi dia pemilik perusahaan yang sedang ingin mengembangkan usaha di mana-mana.
"Oke. Saya sudah selesai. Jika kamu bersedia ditempatkan di kantor cabang yang  baru, segera berikan kabar. Saya dengan senang hati akan menyetujuinya."
William langsung berdiri dan berjalan keluar tanpa berpamitan. Tak lama lagi, mereka akan menikah. Keysa akan melahirkan dan berada di rumah dengan para asisten rumah tangga. Jadi, dia tak akan kerepotan di kantor untuk memenuhi permintaan wanita itu.
Sementara itu, Dewa mengusap wajah berulang kali karena merasa lega. Setidaknya rasa khawatir akan sikap William telah lenyap. Mengenai posisi di kantor cabang baru nanti, tentunya dia akan membicarakan hal itu kepada Dara.
Bagi Dewa, ridho dan keikhlasan istri adalah hal yang paling utama. Bahagia istri adalah surga bagi keluarga mereka.

Komento sa Aklat (786)

  • avatar
    saputraIndri

    baguusss..baguuusss..baaguusss bgt ceritanya, aku sudah hampir baca semua novelnya 👍👍 semangat terus yaa Thor 💪💪

    27/06/2022

      3
  • avatar
    CanzsNia

    bagus

    17d

      0
  • avatar
    WafaUmmu

    thankyou

    24d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata