logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

My Partner

My Partner

Iruthy


Smile

Danny memastikan tampilannya pagi ini sebelum berangkat. Alis check, rossy cheek, orange plum lips. Tak lupa ia menyemprotkan parfum buatannya sendiri dan mengantonginya untuk berjaga - jaga. Setelah menunggu satu tahun lamanya. Perekrutan karyawan baru di Perusahaan Parfum Internasional Arc ~ en ~ ciel kembali di buka. Kali ini, ia harus berhasil.
Ia mengambil tas slempang di atas ranjang berisi berkas berkas yang di perlukan. Lalu memakai high heels sesuai dengan stelan blue skynya. Sambil bersenandung, ia melangkahkan kakinya ke lantai bawah. Danny mampir ke meja makan saat melihat si pemilik rumah duduk di sana, menikmati sarapan pancake dan kopi yang ia buat tadi.
“Mas Matthew, ini parfum pesenannya.” Danny menyerahkan paper bag berwarna biru pada pria bermata sipit di hadapannya.
“Uangnya butuh sekarang apa ntar pas gajian aja?” Tanya Matthew membuka tutup botol kaca berukuran 50ml, menempelkan ujung hidungnya ke lubang pump.
“Mas,jangan dalem dalem! Nanti kesedot lho. Idungnya jadi kayak cu pat kai.” Goda Danny membuat Matthew tertawa, padahal tadi ia sedang menikmati wangi parfum kesukaannya.
“Mas, kasi cash aja boleh nggak sekarang? Buat uang saku,” kata Danny ber aegyo.
“Loh... Tumben amat ke kafe butuh uang saku?” Matthew menarik dompet leather dari saku belakang.
“Pasti chat aku semalem nggak di baca, mas. Hari ini aku ijin nggak masuk kerja, mau ikut seleksi karyawan baru di Arc ~ en ~ ciel perfume. Hih!” Danny mengambil beberapa lembar AUD yang di sodorkan Matthew.
Pria itu berdehem, mencoba mengingat ingat chat masuk. Sepertinya memang terlewat. Semalam ia sibuk sekali menilik laporan keuangan kafe sampai tertidur di meja kerjanya. Kalau sudah memejamkan mata. Sirine kebakaranpun tak akan terdengar ditelinganya.
“Uda bilang sama Min kamu?” Tanya Matthew menatap gadis yang masih berdiri di hadapannya.
“Uda dong. Dari kemarin malah, yaudah. Aku berangkat dulu ya mas. Bye.” Danny segera beranjak begitu melihat arah jarum jam. Ia tidak boleh terlambat. Ini kan hari penting!
“Bos kamu itu aku lho. Tapi, kalo nggak masuk ijinnya selalu ke Minara duluan. Bukan ke aku.” Matthew memrotes, meletakkan cangkir teh earl greynya ke meja.
“Abis mas galak. Serem. Daaah Mas.” Danny melambaikan tangan sebelum menghilang dari balik pintu.
Matthew menghela nafas, mengambil smartphonenya dengan mode kamera depan aktif. Mencoba tersenyum, menampakkan kedua lesung pipinya di kedua sisi wajah. Lalu menggembungkan kedua pipi, masih kesal akan perkataan Daniella barusan. Lalu ia kembali tersenyum, kemudian menampakkan wajah datarnya dan tersenyum lagi. Kenapa ia seperti orang bodoh sih?
“Serem darimana coba? Orang imut gini,” ujar Matthew membawa piring serta gelas kotor untuk di cuci.
***
Oh iya. Danny ini lulusan ISIPCA ( Institut supérieur international du parfum, de la cosmétique et de l'aromatique alimentaire ) itu lho sekolah khusus di Perancis untuk studi pasca sarjana di bidang parfum , produk kosmetik dan formulasi rasa makanan, dengan masa magang di industri.
Daniella ini menempuh S1 Kimia Murni di Universitas Gajah Mada sebagai syarat untuk mengambil gelar master di ISIPCA. Di sana Danny fokus ke bidang parfum. Sebenarnya dengan pengalaman magang dan sertifikat perfumer yang ia pegang. Danny sudah bisa membuat trade mark parfum sendiri. Bahkan ia bisa memulai bisnis dengan itu. Tapi, itu malah sama sekali tak terpikirkan oleh Daniella.
Tujuan hidupnya saat ini hanya menjadi karyawan perusahaan parfum terkenal nomor dua di dunia. Tak lain dan tak bukan adalah Arc ~ en ~ ciel Perfume. Danny sangat mengagumi sosok wanita yang membangun perusahaan itu. Inspirasinya sedari kuliah S1 dulu, Zafrina Eleanor Quinn. Menyebut namanya saja sudah membuat Daniella kegirangan. Apalagi dapat bekerja dengannya.
Ia datang ke Australia berbekalkan Work and Holiday Visa (WHV), kebetulan di negri Kangguru itu sudah banyak warga Indonesia yang menetap. Jadi, ia tidak kesusahan untuk beradaptasi. Mulai dari teman-teman Matt hingga karyawan tempat ia bekerja semuanya orang lokal.
Danny setengah menjerit, hampir saja ia kebablasan jika tak segera turun di halte ini.
Hup!
Ia berhasil keluar dari bis tanpa hambatan. Jantungnya masih berdebar-debar. Ia berusaha menarik nafas dan menghembuskannya selama beberapa kali. Gadis itu mengipas-ngipasi wajahnya yang terasa agak panas. Lalu ia mendongak, mendapati gedung tinggi menjulang tepat tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang Sebuah senyuman kecil muncul pada wajah cantiknya.
Terdengar bunyi notif chat masuk. Dari Matthew, pria itu memintanya agar tak lupa untuk tersenyum serta beberapa motivasi lain. Ia terkekeh, dan segera membuka papan tombol untuk membalasnya. Daniella tampak takjub mendapati keadaan sekitar di mana banyak orang berlalu lalang dengan tampilan yang sangat modis, sekali lagi ia menilik outfitnya hari ini. Ia mengangguk yakin, mengepalkan tangan kanannya dan bersorak ‘fighting’ sebelum masuk melalui gerbang yang ramai.
Sementara di rumah, Matthew menggerutu, kenapa Allie gampang sekali mengetik kata babe saat chat dengannya. Kan orang bisa salah paham. Ah iya, asal kalian tahu. Matt lebih suka memanggil nama belakangnya di banding Danny. Jadi, jangan heran.
Matthew ini sering di panggil Landlord oleh Danny karena kebetulan ialah pemilik rumah yang salah satu kamarnya disewa oleh gadis cantik itu. Pria ini asli orang Indonesia yang kebetulan tengah merintis karir di Australia dengan membuka kafe. Dan sekarang selain tinggal dirumahnya, Danny juga bekerja ditempat yang sama dengan Matt. Sebelumnya perempuan itu terus berganti-ganti pekerjaan sesuai dengan ketentuan visa yang ia pegang saat ini.

Komento sa Aklat (2781)

  • avatar
    Rg Magalong

    Sana Mas madali

    12d

      0
  • avatar
    yantiely

    😭😫

    22/07

      0
  • avatar
    PratamaZhafran

    aku sama sekali tidak bosan membaca ini dengan ska

    12/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata