logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Mertuaku Sandah

Mertuaku Sandah

Khanza Az-Zahra


Bab 1. Pulang Kampung

Baru dua bulan menikah dengan Bang Bayu, kami harus pulang ke kampung halamannya. Karena lbu Bang Bayu sakit keras. Bang Bayu adalah anak pertama dan satu-satunya lelaki dari dua saudaranya yang perempuan. Oleh sebab itu tanggung jawab jatuh kepada Bang Bayu, karena ayahnya sudah meninggal satu tahun yang lalu.
Menuju ke kampung halaman Bang Bayu yang ada di pedesaan Kalimantan, cukup memakan waktu. Sekitar delapan jam lebih perjalanan dari arah kota yang kami tempati.
Kampung Bang Bayu sangatlah jauh. Untuk sampai ke sana, kami harus melewati jalan sempit yang tak bisa di lalui oleh mobil. Karenanya, kami menggunakan kendaraan roda dua dari awal perjalanan kami.
***
Sesampainya di rumah Mertua, hari sudah menjelang magrib. Dua adik Bang Bayu menyambut kami dengan wajah yang penuh kesedihan.
Benar, Bang Bayu hampir dua tahun tak pulang ke kampung halamannya. Karena sibuk dengan pekerjaannya di kota. Sehingga tidak melihat langsung kondisi lbunya yang sedang sakit.
Di kampung yang terpencil itu, sangat sulit untuk mendapatkan akses internet, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan panggilan video.
"Assalamualaikum."
"Waalaikum salam." Kami disambut adik Bang Bayu.
Adik-adik Bang Bayu mencium punggung tangan kami.
"Bagaimana keadaan lbu, Dek?"
"Abang lihat sendiri gih, ke dalam kamar lbu."
"Biar Nanda dan Santi yang memasukan barang-barang yang Abang bawa."
Kami pun segera masuk dan langsung menuju kamar ibunya Bang Bayu.
Sesampainya di kamar.
"Astagfirullah .... Ibu!" Bang Bayu berteriak kaget.
Aku pun terkejut setelah melihat kondisi lbu Mertua.
"Kenapa bisa seperti ini, Bu?"
"Santi, Nanda, Kemari kalian." Bang Bayu memanggil kedua adiknya.
Aku hanya bisa mematung di samping pintu, terkejut dengan apa yang baru saja kulihat. Aku tak pernah melihat kejadian ini sebelumnya.
"Kenapa dengan lbu?" tanya Bang Bayu.
"Sudah berapa lama seperti ini?"
"Ibu sakit sudah enam bulan yang lalu, Bang. Tapi, ini terjadi baru dua minggu," jelas Santi.
Kondisi lbu Mertua sangatlah memprihatinkan. Tubuhnya sangat kurus, tapi wajahnya itu yang membuat aku sangat merinding. Ngeri melihatnya, wajah yang sangat lebar tidak seperti ukuran manusia normal, dengan rambut panjang yang acak-acakan tidak terawat.
"Bagaimana badan lbu sangat kurus begini, kalian tidak memberinya makan, ya?" Bang Bayu marah setelah melihat keadaan lbunya.
"Ibu selalu makan, Bang. Bahkan gak terkendali makannya." Si bungsu Nanda menimpali.
Belum selesai Nanda dan Santi bercerita, lbu sudah memanggil mereka.
"Santi ... Ibu mau makan, laper sekali ini." Dengan suara serak, lbu memanggil Santi.
"Tuh, kan makan lagi. Ini sudah yang ke tujuh kali makannya, Bang. Ntar abang juga bakalan tahu, kok."
Santi kemudian menuju dapur untuk mengambil sepiring nasi penuh buat lbunya.
Aku sejak tadi hanya bisa diam. Belum mengerti dengan semua keadaan ini.
Sepiring nasi pun disodorkan kepada lbu, lbu menerima dan langsung melahapnya.
Ngeri, aku sungguh ngeri melihat cara makan lbu. Ibu makan tidak menggunakan tangan atau pun sendok. Namun, sepiring nasi penuh itu langsung saja dimasukan kedalam mulutnya dengan sekejap.
Perut terasa mual saat melihat itu semua. Aku segera pergi keluar untuk memuntahkan semua isi perut.
Bagaimana tidak jijik melihatnya, makanan penuh di piring dan menggunung itu langsung ditelannya hanya dalam beberapa detik. Itu pun lbu masih minta tambah lagi karena masih kurang.
Bang Bayu menyusulku keluar.
"Kenapa, Yang?"
"Perutku mual, Yang. Mungkin masuk angin," kilahku.
"Ya sudah, kamu segera beristirahat saja di kamar," sahut Bang Bayu.
Aku pun menuju kamar yang bersebelahan dengan kamar lbu Mertua. Aku segera membaringkan diri, dan terlelap tidur.
****
Aku terbangun saat mendengar suara gaduh dari kamar lbu. Tak terlihat Bang Bayu di sampingku, entah ke mana dia. Kulirik jam yang melingkar di tanganku, sudah menunjukan pukul satu dini hari.
Aku segera beranjak dari tempat tidur dan menuju ke kamar lbu.
Di kamar, lbu tak terlihat. Kemana lbu? Bukankah dia sedang sakit dan tak bisa berdiri. Tapi, kemana dia sekarang?
Jam segini lbu kemana? Bukankah dia sedang sakit? Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikiran.
Hhmmm ... mungkin Bang Bayu membawa lbu berobat, dia 'kan juga gak ada di kamar. Lagi pula aku tadi tertidur lelap, pasti lbu di bawa saat aku tertidur tadi.
Aku segera kembali ke kamar dan ingin melanjutkan tidur. Tapi, perut terasa lapar, aku melangkah ke dapur untuk mengambil makan.
Kubuka tudung saji yang ada di meja makan, tak ada apa pun di dalamnya. Lalu, kubuka kembali lemari yang ada di dapur tempat penyimpanan bahan makanan, terlihat ada sebungkus mie instan.
Kunyalakan kompor dan merebus air untuk memasak mie instan. Di tunggu beberapa menit, akhirnya mie pun selesai dimasak. Kutuangkan mie ke dalam sebuah mangkuk dan aku pun mulai menikmatinya.
"Miiirrr ...." Suara serak memanggilku.
Tengkuk langsung merinding. Kuedarkan pandangan ke sekeliling, tak ada siapa pun di sana. Saat ingin melanjutkan makan, suara itu memanggilku lagi.
"Miiirrr ...."
Kuhentikan makan dan melangkah ke arah sumber suara. Suara itu seperti terdengar dari dalam kamar lbu.
"Bukankah lbu gak ada di dalam!?" gumamku.
Kuputar knop dan pintu terbuka.
Krriiieeettt
Suara pintu kamar lbu membuatku merinding. Aku terkejut setelah melihat ke dalam kamar lbu. Ibu terbaring tidur di atas ranjangnya.
"Lho, bukannya lbu tidak ada di kamar tadi, kenapa sekarang sedang tidur." Aku semakin merinding mengingatnya.
Bergegas kututup pintu kamar lbu dan kembali menuju dapur untuk menghabiskan makanku yang tertunda.
Di dapur, aku dibuat terkejut untuk kesekian kali. Mie yang masih banyak kutinggal di atas meja, kini ludes.
"Siapa sih yang memakan mie-nya? Ukh, jangan-jangan Bang Bayu nih, yang ngerjain aku." Aku jadi kesal dan melangkah ke kamar.
"Tuh, kan benar, Bang Bayu pura-pura tidur." Aku semaking ngambek.
"Yang, bangun, dong. Kamu ya, yang memakan mie instanku tadi?" Kugoyang tubuh Bang Bayu.
"Hhmmm ... ada apa sih, Yang?" tanyanya dengan berpura bego.
"Yang, aku tadi kan masak mie instan buat makan. Pasti deh, kamu yang menghabiskannya saat aku ke kamar lbu."
"Apa sih, Yang? Aku 'kan tidur dari tadi. Mie apa?"
Wajah Bang Bayu seolah mengatakan yang sebenarnya. Apakah Benar Bang Bayu tidak memakannya? Kalau memang benar, lalu siapa yang telah menghabiskan mie instan yang kumasak barusan? Ataukah Bang Bayu hanya bercanda?

Komento sa Aklat (370)

  • avatar
    baihaqyBrian

    sangat bagus

    8d

      0
  • avatar
    Ezrah Mgzk

    good

    11d

      0
  • avatar
    dahjubai

    500 poi

    14d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata