logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 3. Sushi dan Kimbab

"Manusia jika ditanya tentang kepuasan jawabanya selalu panjang kali lebar, seperti jawaban soal aljabar. Jika bisa disederhanakan mengapa harus diperlebar? Masalah masih ngantri tuh dibelakang."
[Asoka- MATA CUAN]
***
Arifin keluar dari mobil, meninggalkan Asoka sendirian ditemani oleh mimpi indahnya. Rencananya ia ingin mengajak Asoka untuk makan bersama ditempat namun karena Arifin tak tega membangunkan tidur nyenyak ya akhirnya Arifin memutuskan untuk turun dan memesan makanan.
"Bimbimpap,Jjajangmyeon, Bulgogi, Tteokbokki, Kimchi,Tteokbokki semuanya satu porsi ya mbak, eh Kimchinya beli yang porsi besar ya mbak" Kata Arifin memesan menu makanan.
"Baik kak, ada tambahan lainya? " Tanya Peramu saji itu sopan, "Patbingsoo masih ada mbak? "
Peramu saji itu me gangguk, "Masih ada kak, apakah kakak ingin memesan itu juga?"
"Iya, boleh. Dua porsi ya mbak. Sama maeun Dakbal 2 porsi ya mbak" Kata Arifin memesan semua menu kesukaan Asoka.
Arifin tersenyum mengingat berapa ia bersikap sangat loyal terhadap Asoka, sahabat sekaligus wanita kuat yang ia kagumi sejak lama.
"Baik, semua telah saya catat. Tunggu sebentar ya kak akan kami persiapan sebaik mungkin, ini silahkan diminum teh hijau segar kami kak. Permisi" Kata peramu saji undur diri.
Arifin mengangguk, 30 menit ia menunggu semua menu dipersiapkan lalu setelah selesai ia di persilahkan menuju tempat kasir untuk membayar semua makanan yang telah ia pesan.
Arifin keluar dengan dua bungkus kantong besar, ia kemudian berjalan menuju parkiran mobil dengan cepat takut Asoka menunggu terlalu lama.
"Belum bangun" Gumam Arifin pelan, "Mimpi apa sih anak sampai senyum-senyum gitu" Bisiknya tak habis fikir.
Arifin lalu menjalankan mobilnya, tempat tujuan selanjutnya adalah taman dekat dengan salah satu kampus terkenal di Kota ini, taman yang setiap minggu pagi selalu ramai oleh pedang kaki lima.
"Ka bangun, ka! " Kata Arifin membangunkan Asoka. Bukanya bangun yang bersangkutan justru menggerang, Arifin tertawa akhirnya ide jahil pun muncul di otaknya.
Dibukanya kantong kresek putih besar berisi aneka makanan. Arifin mengambil Jjajangmyeon yang terbungkus di tempat makan plastik anti panas lalu ia letakan Jjajangmyeon itu di atas pangkuan Asoka.
"Biar berkeringat dan basah tu paha, sukur" Gumamnya jail.
Tangan kanan Asoka yang tengah bersedekap Arifin letakan Patbingsoo dingin, entah mengapa mengerjai Asoka selalu terasa mengasyikan.
"Panas! " Gumam Asoka masih dengan memejamkan mata.
"Dingin! " Pekiknya lagi masih dengan mata yang tertutup.
Arifin tertawa, Asoka selalu menjadi wanita paling menarik dan menggemaskan dimatanya. Meskipun ia tau Asoka baru saja kehilangan pekerjaan dan akhir bulan.
"Katanya mau jadi cewek realistis, punya pasangan kaya raya. Bulshit kamu Ka, nyatanya kamu adalah cewek Independen yang paling gengsian sedunia. Sebelas dua belas dengan Sushi dan Kimbab. Dasar! " Gumamnya tak habis fikir.
***
"Tumben pulang jam segini Ka?" Tanya Ika heran ketika melihat Asoka telah pulang padahal masih menunjukkan pukul 2 siang sedangkan Asoka biasanya baru terlihat sekitar pukul 5 Sore.
"Hem, iya mbak. Matahari lagi bersinar tidak baik, jadi aku pulang duluan udah rindu banget sana kasur" Jawab Asoka dengan wajah penuh binar, Ika yang tengah duduk-duduk di teras sembari melukis mengangguk memahami.
"Sedang tak baik-baik saja sepertinya, mungkin belum siap cerita aja. Semangat Asoka" Kata Ika dalam hati.
"Di kamar mbak ada kopi bubuk dari Aceh, ambil gih mbak nggak begitu suka" Kata Ika menawarkan.
"Dari Bang Agam ya?" Tanya Asoka, Agama adalah nama kekasih Ika. Seorang PNS yang berasal dari kota Aceh.
"Aneh, nggak suka ngopi tapi mau-mau aja dikasih kopi" Gumam Asoka mengurungkan niatnya masuk kamar, langkahnya justru menuju pada kursi sebelah kanan Ika, Ika tersenyum.
"Nggak papa, menghargai Abang. Nggak suka memang, tapi kan bisa dikasih ke kamu atau yang lainya. Lumayan hemat budget beli kopi." Kata Ika tertawa.
"Makasih mbak"
"Sama-sama Soka, sana mandi abis itu duduk-duduk sini" Kata Mbak Ika.
"Ih males ah, "
"Tadi itu Arifin bukan sih? " Ika mulai membuka obrolan, tanganya masih sangat terampil menggoreskan cat air pada kain kandas yang kini tak putih lagi.
"Iya, " Jawab Asoka tampak biasa saja.
"Kenapa Nggak pacaran aja, cakep kok dia. Tinggi, tajir juga. Nggak mau? " Asoka menggeleng tak berminat.
"Bapak sama Ibunya katolik mbak, selain itu dia juga males ibadah. Hobi macarin banyak cewek dan hobi banget minum. Gak masuk nominasi mbak" Jawab Asoka selalu dengan diksi absurdnya, Ika yang mendengar tertawa terbahak.
"Gak masuk nominasi katanya, tapi tiap hari selalu garcep tiap kali nona mudanya ini minta tolong. Pernah mikir kagak kalau dia bisa jadi suka sama kamu Ka? " Tanya Ika, ia silahkan menoleh pada Asoka yang nampak acuh tak acuh.
"Tadi dia bilang, tapi aku bodoamat. Aku udah sering banget peringatin dia buat jangan suka apalagi naksir, soalnya aku pasti bakalan nolak" Jawab Asoka sekenanya.
"Ya udah, sama itu aja noh" Ika menunjuk Lukman tetangga baru mereka dengan dagu dan kedua bola matanya, Asoka mengekor kemana arah pandang Ika.
"Mas, mas yang kemarin nabrak aku bukan sih itu? " Gumam Asoka.
"Ahhh, enggak mau. Gak punya duit dia," Tebak Asoka sok tahu.
"Tau dari? "
"Ngarang" Jawab Asoka sembari berlalu meninggalkan Ika yang menyumpah serapahin Asoka.
***
Asoka POV:
Sesampainya di kamar aku menjatuhkan diri diatas kasur, hari ini rasanya kenyang sekali.
Lukman, sebuah nama yang terdengar tak asing kembali menghampiri indra pendengaran ku.
"Pernah denger dimana sih? Ahh nama artis barang kali, bodoamat lah." Kataku pada diri sendiri.
Lalu tanpa sadar ingatan ku kembali terlempar pada kejadian beberapa jam lalu, di mobil Arifin.
Arifin terbahak karena berhasil mengerjaiku, menaruh semangkuk mie hitam Korea dan semangkuk es serut Korea yang membuatku terbangun untung wadah kedua makanan itu terbilang kuat dan anti tumpah jika tidak makan aku akan menjadi orang paling soal sedunia.
Tak Terima dikerjai Arifin begitu, aku pun balas mengerjai Arifin dengan cara membuat wajahku belepotan kuah Jjajangmyeon, lalu Kuulurkan lidahku demi menghapus sisa-sisa tinta hitam itu.
Dengan gerakan sensual, ku condongkan wajahku sedikit menghadap Arifin mataku menatapnya genit. Setan kecilku tertawa saat kulihat Arifin berhenti tertawa dan segera mengalihkan pandangannya.
"Jangan mancing macan tidur kalau nggak mau di terkam balik" Bisiku tepat di telinganya, sakit dekatnya hingga sisa-sisa saus Mie hitam itu menempel di telinga Arifin.
Tak lupa juga sedikit nafas yang sengaja ku hela, Arifin menggeram ia memejamkan matanya.
"Habiskan makananmu, setelah itu kita pulang" Kata Arifin seraya membuka pintu mobilnya, ia pergi entah kemana bersamaan dengan pintu mobil yang ditutup kasar.
"Ahahahahahaha, Macam kok dilawan! " Kataku Girang.
Setelah itu aku bersiap menikmati hidangan Korea yang sangat lezat dan banyak.
"Tteokbokki selalu dihati" Kataku bahagia, akupun mulai menikmati makananku dengan penuh kebahagian.
Setelah habis dan sangat kenyang, aku keluar mobil untuk mencari toilet umum terdekat, aku ingin buang air kecil.
Namun, belum sempat masuk kedalam toilet telingaku nampak sama-sama mendengar suara seseorang terengah-engah.
"Hantukah? " Pikirku dalam hati, namun hantu mana yang muncul di siang bolong begini? tanpa pikir panjang kubuka pintu kamar mandi itu, alangkah terkejutnya aku saat pemandangan pertama yang kulihat adalah dua orang anak manusia yang tengah berolahraga, tubuh mereka nampak saling menyatu, berkeringat dan terengah-engah.
"Nggak mampu sewa hotel? jangan lupa dibersihkan meja Westavelnya. Takut najis" Kataku sarkas lalu dengan cepat kakiku melangkah keluar.
Berjalan cukup jauh mencari masjid untuk menumpang toilet sekaligus mengheningkan cipta.
Setelah itu aku kembali lagi ke mobil, Arifin nampak telah duduk dibalik kemudi.
"Dari mana?" Tanya Arifin nampak kikuk.
"Dari masjid, abis nyari air suci buat meneduhkan mata yang k-o-t-o-r" Jawabku entah kenapa merasa sangat kesal.
"Soal yang tadi, maaf ya" Katanya sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Santuy, itu kebutuhan biologis mu. Bukan urusanku"
"Lain kali jangan gitu lagi ya Ka" Pinta Arifin yang tak mampu kumengerti maksudnya.
"Ha?! " Kataku tak mengerti, Arifin kembali menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Jangan goda-goda lagi, jangan jilatin bibir kayak tadi, jangan busungin dada kayak tadi. Jangan bisik-bisik kayak tadi dan satu lagi jangan mendesah, kalau sampai kamu melakukan itu lagi kamu yang bakalan berada di posisi wanita tadi" Bisik Arifin, matanya tertuju padaku.
"Anu.. itu.. Ya kamu juga makanya janga-"
".. Kamu boleh balas, tapi bukan begitu caranya. Kamu tahukan kalau aku maniak sexs dan kamu tadi memancing libido ku Asoka!" Katanya serius.
Aku diam seribu bahasa, jujur ini adalah fakta baru yang sangat tidak masuk akal. Oh berapa tololnya aku.
"Pulang" Kataku tak dapat berkata-kata lagi.
***
Bersambung...

Komento sa Aklat (161)

  • avatar
    PerwatiNunu

    good

    23d

      0
  • avatar
    LakambeaIndrawaty

    👍👍👍

    26/07

      0
  • avatar

    mais ou menos

    07/05

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata