logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Chapter 29

Dara sedang duduk dengan bersandar kepala ranjang. Di tangannya terdapat gawai kesayangan. Gawai dengan lambang apel di gigit. Matanya tak lepas mengawasi gambar Kania yang ada di dalamnya. Pikirannya terus berkelana kepada wanita yang sempat dia temui beberapa kali namun tak pernah tahu siapa namanya. Siapa yang menduga jika dia akan berkenalan langsung dengan seseorang ingin dia temui itu.
“Embun.” Iya Dara masih ingat betul siapa nama perempuan yang tadi siang dia temui. Perempuan dengan kulit putih dan rambut hitam panjang sebatas punggung. Entah mengapa dia merasa mengenal Embun. Mata indah dan lesung pipi jika perempuan itu tersenyum seakan sering Dara lihat. Dara tak merasa asing dengan ekspresi tersebut. Sekilas Kania seperti kemiripan dengan Embun. Tapi bagaimana mungkin?, mungkin hanya pikirannya saja.
“Aku pikir kamu belum pulang.” Dara terlonjak dari lamunannya. Tanpa memandang-pun Dara jelas tahu siapa pemilik suara itu. Dara memandang ke arah lelaki yang baru masuk ke kamar. Jam menunjukan pukul enam kurang namun sang suami telah sampai rumah. Alfan dan Dara memang jarang pulang hingga larut. Batas waktu maksimalnya pukul delapan malam. Alfan selalu mengusahakan pulang sebelum jam makan malam.
“Tadi pulang sebelum jam lima.” Jawab Dara masih dengan posisi yang sama. Alfan hanya ber oh ria sebagai reaksi. Tangannya sibuk membuka dasi yang seakan mencekiknya seharian ini. Tas kerja yang di bawa dia biarkan begitu saja di atas meja.
“Aku mandi dulu. Gerah banget.” Ucap lelaki yang berperawakan tinggi tegap tersebut. Kakinya melangkah ke arah lemari pakaian setelah sebelumnya mengambil handuk.
“Al.” Sebelah tangan Alfan yang ingin membuka pintu kamar mandi berhenti, kepalanya menoleh ke sumber suara yang tadi memanggilnya.
“Ya?”
“Sekalian wudhu, aku tunggu kamu. kita sholat berjamaah nanti.” Alfan mengerjapkan matanya yang membuat Dara tersenyum kecil melihatnya. Dara tentu tahu keterkejutan yang di alami Alfan sebab permintaannya tadi. Kernyitan tampak di kening Dara ketika bukannya masuk kamar mandi justru Alfan melangkahkan kakinya ke arah tempat tidur mereka.
“Normal kok, enggak panas. Tapi kok aneh ya?” sentuhan Alfan di kening Dara sungguh luar biasa hebatnya. Bahkan untuk bernafas atau berkedip sekalipun dia kesulitan. Apalagi jantungnya yang tiba-tiba berdetak tidak karuan. Bau keringat yang bercampur dengan parfum sang suami membuat dirinya ingin memeluk tubuh jangkung lelakinya.
“Kamu habis kesambet malaikat dari mana sih, Ra?” Dara menepis tangan Alfan yang mengusap pelan pucuk kepalanya. Pasalnya ekspresi sang suami sungguh menjengkelkan. Bukannya senang di ajak beribadah bersama justru menggodanya kesambet. Duh sepertinya Dara memang kesambet, kesambet cinta Alfan lebih tepatnya.
Tangan Dara memukul dada Alfan yang masih memakai pakaian lengkap. Sontak tawa Alfan seketika pecah. Ruangan yang tadinya sepi sekarang ramai karena tawa Alfan dan omelan Dara yang tak terima di sebut kesambet oleh sang suami. Bibir Dara masih terus menggerutu sebal.
“Sudah ah, sakit tahu. Ini nanti bisa aku laporin ke Kak Seto. Namanya kekerasan dalam rumah tangga.” Tangan Dara tiba-tiba berhenti memukuli sang suami. Kening Dara sontak berkerut ke dalam. Tatapannya mengarah ke sang suami yang tengah tersenyum manis kepadanya.
“Lah kenapa lapor ke Kak Seto?, memangnya kamu masih di bawah umur?”
“Tentu. Umurku saja belum ada tujuh belas tahun. Jadi masih bisa di kategorikan di bawah umur.” Ucap Alfan dengan kerlingan mata genit yang membuat Dara terkejut. Tak menyangka jika manusia seperti Alfan bisa bersikap seperti itu. Mungkin jika bukan dirinya sendiri yang mengalami dia akan percaya. Makhluk seperti es dan gila seperti Alfan bisa bersikap genit. Untung dia hanya bersikap demikian kepadanya, bagaimana kalau Alfan melakukan hal tersebut kepada wanita yang terang-terangan mengagumi sang suami. Bisa-bisa rumah sakit akan ramai pasien yang terkena serangan jantung mendadak. Dia yang sebagai istrinya saja seakan jati ikan yang terkapar di darat karenanya.
“Situ masih di bawah umur?, terus Kania apa kabar?” tanya Dara yang berhasil menormalkan detak jantungnya.
“Kania baik. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan putriku.”
“Mana ada anak di bawah umur yang sudah memiliki anak.”
“Kamu tidak tahu saja jika banyak remaja yang sudah terbiasa dengan tindakan itu. Kamau sendiri sudah menikah malah suaminya di anggurin?, di kasih kentang tiap malam. Sudah nikah berbulan-bulan tapi masih perawan.” Ucap Alfan yang membuat Dara kehabisan kata. Apakah secara tidak langsung Alfan meminta hak nya sebagai suami?, tapi bukannya Alfan masih mencintai mamanya Kania. Dia ingin melepas keperawanannya untuk seseorang yang dia cintai dan mencintainya. Tapi bukannya saat ini mereka telah sah sebagai suami istri?, Tuhan apakah aku harus pura-pura pingsan saja?

Komento sa Aklat (913)

  • avatar
    IzzariMukhsin

    yes

    08/08

      0
  • avatar
    DelSun

    👌🏻

    07/08

      0
  • avatar
    Ng Shu Yu

    Best laa jgk

    07/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata