logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Dua Orang Asing

Rey terdiam ketika melihat tidak ada kemeja, dasi ataupun jas berada di atas tempat tidurnya.
Ketika Rey ke dapur, tidak ada kotak nasi dan juga sarapan yang tersedia di atas meja makan. Kamar Rasyel juga masih tertutup rapat. Pagi ini terasa berbeda dari kemarin.
Klek!
Pintu kamar Rasyel terbuka. Rasyel keluar kamar sudah rapi dan siap berangkat kerja.
"Lo udah mau berangkat?" Rey membuka pembicaraan.
"Iya."
"Lo udah sarapan?"
"Belum."
"Ayo kita sarapan diluar," ajak Rey.
Rasyel menatap Rey dengan bingung. Ada apa dengan pria itu? Semalam berkata dengan ketus, sekarang lemah lembut? Apa Rey mempunyai kepribadian ganda?
"Nanti aku sarapan sendiri aja," tolak Rasyel. Sebenarnya Rasyel ingin sekali sarapan bersama Rey, tapi Rasyel masih kesal dengan perkataan Rey semalam.
"Lo marah?" tanya Rey tanpa merasa berdosa.
"Salah lo sih, kenapa lo masak? Gue kan nggak nyuruh lo masak? Gue juga nggak tahu kalau lo masak," ucap Rey benar-benar tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Alih-alih meminta maaf, Rey malah mengeluarkan perkataan konyol yang lagi-lagi membuat Rasyel kesal.
"Iya salah aku!" Rasyel segera menutup kamarnya dan berangkat kerja tanpa berpamitan dengan Rey.
*****
"Rasyel!" teriak Naomi seraya membawa paper bag food grade ditangannya.
Rasyel dan Riza terkejut mendengar teriakan Naomi yang menggelar mengalahi orasi masyarakat.
"Berisik lo," gerutu Riza ketika Naomi sudah berada di meja kerja Rasyel.
"Buat lo," Naomi menaruh paper bag tersebut diatas meja kerja Rasyel.
Rasyel tersenyum saat mengintip isi makanan yang berada di dalam paper bag. "So sweet banget sih Nao, makasih ya."
"Lo jangan berterima kasih ke gue, tapi lo harus berterima kasih ke suami lo," jelas Naomi.
"Ha? Maksudnya, Nao?"
Naomi menepuk pundak Rasyel. "Makanan ini dari suami lo, Mas Reyazka Pradipta. Tadi ada pengantar makanan yang nitipin makanan ini ke security," jelas Naomi.
"Mas Rey so sweet banget sih, sat set sat set gitu orangnya, ya ampun idaman," ucap Naomi yang tidak sadar kalau dirinya tengah dihujani tatapan sinis dari Rasyel dan Riza.
Kedua sudut bibir Rasyel mengembang, walaupun di hatinya masih merasa kesal dengan Rey, namun dengan perlakuan Rey saat ini mampu membuat rasa kesal Rasyel sedikit memudar.
Rasyel mengeluarkan satu per satu burger yang ada di dalam paper bag dan membaginya pada Riza dan Naomi.
"Buat gue, Syel?"
"Iya."
"Rey kan beliin ini buat lo," ucap Riza.
Rasyel tersenyum. "Makan bareng-bareng lebih nikmat, lagi pula Mas Rey nggak akan marah kok kalau burgernya gue bagi-bagi."
*****
Rey merutuki dirinya yang nampak bodoh, bisa-bisanya Rey memesan makanan dan mengirimkannya ke kantor Rasyel. Tidak ada angin, tidak ada hujan, lantas pemikiran dari mana Rey membelikan Rasyel makanan?
"Gue bodoh banget sih, ngapain gue beliin makanan Rasyel ya?" Rey memukuli kepalanya sendiri.
"Halo sepupuku," Deff masuk ke ruangan Rey tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Rey mengedarkan pandangannya malas untuk melihat Deff yang seringkali masuk ke dalam ruangannya tanpa permisi.
"Sekali lagi lo masuk ke ruangan gue tanpa ketuk pintu, gue pecat lo," ucap Rey terlihat serius. Namun ucapan tersebut sudah yang ke-231 kali keluar dari mulut Rey, dan tidak ada tindakan serius dari Rey pada Deff yang selalu masuk ke ruangannya tanpa permisi.
"Nanti malam main PS lagi yuk," ucap Rey memecahkan keseriusan beberapa menit lalu.
Kedua mata Deff membulat. Kemaren malam sudah main PS, apa hari ini akan main lagi?
"Udah izin Rasyel?" tanya Deff.
"Ngga perlu izin."
Raut wajah Deff kali ini berbeda dari biasanya. Deff nampak serius menanggapi ucapan Rey. "Lo kemaren aja udah balik malam gara-gara main PS di apartemen gue, malam ini mau lagi? Emang Rasyel ngga nungguin?"
"Malas gue di rumah."
Deff menghela napasnya, Deff tahu mungkin Rey belum terbiasa tinggal satu atap dengan Rasyel, apalagi Rey berkepribadian yang suka hidup sendiri, mangka dari itu sejak lulus kuliah Rey memutuskan untuk tinggal di apartemen hingga Rey membeli rumah dan menikah dengan Rasyel.
"Gue tau kalau lo sama Rasyel itu adalah dua orang asing yang dipaksa tinggal dalam satu atap. Tapi, rumah adalah tempat ternyaman buat pulang. Gue yakin juga Rasyel pasti ngasih kehangatan rumah yang selama ini ngga lu rasain." Ucapan Deff terdengar sangat serius, berbeda dari ucapan Deff yang biasanya terdengar konyol.
"Gue lebih suka tinggal sendiri."
Deff memukul Rey dengan map yang berada di atas meja kerja Rey. "Goblok! Dikasih pasangan hidup malah lebih suka sendiri. Mau sendiri sampai tua?"
Rey mengusap wajahnya. Seperti banyak sekali hal yang melintas di pikirannya.
Deff menepuk pundak Rey seraya menatapnya dengan serius. "Sekarang Rasyel masih jadi orang asing yang dipaksa tinggal sama lo, tapi gue yakin pasti nanti Rasyel akan jadi orang terpenting di dalam hidup lo."
"Udah ngomongnya? Omongan lo kedengaran kayak Mami gue lagi ngasih siraman rohani," ucap Rey santai.
"Yeh goblok! Lihat aja, suatu saat nanti lo yang akan nangis-nangis ngga bisa kehilangan Rasyel." Deff berjalan keluar ruangan Rey setelah kehilangan kesabaran untuk menanggapi ucapan Rey yang selalu tidak mau terlihat butuh seseorang.
Deff mendecak saat keluar dari ruangan Rey, sudah berusia dewasa tapi kelakuan Rey masih saja seperti saat ia masih berusia belasan tahun. Selalu tidak ingin kalah dan selalu bersikap bisa tanpa orang lain. "Kalau suatu saat nanti posisi ini semua terbalik, gue akan ngetawain Rey paling kenceng depan mukanya!" gerutu Deff.
*****

Komento sa Aklat (121)

  • avatar
    SuryadiMuhamad

    bagus

    4d

      0
  • avatar
    KyyyKyy

    bagusss bangttt

    10d

      0
  • avatar
    Candra Muchammad

    Si rey songong amat

    14d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata