logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Buket Bunga

Rey memasang lampu di seluruh kamar yang ada di rumahnya. Rasyel merasa senang melihat kamar-kamar itu sudah terang.
"Nah, kalau dikasih lampu kayak gini kan enak, aku jadi bisa tidur di kamar lain."
"Terserah lo mau tidur dimana," Rey berjalan meninggalkan Rasyel yang melihatnya kesal.
"Kenapa aku harus nikah sama Mas Rey sih?" ucap Rasyel keras.
Drttt! Drtt!
Ponsel Rasyel berdering. Tertera nama Riza di layar ponselnya. Ia segera menerima panggilan dari pria itu.
"Halo, Syel."
"Halo, Za."
"Lo baik-baik aja kan?"
"Gue baik-baik aja kok."
"Kalau Rey memperlakukan lo nggak baik, lo harus bilang ke gue ya."
"Siap bos."
"Yaudah gue lanjut kerja lagi ya, yang penting gue udah tahu kalau lo baik-baik aja."
"Semangat kerja, Za."
Rasyel memutuskan panggilan tersebut. Andai saja Rey seperti Riza, pasti ia tidak akan diperlakukan seperti ini. Namun Rey dan Riza sangat berbeda, Rey adalah Rey, sedangkan Riza adalah Riza, tidak bisa disamakan.
•••••
Rasyel merasakan cacing-cacing di dalam perutnya tengah berdemo meminta diberi asupan makanan. Rasyel berjalan ke dapur untuk melihat makanan apa yang bisa ia santap sekarang.
Rasyel menghela napasnya saat melihat piring yang berada di meja makan hanya menyisakan potongan cabai dan bawang. Semua makanan yang tadi pagi ia masak sudah habis.
Rasyel berjalan keluar dari dapur, melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 21.00.
"Mas Rey," panggil Rasyel.
"Hm."
"Temenin aku beli sate di depan komplek yuk," ucap Rasyel.
Rey melihat Rasyel dengan tatapan sinis, lalu kembali mengarahkan pandangannya pada monitor laptopnya. "Beli online aja sih."
"Di online nggak ada sate depan komplek," jawab Rasyel.
Rey mendecak, "Bisa ngga sih lo ngga nyusahin orang?"
Lagi-lagi ucapan Rey membuat Rasyel kecewa. Rasyel langsung berjalan ke kamarnya dan mengambil jaket. Tidak berkata apapun lagi, Rasyel memutuskan langsung pergi membeli sate sendirian.
Rey hanya menoleh sebentar ketika melihat Rasyel pergi, lalu kembali fokus pada laptopnya.
Rey sesekali melihat jam dipojok kanan bawah laptopnya, sudah hampir dua puluh menit Rasyel tidak kembali ke rumah.
"Rasyel kok nggak balik-balik sih," ucap Rey dengan raut wajah sedikit cemas.
Rey segera bangkit untuk mencari Rasyel, namun ketika Rey sedang terburu-buru menutup pintu, ia dikagetkan oleh sosok Rasyel yang berada tepat di belakangnya.
"Mas Rey mau kemana?" tanya Rasyel.
"Lo dari mana aja?" tanya Rey dengan sedikit nada tinggi.
Rasyel menunjukkan kantong plastik berwarna putih transparan berisi sate yang ia bawa.
Rasa khawatir Rey memudar, ia melihat keadaan Rasyel yang baik-baik saja, jadi ia tidak perlu untuk menanyakan apakah Rasyel baik-baik saja.
"Kenapa ngelihatin?" tanya Rasyel.
Rey menepuk kening Rasyel pelan. "Kepedean banget lo!"
•••••
Satu piring nasi goreng sudah berada diatas meja makan.
"Nasi gorengnya cuma satu?" tanya Rey.
"Iya, buat Mas Rey," senyum manis terlihat dari bibir tipis Rasyel yang berwarna pink.
"Lo ngga sarapan?"
"Karena Mas Rey ngga mau makan bareng aku, jadi aku makan duluan."
Rey terdiam, mengingat kembali ucapannya yang ia ucapkan saat sarapan kemarin.
"Oh."
Rasyel menaikkan satu alisnya. "Oh doang?"
"Terus?"
Rasyel mendesis, ia segera berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Rey langsung menyantap nasi goreng tersebut. Namun, ia menghentikan makannya saat mendengar bel rumahnya berbunyi.
Rey bangkit dan berjalan ke pintu depan.
"Selamat pagi pak," ucap seorang laki-laki yang memegang buket bunga saat Rey membuka pintu.
"Pagi."
Pengantar bunga tersebut memberikan buket bunga tersebut pada Rey. "Saya mau nganter bunga ini pak."
"Saya ngga pesan bunga," ucap Rey.
"Ini kiriman dari pak Riza, untuk ibu Rasyel," jawab pengantar bunga seraya menunjukkan daftar kiriman yang ia pegang.
"Terima kasih ya," ucap Rey.
Rey membawa bunga tersebut masuk ke dalam rumah. Sebuket bunga yang sangat cantik.
Rey melihat secarik kertas kecil yang disisipkan ke dalam bunga tersebut.
Untuk Rasyel.
Selamat menjalani kehidupan barumu. Semoga selalu bahagia dan semoga Rey tidak memperlakukanmu dengan buruk.
Dari Riza.
Rey menahan emosinya setelah membaca secarik kertas tersebut. Ia masuk ke kamar Rasyel untuk memberikan bunga tersebut pada Rasyel.
Rey melempar buket bunga tersebut ke ranjang Rasyel. "Nih, bunga buat lo dari Riza."
Rasyel mengambil bunga tersebut dan melihat kertas di dalamnya.
"Bisa ngasihin secara baik-baikkan? Ngga harus dilemparkan?" kesal Rasyel.
"Riza siapa?" tanya Rey dengan raut wajah kesalnya.
"Teman aku."
"Bilangin ke teman lo untuk ngga kirim sampah lagi kesini."
•••••
Sudah satu minggu pernikahan Rey dan Rasyel. Kini mereka berdua kembali ke kesibukan mereka masing-masing.
Rey mematung sejenak saat melihat kemeja, dasi dan jas yang sudah berada di atas tempat tidurnya. Kedua sudut bibir Rey terangkat sedikit. Biasanya Rey selalu mengambil pakaiannya sendiri, namun sekarang, Sang istri yang menyiapkan pakaian untuknya.
Rey segera memakai kemeja dan dasi yang sudah dipilihkan oleh Rasyel, Setelah itu ia segera keluar dari kamarnya. "Siapa yang suruh lo pilihin kemeja gue?" tanya Rey ketus.
"Emang kenapa?" tanya Rasyel.
"Kita emang udah nikah, tapi bukan berarti lo harus pilihin sesuatu yang akan gue pakai!" bentak Rey.
"Kalau emang Mas Rey nggak suka tinggal ganti aja, nggak harus bentak-bentak aku kayak gini," ucap Rasyel seraya menahan air matanya yang akan terjatuh.
Rasyel segera mengambil tasnya dan berangkat tanpa pamit pada Rey.
Rey melihat kotak nasi berwarna biru muda yang berada diatas meja makan yang ditempel sticky notes bertuliskan 'Untuk Mas Rey.'
*****
Tidak henti-hentinya Rasyel menyeka air matanya selama di perjalanan. Rasyel pikir penderitaan selama tinggal bersama bibi dan sepupunya akan sirna ketika ia menikah, namun dugaannya salah, hatinya malah tambah terasa sakit.
Rasyel mengatur napasnya, ia harus terlihat baik-baik ketika sampai di kantor, orang lain tidak boleh melihatnya sedih.
"Rasyel," panggil seseorang saat melihat Rasyel turun dari taxi.
Merasa namanya terpanggil, Rasyel pun menoleh ke arah sumber suara, seorang pria tersenyum ke arahnya. "Riza.," ucapnya seraya membalas senyuman pria itu.
"Gimana?" tanya Riza.
Rasyel mengerutkan keningnya, ia sedikit bingung dengan maksud dari pertanyaan Riza. "Maksudnya?" tanya Rasyel balik.
"Lo baik-baik aja kan?"
Rasyel terkekeh pelan. "Seperti yang lo lihat sekarang, gue baik-baik aja."
"Gue takut Rey memperlakukan lo nggak baik," ucap Riza seraya menatap kedua mata Rasyel.
Rasyel menepuk pundak Riza pelan. "Mas Rey baik kok, lagi pula Mas Rey itu pilihan orang tua gue, pasti orang tua gue tahu yang terbaik buat gue."
Tiba-tiba seseorang merangkul Rasyel dan Riza dari belakang. "Woy! Berduaan aja!" ucap Naomi heboh.
"Nao, Kangen," sahut Rasyel tak kalah heboh.
"Cie yang udah nikah, udah jadi nyonya Pradipta nih," goda Naomi seraya mencolek dagu Rasyel.
Rasyel terkekeh seraya mengacak-acak pucuk rambut sahabatnya itu. "Apa sih, jangan gitu dong, jadi malu."
"Harusnya sebagai nyonya Pradipta, lo jangan kerja lagi, hartanya Mas Rey pasti cukup buat tujuh turunan," ucap Naomi.
Rasyel menutup mulut Naomi dengan telapak tangannya agar gadis itu tidak mengoceh lagi. "Udah jangan ngomongin Mas Rey lagi, nanti Mas Rey kupingnya panas."
*****

Komento sa Aklat (121)

  • avatar
    SuryadiMuhamad

    bagus

    4d

      0
  • avatar
    KyyyKyy

    bagusss bangttt

    10d

      0
  • avatar
    Candra Muchammad

    Si rey songong amat

    14d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata