logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 2. Berburu Hantu

Part 2
Berburu Hantu
Setelah mobil berhenti dengan mendadak, Arnof dan yang lainnya turun dari mobil tersebut.
"Beruntung kita tidak kecelakaan. Kalau tidak, gak tahu deh kita masih hidup atau tidak," ujar Pak Hasan.
"Harusnya kita mampir aja dulu di warung untuk minum kopi, biar gak kepuhunan. Masalah itu dia percaya atau tidak, itu urusannya. Asal jangan nyawaku jadi taruhannya," ujar Mang Ucup agak kesel.
Arnof yang awalnya merasa pusing karena terantuk jok mobil bagian depan, kini tertawa terpingkal-pingkal mendengar pembicaraan kedua lelaki tua yang berada di depannya.
"Hahahaha ... kalian lucu banget. Kok tiba-tiba menyalahkan karena gak minum kopi kecelakaan ini terjadi? Ini semua sudah menjadi takdirnya. Maka dari itu kita masih selamat karena kita belum saatnya mati," ujar Arnof setengah mengejek.
Kejengkelan di hati Mang Ucup sebenarnya sudah tidak terbendung lagi, karena sudah menyangkut nyawa. Namun, Pak Hasan selalu memberikan penjelasan kalau untuk saat ini Arnof tidak akan mengerti mitos yang berada ditengah masyarakat Kalimantan. Pak Hasan berpikir, mungkin suatu saat nanti Arnof akan mengerti mitos tentang kepuhunan dan pantangan yang sudah ada di zaman nenek moyang.
Pak Ucup mengeluarkan ponsel dari kantongnya dan menelepon seseorang. Sedangkan Arnof, duduk di bawah pohon ketapang yang berada tepat disamping jalan. Arnof masih terlihat terkekeh mentertawakan perkataan Mang Ucup dan Pak Hasan.
Tidak berapa lama, datang dua orang pemuda menghampiri Pak Ucup dengan membawa dongkrak untuk mengganti ban mobil yang meletus.
Arnof hanya memandang mereka yang sedang mengganti ban mobil. Dia hanya bermain ponsel tanpa membantu atau sekedar mendekatkan diri pada Mang Ucup dan lainnya.
"Do, tolong carikan kopi untuk kami. Tadi kami pengen kopi, tapi terlanjur terlewat. Jadi, gak sempat mampir." Pak Hasan meminta salah satu dari mereka untuk mencarikan kopi.
"Baik, Mang. Nanti ulun carikan."
"Hati-hati, Do," ucap Pak Hasan lagi.
Edo pun segera pergi mencari minuman kopi yang diminta Pak Hasan.
Tidak butuh waktu lama, Edo pun datang dengan membawa lima minuman kopi hitam dengan dibungkus plastik gula dan beberapa gorengan.
Selesai mengganti ban mobil, mereka menghampiri Arnof yang duduk beristirahat di bawah pohon ketapang. Di bawah pohon itulah mereka menyantap gorengan dan kopi yang dibeli Edo.
"Nof, ayo makan gorengan bersama kami," tawar Pak Hasan pada Arnof yang sedang asik bermain ponsel.
"Terima kasih, Pak. Saya lagi tidak berselera makan gorengan, lagi pusing ini," jawab Arnof.
"Coba minum kopi hitam ini, pasti deh tubuhmu akan lebih segar dan pusing juga berkurang," celetuk Amir, pemuda yang bersama Edo tadi.
"Gak, ah. Aku gak suka kopi hitam, pahit," jawab Arnof tanpa menoleh sedikit pun pada mereka yang sedang menyantap makanan.
"Diicip sedikit aja biar gak kepuhunan," sahut Amir pula.
"Ya elah, kepuhunan lagi kepuhunan lagi. Bosan aku mendengarnya," ujar Arnof agak kesal.
"Lah, kita kecelakaan ini juga akibat kepuhanan gara-gara kamu," geram Mang Ucup yang mulai tersulut emosi.
Pak Hasan bingung harus bagaimana lagi membuat keponakannya agar tidak menyepelekan hal yang dianggapnya sepele. Sebab, kematian orangtua Arnof pun akibat mereka kepuhunan, karena ayah Arnof juga tidak memercayai mitos yang sering terjadi. Arnof dan ayahnya memiliki sifat yang sama-sama keras, mereka tidak akan pernah mempercayai walau dia juga mengalaminya.
"Sudahlah, Cup, biarkan dia pada pendapatnya. Kamu tahu 'kan gimana ayahnya dulu, sama keras seperti dia," bisik Lak Hasan menenangkan mang Ucup.
Mang Ucup hanya menghela napasnya, mengingat apa yang dulu pernah terjadi. Sedangkan Edo dan Amir hanya menggelengkan kepala mereka melihat kelakuan Arnof.
Setelah selesai menyantap gorengan, mereka pun pulang dengan sedikit perasaan tenang.
***
"Bang Arnof, mau ikut gak ke tempat temanku? Nanti aku perkenalkan pada mereka. Mereka gaul, lo, dan suka jalan-jalan."
Ican mengajak Arnof sore itu, agar Arnof bisa berbaur dengan warga desa dan tidak dianggap sombong.
"Oke, kalau begitu. Ayo kita berangkat." Arnof menerima ajakan Ican.
Sebenarnya Arnof sudah berumur, tetapi dia lebih suka berbaur dengan orang-orang yang lebih muda darinya. Sedangkan Ican lebih muda lima tahun dari Arnof.
Ican mengajak Arnof ke tempat temannya yang menyukai mistis. Ican lakukan itu agar Arnof sadar, bahwa dunia gaib dan mistis itu nyata adanya.
Rumah Aldi tidak jauh dari tempat tinggal Ican, hanya beberapa jalur yang dilewatinya. Di rumah Aldi sudah ada beberapa orang berkumpul sambil bermain gitar.
"Hai gaes, perkenalkan ini abang sepupuku dari Amsterdam, Arnof namanya." Ican memperkenalkan Arnof pada teman-temannya.
Aldi dan yang lainnya sangat menerima Arnof ditengah-tengah mereka. Begitu pun sebaliknya, Arnof sangat senang berada di antara mereka.
"Di, ada acara apa malam ini? Mumpung malam jum'at, nih," ujar Alfi.
"Eeemmm ... bagaimana kalau kita ke rumah kosong itu," usul Upik pada Aldi.
"Cari kunti itu lagi?" tanya Supri seperti tidak bersemangat.
"Wait, kalian mau ngapain?" tanya Arnof tidak mengerti.
"Bang Arnof pernah lihat hantu tidak?" tanya Alfi.
"Ah, hantu itu sih, cuma rekayasa doang. Mana ada hantu beneran," ujar Arnof sembari tertawa terbahak-bahak.
Aldi dan teman-temannya hanya diam. Karena mereka tahu dari cerita Ican kalau Arnof tidak percaya dengan hal mistis dan sejenisnya. Oleh karena itu, mereka mau mengajak Arnof untuk berburu hantu dengan cara dipancing.
"Waaah ... Bang Arnof gak percaya? Biasanya kalau gak percaya hal semacam itu, pastinya berani, dong," sindir Upik.
"Nah, kalau Abang tidak percaya, bagaimana kalau ikut kami ke hutan sana." Aldi menunjuk hutan yang berada di arah barat.
"Oke, siapa takut! Kita buktikan hantu itu benar ada atau tidak," ujar Arnof yang merasa tertantang.
"Nah, gitu dong. Kalau dari luar negeri itu harus berani diajak berburu hantu," sahut Alfi.
Sementara Yayan hanya diam menyaksikan tingkah polah Aldi dan teman-teman.
"Jam berapa kita mulai?" tanya Ican tidak sabaran.
"Jam sembilan malam ini, ya. Siapkan mental kalian." Kali ini Yayan angkat bicara.
Yayan adalah ahli dalam menaklukan makhluk halus. Dia pula yang bisa membuka mata batin seseorang yang ingin melihat makhluk halus. Tetapi, kadang tanpa dibuka pun, sosok itu bisa saja menampakan dirinya dihadapan mereka yang sombong karena tidak memercayai adanya dunia gaib.
***
Pukul 21.00 Wib.
Semua berkumpul di rumah Aldi. Arnof, Ican, Alfi, Upik, Supri, dan juga Yayan. Mereka menyiapkan peralatan seperti biasanya saat akan berburu hantu. Arnof yang belum mengerti, hanya bisa mengikuti apa yang lainnya lakukan.
Setelah siap dan lengkap, mereka menuju hutan yang sudah disepakati. Arnof yang tidak percaya hantu, berlenggang dengan soknya memasuki hutan yang mereka tuju.
Sementara yang lainnya, sudah mulai berjaga-jaga kalau seandainya hal yang tidak diinginkan terjadi.
Suasana semakin mencekam saat dengan tiba-tiba terdengar gemersik daun yang saling bergesekan seperti tertiup angin. Padahal saat itu, angin tidak terasa sedikit pun.
Arnof yang sedang berjalan di depan, dihentikan langkahnya oleh Ican. Karena merasakan suasana yang tidak lazim. Sedangkan Alfi yang memegang kamera, sudah mulai gemetaran. Sebab terlihat di layar sebuah bayangan melompat dari pohon satu ke pohon lainnya.
"Yan, lihat ini," bisik Alfi sembari menunjuk kamera.
Tanpa mereka sadari, mereka sudah melangkah jauh ke tengah hutan. Arnof yang sempat ditahan langkahnya oleh Ican, merasa bingung. Karena dia tidak merasakan sama sekali aura yang janggal.
"Kenapa sih, menahan langkahku segala? Kalian takut, ya, berada di hutan. Huh, Cemen," ejek Arnof.
Yayan yang merasa Arnof terlalu sok jago, akhirnya menepuk pundak Arnof tanpa berkata apa-apa.
"Apaan, sih!" ujar Arnof tidak suka.
Namun, tidak berapa lama, wajahnya seketika berubah pucat. Arnof melihat cahaya LAMPU dari jauh yang ternyata itu sebuah kepala makhluk halus yang menakutkan. Dalam sekejap, Arnof berbalik arah dan berlari meninggalkan Ican dan teman-temannya.
Ican melihat Arnof lari tunggang langgang segera menyusul. Disusul dengan teriakan Yayan yang mengharuskan mereka untuk segera keluar dari hutan. Karena hantu obor telah mengejar mereka.
.
Sampit, 14 September 2022
____________________________

Komento sa Aklat (227)

  • avatar

    Sangat bagus,saya suka.

    2d

      0
  • avatar
    rmscarlos

    the best👍

    27/07

      0
  • avatar
    tnsrynAgs

    seru sekali

    28/06

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata