logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

MATA CUAN

MATA CUAN

storiabi


Prolog

"Perempuan kok mata duitan, murahan!,.. " Sebuah makian keluar dari mulut seorang wanita bertubuh gemuk, bernama Maya. Ia merupakan salah satu tetangga Asoka yang super julid.
"Hem... Dasar mulut manusia, sukanya gibah, giliran di gibahin tremor, nangis. Ihh apaan" Gumam Asoka sembari keluar dari mobil mewah salah satu teman lelakinya.
"Kamu juga gitu So, nyadar!" Timpal Arifin, teman dekat Asoka.
"Ihh, kamu tuh! seharusnya belain bukanya malah mengiyakan" Jawab Asoka.
"Bela apa? memang kamu matre kan? " Timpal Arifin sembari memutar tubuhnya menatap Asoka.
"Aku nggak matre, aku tuh realistis. Perempuan butuh uang buat penunjang hidup dan kecantikannya. Seperti lelaki yang butuh wanita untuk membantu mengurus hidupnya, iya kan? "
"Hem,.. memangnya aku bisa menang melawan mu wahai nenek sihir? " Kata Arifin, Asoka mencebikan mulutnya.
"Dah ah, hari ini kamu nggak seru. Aku turun dulu, bye." Kata Asoka yang tak terlihat senang dengan perkataan Arifin, kendati demikian ia tak akan pernah bosan berteman dengan Asoka.
***
Wanita itu bernama Asoka Handayani Ningrum, saat ini ia berusia 23 Tahun, bekerja sebagai salah seorang pegawai kantin dan juga penulis lepas.
Asoka adalah seorang wanita independen yang berasal dari desa, ia memiliki cita-cita untuk menikah di usia 25 tahun dengan seorang lelaki yang kaya raya, tampan, tinggi, dan mapan.
Cita-cita inilah yang membuat seorang Asoka menjadi sangat selektif terhadap laki-laki, ia tak akan segan-segan menolak lelaki yang mendekatinya jika lelaki itu bertampang pas-pasan dan biasa saja.
Sekilas ia terlihat seperti wanita yang sangat tidak tahu diri, namun mau bagaimana lagi? bukankah ini realistis? bukankah hidup ini memang harus begini?
Hidup butuh uang, hanya wanita bodoh dan lelaki tolol saja yang mengatakan "Cinta melebihi segalanya" Halah, bulshit.
****
Jauh di sebrang jalan sana, nampak seorang pemuda dengan rambut cepak, tubuh tinggi besar dan bidang tengah menurunkan barang-barangnya yang banyak dari sebuah mobil pickup hitam.
Nampaknya ia akan menjadi salah seorang penghuni baru di kompleks perkampungan itu.
Gubrak!!
Lelaki itu tak sengaja menabrak seseorang, barang bawaan di hadapannya yang terlalu tinggi rupanya menghalangi pandangan lelaki itu sehingga tanpa peristiwa itu tak dapat terelakan.
"Jalan pakai kaki dong mas, gimana sih" Keluh Asoka.
"Maaf mbak, nggak sengaja" Kata lelaki itu, ia segera menurunkan barang bawaanya dan bergegas membantu Asoka berdiri.
Sepersekian detik Asoka terpana dengan paras wajah lelaki dihadapanya ini, namun seorang tersadar dengan kreteria masa depannya Asoka lantas menggelengkan kepalanya.
"Mbak? " Kata Lukman sembari mengulurkan tangan niatnya ingin membantu Asoka berdiri namun ternyata Asoka menepisnya.
"Lain kali pakai kaki, jangan nabrak-nabrak lagi. Jangan modus" Cibir Asoka dengan angkuhnya.
Asoka berdiri, ditepuknya rok belakangnya kasar tujuanya agar debu dan semua kotoran yang hinggap dalam dirinya lenyap. Termasuk hari sialnya itu.
"Ada ya wanita songong kayak dia? " Kata Lukman tak habis fikir, matanya menatap nanar kepergian Asoka. Kepalanya menggeleng.
***
Asoka POV:
Bukankah seharusnya Indonesia adalah negara merdeka? berdaulat adil dan makmur?
Merdeka secara makna harfilah maupun makna lainya, seperti merdeka dari suara yang di bungkam? merdeka dari mental yang terjajah? merdeka dari segala kekolotan pemikiran jaman dahulu?
Bukankah seharusnya demikian?
Tapi sayangnya semua kata merdeka itu sepertinya hanyalah omong kosong belaka, nyata masih banyak orang-orang dengan pemikiran kolot hilir mudik menghiasi berada media sosialku.
Mereka bergerombol mengeroyok akun media sosialku ketika aku memposting opini terkait 'WANITA REALISTIS'
Ada yang setuju memang, namun hanya sepersekian persen dari 100%. Sisanya menganggap wanita realistis adalah wanita matre yang mencoba mendapatkan panggungnya saja, padahal itu tidak benar.
"Bikin masalah apalagi sih kamu Ka? " Winda sahabat satu kost ku datang membawakan segelas susu hangat.
"Biasa, opini perihal cewek. Heran kenapa sih orang-orang pada julid banget sama opini gituan" Keluhku sembari menerima susu hangat.
"Lima ribu" Kata Winda menghentikan gerakan yang hendak menyeruput susu, "Eehh? " Kataku menaruh kembali gelas susu itu. Winda tertawa terbahak, mengusiliku adalah hiburan gratis baginya kurang ajar!.
"Ya kamu gaya-gaya an segala, ngetwit kayak gitu ya jelas di serang. Jaman sekarang se pandai apapun kita di media sosial, kalau tampang masih nggak good looking, dompet masih tipis, prestasi masih rendah, jabatan masih babu kayak kita ya nggak bakalan di denger lah. Beda kalau Sultan, nih ya ibarat kentut nya aja udah bisa jadi motivasi buat mereka lah kita??? makan aja masih susah sok sokan beropini. Ya nggak bakalan didengar" Kata Winda hiperbolis.
Jujus saja aku sangat malas membenarkan kata-kata Winda namun memang benar, bukankah jaman sekarang Good looking adalah standar utama jalan menuju Surga? ya paling tidak surga dunia dulu deh.
"Kenapa sih kamu hobi banget nulis perihal berat-berat gini? coba deh bucin gitu sekali-kali gebetan kamu kan banyak Ka, coba deh sekali-kali nulis quotes tentang bucin laku tuh pasti" Tambah Winda.
"Kagak, najis amat!" Kataku bergidik.
"Aku nggak punya gebetan ya Win, tolong mulut tu kalau ngomong boleh kali di filter diksi dan EYD nya. Dah ah mau jadi wanita Carrier dolo" Kataku beranjak dari teras kost.
"Lah, si Arifin? si Rahmat? Dadang? siapa mereka we? " Teriak Winda, ia menyusulku kemar.
"Gak ada, Arifin tajir tapi enggak takwa, coret. Rahmat anak Punk, gak rajin nggak takwa nggak takdir juga, coret. Si Dadang? ahhh itu sama sekali tidak mendekati kriteria ku, coret keras" Kataku, sembari berias.
"Hilih, suka nggak ngaca emang ni orang. Nggak cantik, nggak tajir, nggak tinggi, nggak takwa sok-sokan mulu halu banget sih anda Bu Kepala kantin." Sindir Winda sebelum akhirnya ku jambak rambut indahnya.
"Awww sakit Asoka!! lepas nggak?"
"Heh! aku emang nggak kayak yang tadi semua kamu katakan Winda cantik, makanya aku nyari suaminya yang minimal 4 T. Tinggi Tampan Tajir Takwa.. bonus harus Mapan minimal. Nah, realistis kan aku? hidup itu harus gitu Win REALISTIS" Kataku penuh penekanan.
"Ya gimana kamu nggak di Judge seluruh warga dunia perhaluan kalau ternyata pola fikirmu masih satu arah gini. Dahlah bodoamat aku mau kerja, bye" Winda beranjak pergi, mukanya nampak berubah kesal.
"Ahh biarkan saja, toh nanti kalau aku punya suami tajir dia juga yang bakalan kecipratan. Hilih" Gumamku.
Akupun segera bersiap memakai seragam kebesaran ku, sekali lagi mengecek riasan make up ku, mengambil ransel kesayangan yang kubeli dari hadiah voucher belanja online serta sepatu kets ku yang warnanya sudah sangat aduhai. Buluk.
Apakah aku sudah menceritakan bahwa aku adalah seorang wanita karir yang kebetulan di tempatkan menjadi kepala Kantin? ahh sekolah ini benar-benar menarik.
Lihatlah, aku Asoka Handayani Ningrum sarjana Psikologi yang cantik dan manis sedesa niat hati melamar jadi guru BK justru ditempatkan jadi kepala Kantin, ahh tak apa. Bagus juga kok, bukankah kesempatan untuk bertemu orang-orang menjadi semakin luas? seluas laut yang memeluk langit?
***
Bersambung..

Komento sa Aklat (161)

  • avatar
    PerwatiNunu

    good

    23d

      0
  • avatar
    LakambeaIndrawaty

    👍👍👍

    26/07

      0
  • avatar

    mais ou menos

    07/05

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata