logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Cerita Aneh

“Ruby.. “ panggil Jaya sekuriti di kantor.
“Ya.. Ada apa?” tanya Ruby.
“Ada yang menunggumu di depan..”
“Siapa?”
“Tidak tahu.. Aku tidak pernah melihat dia,” jawab Jaya.
“Laki-laki apa perempuan?”
“Laki-laki dan dia sangat tampan..” jawab Rima rekan kerja Ruby. “Ayo pulang.. Sudah waktunya, ngapain masih di kantor”.
“Ya.. ini juga mau pulang,” Ruby segera berdiri.
“Pacarmu ya?” tanya Rima.
Ruby hanya tersenyum. Ia baru 2 minggu bekerja di kantor itu, tapi Rima seperti sudah mengenalnya lama. Rima memang rekan kerja yang sangat bersahabat meski terkadang Ruby merasa kalau Rima sangat ingin tahu dengan kehidupan pribadi siapapun di kantor itu.
Wajah Nemo terlihat tersenyum dari dalam mobilnya.
“Nemo?” Ruby terkejut.
“Nah lihat.. benarkan? Dia sangat tampan..” bisik Rima. “Tidak mengenalkannya denganku?”
“Besok saja.. sana pulang,” Ruby mendorong Rima sebelum berjalan menghampiri mobil Nemo.
“Kenapa kesini?” tanya Ruby.
“Hanya ingin menjemputmu untuk mengajakmu makan..” jawab Nemo. “Naiklah..”
“Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku tidak membawa kendaraan?”
“Jika kamu mampu menjadi stalker yang handal selama bertahun-tahun di Oslo.. Aku juga bisa melakukannya di daerah sekecil ini”.
“Kamu ini..” Ruby segera masuk ke mobil Nemo.
Nemo tersenyum.
“Memangnya tidak kerja?” tanya Ruby.
“Istirahat sebentar.. Kebetulan juga hari ini lumayan sepi,” jawab Nemo.”Jadi aku bisa menjemput calon istriku pulang kantor dan mengajaknya makan sore..”
Ruby tersenyum.
“Kenapa terseyum?”
“Jika menyebutku sebagai calon istri, kamu harus datang pada orangtuaku..” tantang Ruby.
“Ok..”
Ruby tersenyum.
“Sebentar.. “ kata Nemo ketika handphonenya berdering. “Ya, ada apa Jes? Wah.. Saya sedang diluar.. Tinggalkan saja, nanti saya pulang dikerjakan.. OK”.
“Siapa?” tanya Ruby.
“Jessika, dia bilang ada pasien,” jawab Nemo.
“Lalu?”
“Aku suruh tinggalkan saja..”
“Kalau begitu tidak usah makan, langsung pulang saja”.
“Tidak apa- apa ya?” tanya Nemo.
Ruby tersenyum.
“Aku tahu kamu pasti tidak akan fokus karena memikirkan pasienmu..”
“Aku antar kamu setelah pulang dari klinik. Tidak apakan menunggu di klinik?” tanya Nemo.
“Ya sudah, tidak apa-apa.. “ jawab Ruby.
“Thanks.. ini yang aku suka, pengertianmu..”
Mobil Nemo berhenti di parkiran klinik. Tanpa menunggu Ruby ia langsung turun dan berjalan masuk ke klinik. Ruby hanya tersenyum sambil mengikuti Nemo masuk.
“Selamat sore mbak..” sapa seorang gadis muda.
Pastilah gadis ini yang disebut Nemo bernama Jessika.
“Sore..” jawab Ruby.
“Dokter sedang ada pasien darurat, mbak..” Jessika menjelaskan.
“Ya..” Ruby tersenyum sambi duduk di kursi.
“Tidak tahu sampai jam berapa..”
“Tidak apa-apa.. Saya tunggu”.
Ruby duduk sambil melihat sekeliling ruangan itu.
“sudah lama kerja disini?” tanya Ruby.
“Sudah mbak..”
“Kenal asisten dokter yang bernama Nindy?”
“Kak Nindy?”
“Ya..”
“Kenal mbak.. Tapi mendadak berhenti, tanpa alasan. Tidak tahu kenapa,” jelas Jessika. “Ada apa mbak?”
“Tidak apa-apa”.
Handphone Ruby berdering. Ia berjalan keluar untuk menerima telpon.
“Ya Pa.. Lagi dengan Nemo. Nanti Nemo yang antar Ruby pulang.. OK Pa..” Ruby menutup pembicaraan.
“Mbak..” sebuah panggilan memaksa Ruby untuk menoleh.
“Nindy?” sapa Ruby.
“Saya melihat dokter Nemo sepetinya dekat dengan mbak, makanya saya coba mengikuti kemana pun dia pergi dengan harapan bisa membawa saya bertemu kembali dengan mbak..” ungkap Nindy.
“Untuk apa?” tanya Ruby.
“Karena mbak harus hati-hati padanya. Dia lelaki yang jahat”.
“Jahat bagaimana?”
“Karena itulah saya ingin bertemu mbak tapi tentunya tidak disini.. Bisa bertemu di suatu tempat? Agar lebih leluasa untuk bicara”.
“Kenapa saya harus mendengarkan apa yang ingin kamu katakan?”
“Sedikit yang bisa saya katakan dan kenapa mbak harus hati-hati padanya.. Dia adalah seorang Pembunuh berdarah dingin”.
“Apa?”
“Hubungi saya di nomor itu,” kata Nindy seusai memberi sehelai kertas dan segera meninggalkan tempat itu.
“Pembunuh?” gumam Ruby.
Ruby melangkah masuk. Ia memandang Jessika.
“Nindy itu bagaimana orangnya?” tanya Ruby.
“Baik sih mbak, meskipun gak banyak omong,” jawab Jessika.
“Dekat dengan dokter?”
“Dokter dekat kok dengan siapa aja. Orangnya baik, jadi siapapun bisa dekat dengan dia”.
“Nindy.. pernah bilang gak dengan kamu kalau dokter Nemo itu jahat?” tanya Ruby ragu.
“Pernah..” jawab Jessika.
“Serius?”
“Ya.. Tapi saya gak percaya. Dokter Nemo itu sangat baik,” jelas Jessika.
Ruby tersenyum.
“Kami menduga kalau Nindy menyukai dokter tapi dokter sepertinya tidak membalas perasaannya,” cerita Jessika.
“Oya?”
“Nindy sangat perhatian pada dokter hingga hal hal terkecil. Selalu menyiapkan makanan untuk dokter karena dia tahu dokter Nemo suka lalai soal makan..”
“Oh..”
Ruby memandang nomor telpon yang diberikan leh Nindy.
“Saya boleh menunggu di taman belakang?” tanya Ruby.
“Silakan mbak..”
Ruby berjalan ke taman belakang. Ia duduk di sebuah bangku kayu sambil melihat kertas yang tadi disodorkan Nindy.
Ia mengeluarkan handphonenya dari dalam tas dan mencoba menghubungi nomor itu.
“Hallo..” Suara Nindy terdengar di seberang sana.
“Nindy?” sapa Ruby.
“Dengan siapa ini?”
“Ruby..”
“Ruby?”
“Tadi kamu memberikan nomor handphone kamu di depan klinik dokter Nemo..”
“Oh.. Iya, mbak Ruby,” ujar Nindy. “Akhirnya menguhubungi saya juga.. Tentunya ingin tahu kenapa saya mengatakan pada mbak soal dokter Nemo kan?”
“Aku tidak suka cerita yang hanya separuh. Kenapa kamu menyebut dia jahat dan kenapa aku harus menghindarinya. Yang paling penting adalah kenapa kamu menyebut dia pembunuh?”
“Ya.. Dia memang pembunuh berdarah dingin”.
“Apa kamu punya bukti kalau dia seorang pembunuh?” tanya Ruby.
“Sayangnya dia sangat licik. Dia sudah menghancurkan semua bukti dan membuat aku terkesan seperti orang gila yang bicara ngawur karena terlalu mencintai dia”.
“Apa maksudmu?”
“Apa hubunganmu dengan Nemo?” tanya Nindy.
“Dia sahabatku dari kecil”.
“Aku mendengar dia menyebutmu sebagai calon istri..”
“Itu hanya..”
“Ruby..” panggilan Nemo membuat Ruby buru-buru mematikan hubungan telpon dengan Nindy.
Ruby menoleh.
“Menelpon siapa? Sampai sebegitu terkejut?” tanya Nemo heran.
“Bukan siapa-siapa. Aku hanya terkejut karena tiba-tiba kamu muncul,” Ruby tersenyum. “Sudah selesai?”
“Benarkah? Kenapa aku merasa kamu seperti sedang menyembunyikan sesuatu? Apakah tadi itu telpon dari pacarmu?”
“Apaan sih? Kamu tahu aku tidak punya pacar!”.
“Kenapa jadi marah?”
“Ayo.. Katanya mau mengajak ku makan. Aku mulai lapar,” Ruby menggandeng lengan Nemo mencoba mengalihkan pembicaraan.. “Oya, tadi papa telpon. Aku bilang nanti pulang diantar kamu..”
“Bilang papa, sekalian aku mau bicara tentang lamaran..”
“Nemo..” Ruby mencubit pinggang lelaki itu.
“Aduh..”
Jessika yang duduk bersama seorang wanita tersenyum.
“Banyak sekali staf wanitamu?” bisik Ruby.”Dan mereka semua cantik-cantik”.
“Itu dokter Amanda yang menggantikanku..” jawab Nemo. “Jangan cemburu”.
“Enak saja”.
“Saya keluar dulu ya.. “ pamit Nemo.
“Baik dok..”
Nemo dan Ruby segera keluar.
“Itu siapa?” tanya Amanda. “Pacar dokter Nemo?”
“Katanya calon istri..”
“Oh.. Aku pikir dokter masih single..”
“Sepertinya sedang sangat tergila-gila dengan mbak Ruby,” Jessika terseyum.
“Aku ke dalam dulu..” kata Amanda.
“Semoga Nindy tidak mengacaukan semuanya..” harap Jessika

Komento sa Aklat (141)

  • avatar
    CandraLeo

    10000

    7d

      1
  • avatar
    SopyansyahAndre

    terima kasih

    9d

      0
  • avatar
    UlfaNaysa

    bgus bgt 💐

    14d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata