logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

STANDARD EFFECT The Hidden Heir

STANDARD EFFECT The Hidden Heir

RieZicha


Tak Berniat Menolong

Draga memiliki kebiasaan yang sangat ketat setiap hari. Dia bangun tepat pukul 5.00 pagi, tak lupa melakukan stretching setelah bangun tidur dan di lanjutkan dengan ritual mandi selama tepat 20 menit, sarapan tepat pukul 5.45 dan dengan durasi tak kurang dan tak lebih selama 20 menit. Begitu seterusnya rutinitas yang dia jalani sehari-hari seperti tanpa ada rasa bosan sebelum berangkat ke kantor.
"Pagi Pak Draga..." dengan senyum genit para wanita di perusahaan tempatnya bekerja menyapa setiap pagi walau diacuhkan oleh nya, mereka seperti tak ada hentinya mencoba untuk mencuri perhatian manager Produksi itu.
"Laporan hasil produksi kemarin bawa keruangan saya." Draga meminta assisten nya untuk membawakan laporan rutin setiap pagi hari.
"Ini laporan nya Pak, dan ini Surat Pengunduran diri saya." Draga langsung menatap assisten nya yang sudah menemaninya selama tiga tahun terakhir itu.
"Kenapa? apa aku terlalu kejam? atau pekerjaan nya terlalu berat?"
"Bukan itu semua Pak, tapi saya akan menikah jadi saya hanya ingin dirumah mengurus rumah tangga." jelas sang assisten dengan senyum ramah.
"Baiklah, aku juga tidak bisa memaksa, namun kau harus tunggu assisten pengganti mu siap, jadi jika sudah ada pengganti mu kau yang akan melatih dia kurang dari satu bulan dan dia harus sudah mengerti tugasnya, baru kau bisa meninggalkan pekerjaan mu." Assisten itu menyetujuinya dan pamit kembali ke tempatnya yang berada diruangan terpisah.
Rutinitas Draga seperti biasa, jam 1 tepat dia sudah tiba di divisi produksi untuk mengecek progres dan kinerja karyawan dan teknisi. setelah itu kembali ke ruangannya untuk mereview hal apa saja yang kurang di bagian produksi. Asistennya dengan setia mendampingi dan menyediakan segala hal yang dibutuhkan Draga sebagai manajer produksi dengan cekatan dan penuh ketelitian.
Seperti halnya hari ini yang akan di adakan meeting oleh jajaran Direksi, Draga harus ikut serta karna menyangkut Proyek baru yang akan dia garap bulan depan.
Meeting pun selesai sedikit lambat, Draga kembali ke ruangannya dengan wajah masam karena banyak perdebatan terjadi, namun dia tetap fokus bekerja hingga jam pulang tiba.
Karna hari ini pekerjaan begitu membuatnya penat akhirnya dia memutuskan untuk singgah di Cafe sekedar meminum minuman dingin. Setelah dia memesan dan mencari-cari tempat duduk, saat menemukan meja kosong dengan dua kursi Draga bergegas menuju meja itu, duduk dengan nyaman sambil menyesap Es kopi latte yang baru saja dia beli.
Namun tiba-tiba langkah tertatih dengan suara nafas seorang gadis yang terengah terdengar berada di sekitarnya, Draga mengerutkan keningnya dan terkejut saat Dy menundukkan pandangannya sedikit kelantai. Dia melihat seorang gadis tengah berjalan jongkok tepat di bawah mejanya dan dengan serampangan mengambil majalah yang tersedia dan mengambil kursi kosong di seberang Draga.
"Maaf Kak, aku ingin bersembunyi sebentar disini boleh yah? please... help me ya?"
Draga hanya acuh tak acuh membiarkan gadis itu duduk di seberang nya sambil pura-pura membaca majalah.
Di luar cafe tampak orang-orang berpakaian rapi mengedarkan pandangan mereka tepat didepan cafe tempat Draga singgah. Karena panik gadis itu kemudian bersembunyi di bawah meja, hal itu membuat Draga sungguh tidak nyaman, namun dia pun tidak bisa menghindari situasi.
Beberapa menit berlalu, setelah di rasa aman dan dengan penuh kecemasan gadis itu melongok sedikit dari bawah meja.
"Mereka sudah pergi."
Ternyata tanpa sadar Draga memperhatikan orang-orang itu yang sedari tadi mengedarkan pandangan dengan raut wajah yang sulit ditebak mencari-cari seseorang, dan karena tidak membuahkan hasil mereka pun naik kedalam mobil dan pergi.
"Apa kau yakin?"
Gadis itu mencoba memastikan
"Ya."
Draga menjawab singkat sambil meminum es kopi latte nya.
"Hah... Syukur lah..."
Gadis itu berusaha keluar dari bawah meja namun naas kepalanya terantup sisi meja dan membuat es kopi latte di atasnya tumpah ke pakaian Draga.
"Astaga! ini kah balasan mu setelah aku menolong mu?" Draga adalah seorang OCD, yang pasti akan sangat kesal dan terganggu dengan masalah kebersiha tubuhnya bahkan lingkungan sekitarnya. Dengan wajah kesal dan sikap jengkel yang tak ditutupi Draga segera pergi dari cafe itu untuk pulang kerumah membersihkan diri.
"Kakak! maafkan aku! aku sungguh tidak sengaja...!"
Gadis itu terus berteriak sambil mengejar Draga yang berjalan sangat cepat menuju mobilnya.
"Aku akan mengganti kerugian mu sungguh...!"
Gadis itu akhirnya sampai tepat di depan mobil Draga dan menghadangnya.
Draga yang mulai kesal dengan tingkah gadis itu pun menurunkan kaca mobilnya dan memandang gadis itu dingin.
"Apa lagi?" Draga berdecak dengan raut kesal.
"Aku akan membawa pakaian mu ke laundry." Dengan gugup gadis itu menawarkan bantuan sebagai tanda rasa tanggung jawabnya.
"Lalu, selama pakaianku di laundry apa yang harus aku kenakan?" Pertanyaan itu sungguh tak terpikirkan oleh gadis itu, sehingga membuatnya terdiam kebingungan.
Draga menatap gadis itu dengan intens, lalu menghela nafas panjang, sambil hendak melajukan mobilnya.
"Kakak, apa aku boleh menumpang mobilmu sampai Hotel Marilyn? aku harus mengambil barang ku, tapi dompetku tertinggal di sana, dan aku tidak punya uang, tolong aku sekali lagi ya?"
Gadis itu memelas dengan wajah yang sangat menyedihkan membuat Draga sedikit tergerak dan membuka pintu penumpangnya untuk gadis itu.
"Terima kasih kakak."
Namun saat gadis itu masuk kedalam mobil Draga melihat kaki gadis itu tak mengenakan sepatu atau sandal dan terlihat darah keluar di area tumit dan jari kakinya.
"Kau lari bertelanjang kaki?" Draga mengerutkan keningnya sambil menatap ke arah kaki gadis itu.
"Iya, aku panik saat di sergap oleh mereka jadi aku langsung lari tanpa memakai alas kaki, beruntung aku masih berpakaian."
Dengan senyum konyol gadis itu memberitahu alasannya.
"Kau bukan pencuri kan?"
Draga menatapnya curiga.
"Hey, apa aku terlihat membawa barang curian? uang saja aku tidak ada, lalu apa yang aku curi..."
Gadis itu sedikit tidak terima dengan tuduhan Draga, namun kemudian Draga meminta maaf dan melajukan mobilnya ke jalan raya.
Saat belum berapa jauh Draga menepikan mobilnya di sebuah toko dan meminta gadis itu untuk mengikutinya.
"Turun lah." Draga memerintah dengan nada lembut sambil keluar dari mobil.
"Tidak aku disini saja, aku tidak akan kemana mana." Dengan senyum yang dipaksakan gadis itu ingin tetap di dalam mobil dan tak mau keluar.
"Turun, luka mu harus di obati dan kau juga harus memakai alas kaki." Draga mulai menaikkan intonasi suaranya.
"Tidak usah kak, aku baik-baik saja, tolong turunkan aku di hotel Marilyn saja, tidak usah merepotkan lagi." Kemudian Draga melempar sebuah pakaian yang dia raih dari kursi belakang ke pangkuan gadis itu.
"Kenakan jaket ku dan kacamata itu, agar tidak ada yang mengenali mu."
Gadis itu masih terlihat ragu dan takut namun akhirnya dia mau juga mengenakan jaket dan kacamata hitam milik Draga.
Mereka berdua masuk ke sebuah mini market dan Draga langsung mencari beberapa obat oles, kapas dan plester, sedangkan gadis itu menunggu di kursi yang berjajar di dalam mini market itu.
Setelah di rasa semua yang dibutuhkan sudah di dapat tanpa kata Draga menghampiri gadis itu lalu berlutut dihadapannya, meraih kakinya, dan mulai membersihkan lukanya, setelah selesai tak lupa Draga memasang plaster di setiap luka yang ada kaki gadis itu.
"Kau diam?"
Gadis itu ternyata sedang melamun tak memperhatikan Draga.
" Maaf aku melamun." Dengan tergeragap dan masih mengalihkan pandangan gadis itu meminta maaf.
"Tidak apa, aku sudah selesai mengobati luka mu, sekarang kau bisa kenakan sandal ini."
Yang di belikan Draga adalah sandal rumahan berlapis bulu berwarna pink manis dan ada telinga kelinci di atasnya.
"Wah sendal ini manis sekali, seperti untuk anak-anak."
Gadis itu berbicara sambil tersenyum memandangi sandal yang ia kenakan.
"Bukankah kau masih anak-anak?" Draga menautkan alisnya merasa heran.
"Tidak, aku sudah 27 tahun." Gadis itu menjawab dengan sikap yg sedikit enggan.
"Biasanya yang suka kabur adalah anak-anak remaja yang sedang tantrum, itu yang aku tahu."
Draga mengungkapkan pendapatnya.
"Tidak seperti itu, aku hanya ingin bebas, itu saja."
Gadis itu meminum air mineral yang baru saja di berikan padanya oleh Draga.
"Apa kau terlibat praktek prostitusi?"
Draga kembali memasang wajah curiga. Namun dengan spontan gadis itu terbatuk menyemburkan air yang baru saja masuk ke dalam tenggorokan nya.
"Astaga, Aku masih perawan! kakak tuduhan mu itu sangat keterlaluan."
Gadis itu kesal dan tanpa sadar berteriak tentang dia yang masih perawan.

Komento sa Aklat (104)

  • avatar
    Wan Wandix

    jahgejgakudna

    8d

      0
  • avatar
    SakinahImratus

    cukup bagus

    20/08

      0
  • avatar
    FarhanLambao

    kisah ini sangat seru

    18/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata