logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Canduku

Anna bersandar dan merangkulkan tangannya di leher Ethan. Dengan mata terpejam, Anna memusatkan perhatiannya hanya untuk Ethan. Sentuhan jemarinya di leher Ethan menyebarkan sinyal ke seluruh tubuhnya agar meresponnya.
Ethan lalu menjelajahi cerukan lehernya yang putih seperti porselen dan menyesapnya pelan. Anna segera mendesah dan mempererat rangkulan tangannya. Wanita ini benar-benar membuatnya lupa dimana Ethan berada. Dia ingin menjelajahi seluruh tubuhnya, sampai tiba-tiba ada ketukan di pintu.
Anna terlonjak dan tersadar dari gairahnya dan segera mendorong Ethan. Mereka saling bertatapan dengan jantung berdebar dan napas terengah-engah. Bagaimana tubuh mereka bisa begitu cocok dan bereaksi sempurna, hanya dengan ciuman yang awalnya iseng belaka? Wajah Anna memerah dan Ethan merasakan gairahnya yang terbakar. Tadi dia hanya berencana untuk memberi Anna pelajaran, tapi sepertinya Ethan tidak bisa bermain dengannya, ciuman Anna terasa berbeda.
"Ya masuk," ucap Ethan dengan suara serak, sepertinya dia akan membutuhkan sebotol air dingin lagi. Dia masih menatap Anna yang kini berjalan menuju sofa dan mengambil botol air minumnya tadi. Daniel masuk sambil membawa dokumen, dan walau sekilas melihat Anna seperti biasa, dia tidak pernah berkomentar apa-apa. Anna segera menghabiskan isi botol airnya.
"Apa ini?" tanya Ethan bingung.
"Saya menemukan dokumen menarik," ucap Daniel penuh arti. Ethan membawa dokumen itu sambil berjalan menuju meja lalu mulai membaca. Anna tidak berani menatap maupun melihat ke arah Daniel.
Ethan pada awalnya sulit berkonsentrasi dengan data yang ada di hadapannya walau AC kantornya berjalan dengan baik dia masih merasa kepanasan. Ethan melirik ke arahnya yang duduk diam sambil merapikan rambutnya, rambut yang tebal dan wangi tadi, aish fokus Ethan! Dia menarik napas panjang lalu mulai membaca ulang untuk kelima kalinya dokumen di hadapannya.
"Ini?" Ethan terbelalak membacanya. Daniel mendekat dan berdiri di hadapan mejanya lalu membersihkan tenggorokannya.
"Tepat sekali, ini daftar transfer Opa, ... sepertinya rutin, dan di baliknya ada surat perjanjian hutang," jawab Daniel menunjuk ke kertas di balik kertas yang sedang dipegang oleh Ethan.
"Maria Federica." tanpa sadar Ethan begumam membacanya. Anna segera menoleh ke arahnya.
"Kenapa? Ada apa dengan mamaku?" Dia berdiri mendekati Ethan, mengkonfirmasi siapa Maria Federica itu.
"Apa itu?" tanyanya lagi, tiba-tiba Anna sudah di sebelah Ethan, ikut menunduk lalu menarik dan membaca surat di tangan Ethan.
"Ish, aku yang sedang baca, kenapa kamu yang pegang," ujar Ethan kesal menarik lagi kertas itu memindah kertas itu ke tangannya yang lain, tapi dia malah ke belakang Ethan, mengikuti kertas dan mencoba meraihnya sehingga Anna tanpa sadar merangkul Ethan dari belakang.
"Aku mau baca, kenapa ada nama mamaku di situ." Anna meletakkan kepalanya di lekukan leher Ethan dan mulai membaca. Anna sudah terlalu nyaman dengan Ethan, sehingga melakukan itu semua tanpa berpikir.
"Ehmm, … sebaiknya saya tunggu di luar pak." Jelas sepertinya Daniel menjadi malu melihat pemandangan di hadapannya. Ethan mengangguk pelan lalu dia membalasnya dan segera pergi.
Karena kepergian Daniel yang tiba-tiba, Anna menyadari perbuatannya lalu segera melepaskan rangkulannya, dan mundur tapi Ethan lebih cepat, dia segera menarik pinggangnya yang ramping sehingga dia jatuh ke pangkuannya.
"Ethan!" pekiknya tertahan. Ethan tersenyum mendengar Anna memanggil namanya. Anna segera mencoba berdiri. Ethan memaksanya tetap duduk lalu membaca surat itu lagi, senyumnya semakin lebar, sedangkan Anna semakin membesarkan bola matanya.
"Sudah baca kan, jadi bagaimana?" Ethan berbisik di telinganya, Anna segera menjauh karena merasa geli. Dengan kesal Anna menyikut Ethan dengan sekuat tenaga lalu berdiri menjauhinya sambil memegang kertas itu, dan membaca ulang berkali-kali. Ethan meringis kesakitan, si*l wanita ini ternyata kuat juga.
"Mengapa bisa begini?" tanyanya bingung lebih ke dirinya sendiri. Ethan duduk sambil menggabungkan kedua tangannya memandangi wanita cantik di hadapannya. Bibirnya masih agak merah karena perbuatan Ethan, seharusnya tadi Daniel masuk lebih lambat sedikit, sehingga dia bisa memberi tanda cantik di lehernya yang putih itu.
"Ini,... hanya akal-akalan kamu saja kan, kamu ... pasti bisa buat seperti ini," Dia memegang kertas itu dan menuduh Ethan. Pria itu mendengus kesal, buat apa dia berbuat demikian? untuk memaksanya menikahinya? Dari responnya tadi sepertinya Ethan tidak perlu memaksanya.
"Cih, aku tak perlu melakukan hal serendah itu!" Ethan berdiri dengan kesal. Bersama wanita ini membuat Ethan merasa dalam roller coaster, sesaat dia ingin menciumnya tapi dalam sesaat berikutnya, dia benci dengan segala yang dia ucapkan.
"Pasti,...pasti kamu yang buat, mamaku nggak mungkin berbuat seperti ini, untuk apa dia meminjam uang sebanyak ini, rutin lagi, kalau kami mendapat uang sebanyak ini setiap enam bulan, kami pasti kaya raya." Anna memandangi surat itu lagi, memandangi jumlah yang tertera di bawah.
"Itu tanda-tangan Mamamu, dan Opaku, mereka yang tahu. Opaku.... jelas tidak bisa ditanya, tapi Mamamu bisa." ucap Ethan mendekatinya lalu meraih tangannya.
Lagi-lagi Anna gagal mengontrol dirinya, dia masih belum mengerti mengapa dia begitu lemah di hadapannya? Begitu dia menyentuhnya, Anna langsung pasrah digandengnya, melalui lobby kantor yang ramai, banyak kasak-kusuk orang berbisik membicarakan mereka, tapi Ethan tidak sadar atau mungkin tak peduli. Dia tetap menggandeng dan membawa Anna ke mobilnya yang sudah siap di pintu lobby. Petugas yang membawa mobilnya menunduk hormat kepada Anna lalu membukakan pintu untuknya, sementara Ethan masuk ke dalam mobil.
Anna tak berani memandangnya, dia sangat malu. Memikirkan ketika tadi bisa-bisanya dia mengerang saat dia mencium lehernya, Anna malu sekali. Anna kini merasa bersalah karena menikmati semua kecupan Ethan tadi, oh apa yang dia telah lakukan. Tak seharusnya dia melakukan itu semua tadi!
Tiba-tiba, perutnya berbunyi, oh tidak perut kamu jangan bikin tambah malu, kira-kira Ethan dengar tidak ya? Anna memohon dalam hati, jangan sampai dia mendengar. Anna segera melirik dan melihatnya dari kaca spion tengah mobil sehingga tidak kentara kalau Anna memperhatikannya.
Wajahnya yang tampan terfokus pada jalanan, bibirnya ...yang tebal itu, Anna tanpa sadar memperhatikannya terus sambil menggigit bibir bagian bawahnya.
"Ada apa, baru sadar kalau aku tampan?" tanyanya tersenyum miring mengejek, dan Anna kembali membenci dirinya yang lemah dihadapannya. Anna tidak menjawab dan segera membuang muka, kembali melihat jendela. Ethan mendengus tertawa. Anna menghela napas agar dia kembali tenang dan baru tersadar kalau mereka tidak menuju rumah, tapi malah ke daerah pantai.
"Kita kemana?" Anna melihat ke sekeliling dengan panik. Ethan malah terus melaju naik ke atas jembatan menyebrangi lautan, kanan kirinya sudah air laut. Anna kembali menatap Ethan di bibirnya masih tersungging senyum miringnya kepadanya. Tak lama, mereka masuk ke suatu pekarangan rumah di pinggir tebing.
Dia segera parkir mobilnya, lalu turun dan meninggalkan Anna di belakang dengan kesal Anna turun dari mobil lalu berjalan mengikutinya.
"Restoran ini milik papaku, jadi ga ada di daftar warisan." ucapnya memberitahu Anna. Wanita itu langsung menatapnya dengan tersinggung.

Komento sa Aklat (914)

  • avatar
    KapantowVanya

    plis deh pokoknya bagus IM so spechles

    10d

      0
  • avatar
    KerasSilalahi

    ceritanya bagus

    13/08

      0
  • avatar
    TaufaniAdin

    good job bagus

    10/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata