logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Permintaan Ibu Hanna

Aku mengetuk pintu ruangan Ibu Hanna pelan.Terdengar suara Ibu Hanna dari dalam yang menyuruhku untuk masuk.
Dengan pikiran yang berkecamuk Aku membuka pintu ruangan tersebut dan masuk ke dalamnya sambil mengingat-ngingat kesalahan apa yang sudah Aku lakukan sehingga Aku bisa berhadapan dengan pemilik restoran.
Aku mengedarkan pandanganku keseluruh ruangan. Ruangannya besar, tiga kali lipat dari kos-kosanku bahkan bisa lebih. Fasilitas di dalamnya pun lengkap di dukung dengan dekorasinya yang terlihat begitu elegan, sangat cocok dengan karakter Ibu Hanna yang anggun dan kharismatik.
Dengan langkah pelan Aku berjalan mendekati meja kebesaran Ibu Hanna. Tampaknya wanita anggun itu baru saja memeriksa berkas terlihat dari tangannya yang masih memegang beberapa lembar kertas.
“Ma ma maaf Boss Nyonya, Maaf atas keterlambatan Saya“ Ucapku terbata setelah tiba di depan meja kerjanya.
Ibu Hanna mengalihkan pandangannya padaku, lalu wanita itu Terkekeh.
“Tidak apa-apa Hisyam, Ayo duduklah” jawab Ibu Hanna tersenyum.
Aku pun membalas dengan tersenyum kikuk sambil mendudukan bokongku di kursi tepat di hadapannya.
“Hisyam Assaqlaniy itu nama lengkap Kamu? “ Tanya Ibu Hanna to the point seraya membolak-balikan kertas, Sepertinya itu biodata tentangku. Tadinya Ku pikir berkas penting restoran.
Aku menganggukan kepala membenarkan perkataan wanita itu.
”Benar Bos Nyonya”
“Usia 14 Tahun, lulusan SD Al Azhar di desa Sudaraja” Ucapnya kemudian.
“Benar Bos Nyonya” Jawabku lagi
“Apakah Kamu masih memiliki orang tua?“ Tanyanya kemudian.
Hening, Aku bungkam beberapa saat mendengar pertanyaan itu.Beberapa saat kemudian Aku menarik napas dalam-dalam seraya menjawab.
“Saya yatim piatu sejak kecil” Jawabku cepat. Rasanya sesak jika mengingatnya lagi.
Ibu Hanna menghela napas kasar, Sepertinya ia iba Padaku. Aku itu binggung mengapa sekelas Ibu Hanna yang kaya raya mengundangku yang hanya seorang Cleaning Servis ke ruangannya, bertanya-tanya mengenai latar belakangku pula.
“Begini Hisyam, Sebenarnya saya mengundang kamu kesini karena ada beberapa hal yang ingin saya bicarakan denganmu “ Ibu Hanna menatapku dalam .
“Membicarakan apa,Bos Nyonya? “Aku memberanikan diri bertanya seraya menatap Ibu Hanna takut-takut.
“Ehmm, mengapa kamu tidak meneruskan sekolah ketingkat SMP?
Aku terdiam, pikiranku menerawang kemana-mana. Aku maklum Ibu Hanna bertanya seperti itu karena ketidakahuannya tentang hidupku.
Aku berdehem untuk menetralisir rasa sesak di dadaku.Jika mengingat apa yang terjadi padaku, Rasanya Aku ingin menangis, Tapi Aku selalu ingat kata Ibu bahwa anak laki-laki itu harus kuat tidak boleh cengeng.
“Saya tidak punya biaya, Bos Nyonya”
“Keluargamu? Paman, Bibi atau Kakek Nenekmu? “
“Saya…Saya..“ Tiba-tiba mulutku kelu untuk menjawab.
Mendengar itu, Ibu Hanna terdiam kemudian memandangku lekat. Aku melihat ada rasa iba dimatanya. Kehidupanku memang semenyedihkan itu.
“Apakah kamu masih memiliki sanak saudara?
“Hmm itu.. itu.. Anu.. “ Aku tergagap tidak tau harus menjawab apa. Ku usap punggung leherku karena terus terang hatiku gamang untuk kembali bercerita mengenai keluargaku.
“Tidak usah dijawab” Potong Ibu Hanna, sepertinya ia mengerti jika Aku enggan menjawab sehingga terjadi keheningan beberapa saat sampai akhirnya Ibu Hanna mengucapkan kalimat yang membuatku melongo.
“Ikutlah dengan Saya, Saya akan membiayai hidupmu bahkan saya akan menyekolahkan kamu sampai kuliah. Bagaimana?” Tuturnya dengan mimik wajah yang masih lekat memandangku.
Sontak saja permintaannya membuatku mengerjakan mataku saking kagetnya. Aku tidak salah dengarkan? Ini seperti mendapatkan jobdesk yang luar biasa.Seseorang datang berbaik hati mengajakku bersamanya di biayai bahkan di sekolahkan sampai kuliah, Aku yang hanya seorang yatim piatu tentu sangat senang mendengarnya.
Tapi tunggu!
Aku tidak boleh senang dulu, walau bertahun-tahun hidup dalam kesendirian di usia remaja tidak membuat tingkat kewaspadaanku menipis. Sejak dulu Aku selalu was-was pada setiap orang yang datang menawarkan kebaikan kepadaku karena tidak sedikit dari mereka hanya berpura-pura demi satu tujuan. Sepertinya Ibu Hanna bukanlah satu di antara. Dari awal Aku mengenalnya dan bekerja di menjadi OB di restorannya, beliau adalah sosok yang selalu baik pada semua orang terutama pada karyawannya. Jika dipikir-pikir memang ada baiknya Aku terima tawaran itu ,toh beliau memang orang baik bukan berpura-pura baik seperti yang lainnya.
“Jadi, Bagaiman Hisyam?“ Tanya Ibu Hanna membuyarkan lamunanku.“ Kamu tidak perlu khawatir, Saya bukanlah agen penjual anak seperti yang di Tv”Lanjutnya tertawa ringan
“Baiklah, Bos Nyonya” Jawabku setelah memikirkan matang-matang.
Ibu Hanna tersenyum mendengar jawabanku. Senyumnya begitu tulus,seperti senyuman seorang ibu pada umumnya. Ah, andai ibuku masih hidup pasti setiap hari aku akan selalu melihat senyum tulus seperti ini.
“Baiklah kalo begitu, bersiap-siaplah karena mulai besok kamu akan tinggal di rumah Saya” Pungkasnya lembut
Aku menganggukkan kepalaku kemudian beranjak mendekatinya, Kupeluk tubuh wanita cantik tu dengan erat sampai-sampai air mataku tumpah begitu saja. Dari kecil Aku selalu di kucilkan tidak jarang di abaikan banyak orang tapi lihatlah sekarang, Tuhan begitu sayangnya padaku sehingga mengirim orang baik seperti Ibu Hanna yang mau menampungku, seorang anak yatim piatu.
“Terimakasih, Bos Nyonya“ Ucapku terisak.
“Its oke Hisyam. Ini buka apa-apa “ Ujar Ibu Hanna sambil menepuk-nepuk pungunggku. Ah baik sekali wanita ini.
🌺🌺🌺🌺
Aku sudah melakukan packing barang sejak beberapa jam yang lalu dan saat ini aku sudah menunggu Ibu Hanna di halaman kosku. Seperti yang dikatakannya kemarin, ia akan menjemputku pukul sepuluh pagi. Maklumlah, walaupun Aku remaja masa kini tapi untuk handphone Aku tidak punya, boro-boro beli handphone untuk makan saja susah. Jadinya yah begini, Aku harus menunggu tanpa bisa mengetahui sudah sampai mana keberadaan beliau.
Setengah jam kemudian, sebuah mobil SUV keluaran terbaru berhenti di kos-kosan alakadarku.
Aku bernapas lega, Akhirnya yang kutunggu datang juga .Ibu Hanna keluar dari mobil mewahnya dengan anggun dan berkharisma, Damagenya memang ibu-ibu sosialita banget, Aku saja yang masih remaja sampai terkagum-kagum memandangnya.
Ibu Hanna tersenyum melihatku berdiri menyambutnya di depan pagar kost lengkap dengan sebuah tas kusam melekat di punggungku.
“Bagaimana, sudah siap? Tanyanya menghampiriku.Sesekali ku dapati wajahnya mengkerut memandang ke arah punggungku. Ah pastilah dia heran mengapa Aku cuma membawa satu tas ransel saja.
“Iya, Bu. Saya siap” Jawabku antusias.
“Baiklah, mari kita berangkat.
Ini yang Aku suka dari Ibu Hanna, beliau merupakan sosok yang tidak banyak tanya menyangkut barang kepemilikan orang lain,Ia senantiasa diam padahal jika dilihat sedari tadi dia ingin bertanya mengenai bawaanku terlihat dari mulutnya yang beberapa kali terbuka kemudian terkatup lagi.
Aku mengikutinya dari belakang. Wah gila mobilnya keren sekali.
Ibu Hanna membukakan pintu mobilnya, Akupun masuk dan duduk di jok belakang bersama beliau. Sebagai orang yang terbiasa hidup pas-pasan ah bukan tapi serba kekurangan dari kecil, naik mobil mewah tidak pernah terjadi dalam hidupku. Boro-boro naik mobil, naik angkutan umum atau bus saja sangat jarang paling jika kemana-mana Aku lebih suka berjalan kaki karena harus menghemat pengeluaran.
Ternyata begini rasanya naik mobil mewah, joknya empuk ada Ac-nya lagi, jadi aku tidak merasa terlalu gerah.
***
Mobil SUV yang membawa kami berhenti di depan rumah megah ah ini bukan rumah tapi istana menurutku, Aku melihat dari kaca jendela yang sedikit terbuka seorang pria berseragam hitam datang membukakan pintu gerbang tersebut.
Pintu gerbangnya saja sekeren ini, tinggi,kokoh dan terdapat corak di beberapa sudut tiangnya, lalu apa kabarnya suasana di dalam rumah megah itu? pasti sangat mewah. Pikirku.
“Ayo Hisyam kita turun” Ajakan Ibu Hanna membuyarkan lamunanku. Akupun turun dari mobil dan berjalan mengikutinya dari belakang.
“Selamat datang di rumah saya, Syam” Ujarnya setelah kami berada di dalam rumah.
“Eh,i_iya Bos Nyonya.“ Aku menjawab kikuk.Sedari tadi Aku terlalu fokus memperhatikan sekeliling sampai tidak sadar sang tuan mengajakku berbicara.
“Kamu tidak perlu sungkan selama tinggal disini Syam, anggap saja ini rumah sendiri dan satu lagi jangan menyebut saya dengan sebutan Bos Nyonya lagi, rasanya itu menggelikan. Panggil saja Ibu, biar lebih dekat” Titahnya tidak Ingin dibantah.
Aku mengangguk-anggukan kepalaku.“ Siap Bu Bos, eh_Ibu maksud Saya” Ku sunggingkan senyum untuk menutupi kecanggungan di hadapan wanita itu.
“Yah seperti itu, sekali lagi jangan sungkan” Titahnya sekali lagi.“ Kalo begitu mari ikut Saya, Saya akan menunjukan dimana kamar Kamu” Ajak Ibu Hanna seraya beranjak menuju ruangan di lantai dua.
“Bi Idah, ruangan yang saya minta untuk dibersihkan sudah selesai?“ Ibu Hanna bertanya pada Art paruh baya yang sempat berpapasan dengan kami saat menaiki tangga.
“Oh sudah, Bu.“
“Makasih ya, Bi.“
“Sama-sama, Bu.
Kamipun melanjutkan langkah menuju beberapa ruangan. Lima menit kemudian, Kami sampai di sebuah kamar paling pojok yang ada di lantai dua. Ibu Hanna membuka kamar itu dan menunjukan isinya padaku.“ Nah ini kamar Kamu, Kamu bisa melakukan apapun di kamar ini, kecuali pesta narkoba ya!“ Candanya terkekeh.
Aku tersenyum mendengar perkataanya.
“Sekali lagi terimakasih ya, Bu.“ Ucapku tulus.
“Sama-sama, Nak” Jawabnya
“Itu lemari pakaian, semua baju bisa Kamu simpan disitu” Tunjuknya pada sebuah lemari yang terdapat di pojok dekat kamar mandi.
Aku mengikuti arah telunjuk Ibu Hanna,ternyata lemarinya besar sekali seperti lemari yang pernah Kulihat di Tv. Pandanganku bealih pada tas yang ada di punggungku, lemarinya sebesar itu tapi lihatlah pakaian sesedikit ini.
Aku menggeleng-gelengkan kepala dengan pikiranku.
“Di dalam lemari itu juga sudah ada pakaiannya, Kamu bisa menggunakannya “ Tambah Ibu Hanna lagi. Sepertinya wanita ini cenayang bisa-bisanya dia tau apa yang ada di pikiranku.
“Iya, Bu.“Jawabku malu-malu
“Ibu akan turun ke bawah, sebentar lagi Putri Ibu akan pulang dari sekolah. Kamu bersiap-siaplah, siang nanti Kita akan makan siang bersama .“
“Baik,Bu”
***

Komento sa Aklat (13)

  • avatar
    Nurhaida Gultmz

    bagus

    13/04

      0
  • avatar

    good

    01/03

      0
  • avatar
    YatiRandiyati

    suka dengan ceritanya

    03/07/2023

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata