logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 8. Cermin Dan Sifatnya

"Mata manusia adalah penipu utama yang paling berbahaya, hati manusia adalah simunafik yang sungguh pahit lidahnya, pun dengan otaknya- Adalah penjahat paling bengis yang mempu menikam diri sendiri. Maka berhati-hatilah pada dirimu sendiri. "
[Lukman - MATA CUAN]
***
Lagi-lagi headline semua surat kabar kembali membicarakan tentang kasus pembunuhan yang sering terjadi akhir-akhir ini, hampir semua warga kini membicarakan kasus ini.
Tak peduli kalangan muda maupun dewasa, lak-laki
maupun perempuan, semuanya berkomentar menyuarakan keresehan dan juga ketakukan. Mereka yang awalnya menganggap kejadian pembunuhan berantai hanyalah berada pada serial televisi saja kini dengan mata kepala mereka sendiri kengerian itu mereka rasakan.
Namun, disebuah sudut yang gelap nan sepi seorang berpakaian gelap nampak tersenyum menikmati semua keresahan, ketegangan dan ketakukan dari warga sekitar.
Senyum tipis yang terlihat mengerikan alih-alih indah seolah menyiratkan bahwasanya ini adalah permulaan.
"Selamat berpesta, wahai orang-orang bodoh!." Katanya penuh penekanan, wajahnya semakin menakutkan tak kalah sinar senja berhasil mengenai sebagian tubuh dan rambutnya. Ia lalu berbalik dan meninggalkan tempat itu.
***
"Hai you! " Teriak suara yang sangat berbanding terbalik dengan suara lelaki yang beberapa waktu lalu Asoka dengar, Asoka menoleh disana ada Arman tengah duduk bersantai di salah satu sofa sebuah kedai kopi terkenal di Mall itu.
Alis kanan Asoka terangkat, sampai sekarang ia masih belum percaya jika lelaki di sebrang nya ini adalah kembaran dari Lukman, tetangganya yang aneh bingung ajaib itu.
"Ahh, kayak cermin tu orang. Mana mirip banget ya kecuali style dan gaya rambutnya" Gumam Asoka.
"Sini!" Kata Arman, tangan kanannya mengisyaratkan Asoka untuk menghampirinya.
"Urghh...kok nyebelin yah" Keluh Asoka namun kakinya tetap berjalan ke arah Arman.
"Soka? Asoka? " Kata Arman mencoba mengingat nama yang Adiknya sebutkan tadi.
"Hay, Arimbi dimana? seharian kalian di sini? ngapain aja?" Tanya Asoka membombardir Arman.
"Ngapa lu brisik banget sih! " Keluh Arman, ia pikir Asoka semanis dan seimut wajahnya namun ternyata Arman salah. Asoka adalah tipe wanita cerewet yang sungguh menyebalkan.
"Arimbi pulang, di jemput Lukman" Jawab Arman meski dengan wajah sebalnya.
"Oh, pantesan" Asoka mengangguk, mengingat kembali pertemuannya dengan Lukman tadi.
"Pantesan apa?" Arman penasaran.
"Pantesan kalau tadi Mas Lukman nyamperin aku di depan ruang kantor meetingku, terus bilang katanya aku nggak boleh ikut campur sesuatu hal yang bukan menjadi urusanku" Kata Asoka, Arman mulai tertarik dengan pembahasan mereka.
"Lu ketemu Lukman? Tumben banget anak itu mau deket manusia." Kata Arman mengangguk sekaligus tak habis fikir, "Pesan dulu gih, nanti gua yang bayar" Kata Arman.
"Dikira nggak mampu apa aku beli kopi sendiri" Keluh Asoka namun tetap berdiri dan berjalan menuju tempat pesan.
"Mau pesen apa kak?" Salah satu barista bertubuh tinggi besar, dengan topi dan kaca mata minus tersenyum ramah kepada Asoka.
"Pesen Es kopi anget tanpa kopi deh kak" Kata Asoka, barista itu tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.
"Jangan ngarang yang Teteh Asoka, " Kata Banu, mantan Asoka yang pernah Asoka tinggalkan karena bagi Asoka Banu tidak punya cukup uang untuk menghidupi dirinya dimasa yang akan datang.
"Ya udah vanilla latte tanpa Vanilla, dan Redvelvet" Kata Asoka, akhirnya. Banu mengangguk,
"Ada tambahan lagi teh? "
"Aku nggak pesen Teh, kopi aja" Canda Asoka, Banu tersenyum.
Asoka adalah mantan pertamanya sekaligus mantan yang tak pernah bisa ia benci, sifatnya yang bar-bar dan humoris membuatnya tak bisa beralih menatap yang lain. Nyatanya, Asoka masih sama seperti yang ia kenal dahulu.
"Tulis nama yang bagian loh, awas salah! " Ancam Asoka dengan mata melorotnya.
"Pacar baru? " Tanya Banu menatap Arman, lalu kembali menatap Asoka.
"Ohh.. bukan" Jawab Asoka sembari mengeluarkan kartu membernya, "Pakai ini dapat diskon nggak? " Kata Asoka mengalihkan, ia tak suka di intervensi oleh siapapun.
"Ohm.. oke, bisa. " Kata Banu menyadari perubahan sikap Asoka.
Setelah membayar, Asoka kembali menuju meja Arman. Terlihat Arman tengah mengamati hilir - mudik para pengunjung Mall hari ini, sekilas Arman melihat jam tangan Rolex yang menggeliat di tangan kirinya. Waktu menunjukan pukul 3 Sore, itu berarti Arman harus kembali ke kantor tempatnya bekerja.
"Sorry Asoka, gue harus pergi" Kata Arman tak enak hati, namun harus bagaimana lagi memang waktu bermainya sudah habis dan ia harus segera pergi.
"Owh, baiklah. Aku juga udah mau pulang"
"Oke, sekali lagi sorry ya, see ya later" Kata Arman, ia kemudian beranjak berpamitan.
"See ya" Jawab Asoka sembari menatap kepergian Arman.
Entah mengapa hati kecil Asoka masih belum dapat percaya jika mereka berdua adalah saudara kembar, Asoka menggeleng tak mengerti.
"Sudahlah, nanti aku tanya Arimbi saja" Kata Asoka.
***
Xyn berjalan gelisah menuju ruang kerjanya, tangan kanannya nampak terlihat menggenggam segumpal surat kabar berisikan headline berita kematian berantai yang terjadi belakangan ini.
"Apa kamu sudah dapat kabar? " Tanya Xyn pada seseorang disebrang telfon.
"... " Xyn tampak geram mendengarkan hasil laporan dari yang bersangkutan.
"Awasi orang itu, jangan lupa beri penjagaan ketat di sekitar tempat tinggal wanitaku" Titah Xyn geram.
"Jangan berani-berani cari mati sama saya!" Geram Xyn murka, dilempar kasar gumpalan kertas itu. Matanya melotot tajam melihat berita kematian yang secara tidak langsung berkaitan dengan bisnis yang Xyn jalani.
"Brensek!!! Argh... " Teriaknya frustasi.
Kemarahan Xyn memuncak bersamaan dengan pecahnya satu-persatu gelas beserta guci yang berada di ruangan itu, namun ruangan Xyn yang kedap suara setidaknya dapat membantu menetralisir kekacauan yang saat ini ia timbulkan, setidaknya Xyn takan ditinggalkan karyawan-karyawan setianya.
Setidaknya karyawannya takan ketakutan melihat keadaanya yang seperti ini.
Yah, setidaknya lagi Xyn masih mampu bersikap waras setelah melenyapkan beratus-ratus juta koleksi guci mahalnya.
( "Sayang, apa kamu sibuk hari ini? ") Sebuah pesan singkat berhasil mengalihkan amarahnya.
Asoka, kekasih sekaligus karyawannya adalah orang yang baru saja mengirimnya pesan singkat itu. Xyn tersenyum, ia lalu berjalan untuk menggapai poselnya dan membalas pesan Asoka, secepatnya.
" Tidak, ada apa? " Balasnya, ia menyadari tubuhnya yang berkeringat dan rambutnya menjadi lepek lalu ia pun bergegas menuju kamar mandi dan membersihkan diri namun sebelum itu Xyn memutuskan untuk menelfon petugas kebersihan pribadinya guna membersihkan kekacauan yang baru saja ia timbulkan.
Bisa gawat dija Asoka datang, Xyn tak mampu jika Asoka melihat salah satu tempramental buruknya.
"Bersihkan ruanganku sekarang. 10 menit tidak lebih, atau kau akan mati! " Perintahnya tajam.
Seseorang disebrang sana mengangguk patuh.
"20 Menit lagi, datanglah keruanganku. Kau ingin bermanja bukan? " Tanya Xyn to the point, tanpa Xyn ketahui Asoka kini tengah menjerit kegirangan.
Baginya Xyn adalah pacar paling peka sedunia, ah Asoka merasa sangat beruntung memilikinya.
Asoka kemudian kembali berkaca segera keluar dari kamar mandi menuju salon kecantikan terdekat, tapi sebelum itu Asoka ingin berbelanja pakaian dalam dulu.
Pandangannya tertuju pada G-String berwarna merah maroon, bibir Asoka tertarik membentuk sebuah senyuman yang hanya mampu diartikan oleh orang dewasa.
"Mbak, saya mau ini ya" Kata Asoka semangat.
" Aku punya kejutan " Kata Asoka menggunakan voice note, lalu ia mengirimkan pesan itu pada Xyn.
***
Bersambung,...

Komento sa Aklat (161)

  • avatar
    PerwatiNunu

    good

    23d

      0
  • avatar
    LakambeaIndrawaty

    👍👍👍

    26/07

      0
  • avatar

    mais ou menos

    07/05

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata