logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Kado Untuk Ponakan

"Saya sudah pernah bilang, kalau saya tidak ingin merepotkan kamu, tapi sebagai suami saya juga harus melindungi kamu," ucap Samir.
"Memangnya di dalam agama kita, yang sekarang kita lakukan boleh ya? seperti pisah kamar, komunikasi yang kurang," ucap Una.
"Saya masih perlu penyesuain untuk berbagi kamar dengan orang lain, saya harap kamu bisa mengerti,"  ucap Samir.
"Tapi kan," ucap Una langsung di potong oleh Samir.
"Kita bicarakan lagi nanti," ucap Samir langsung meninggalkan Una.
'Selalu begitu, pembicaraan tidak pernah sampai selesai, bagaimana menjalin hubungan yang baik kalau seperti itu.
Setelah pembicaraan yang tidak mengenakan suasana mereka, satu bulan berlalu dengan Samir yang  berusaha keras untuk tidak bertemu dengan Una, baik di rumah maupun di kampus, dia menjadi membatasi diri untuk tidak terlibat lebih banyak mengenai Una, tetapi sesekali dia tetap mengontrol secara diam-diam mengenai Una.
Una mengerti dengan sikap suami nya yang tidak ingin merepotkannya, tapi menurut Una bukan berarti harus menghindar seperti sekarang, bertemu tidak, menggobrol juga tidak, benar-benar seperti orang asing, padahal mereka suami istri.
Sampai saat Shiren kakak dari Samir mengundang Samir beserta istri untuk datang ke acara Tasyakuran anaknya, tentu saja Samir tidak bisa menolak, karena momen tasyakuran ini adalah momen kumpul keluarga besar, yang juga ingin bertemu dengan Una istri Samir.
'Hampir satu bulan aku dan Una, tidak bertemu baik di rumah maupun di kampus, karena aku ingin membatasi diri agar tidak ikut campur urusannya, walau sebenarnya aku juga takut terjadi apa-apa dengannya, amana orang tua nya dan janjiku kepada Allah untuk melindunginya, mana mungkin aku abaikan, besok ada acara keluarga , Ummi berpesan aku dan Una harus datang, karena pihak keluarga besarku ingin bertemu dengan Una, sebenarnya Ummi sudah dari kemarin-kemarin memberitahuku, tapi sudah H-1 aku belum juga memberitahu Una, aku harus bicarakan langsung atau melalui chat saja ya?'
Samir terlihat memikirkan cara apa yang tepat untuk memberitahu Una, yang akhirnya dia memilih cara yang sangat pengecut.
Tring.
Ponsel Una masuk notifikasi pesan, namun Una tidak langsung mengambil ponselnya, dia sedang fokus untuk mengerjakan tugasnya, sampai larut malam dia tidak menyentuh ponselnya, sedangkan Samir masih menunggu balasan pesan dari Una, karena dari tadi pesannya tidak di baca oleh Una.
"Apa Una memblokir nomorku?dari tadi  pesannya juga tidak di baca, foto profilnya juga tidak ada ini ciri-ciri di blokir kan? atau aku coba telepon,kalau tidak masuk berarti dia memblokir nomorku," gumam Samir.
Samir menelepon Una, kebetulan Una juga sudah selesai mengerjakan tugasnya, mendengar ponselnya berdering dia pun langsung mengambil ponselnya dan melihat Samir meneleponnya di tengah malam seperti ini.
"Kenapa mas Samir nelepon tengah malam seperti ini, apa terjadi sesuatu ya," ucap Una lalu dia mengakat teleponnya.
"Una," ucap Samir kaku, karena dia terkejut Una menjawab teleponnya.
"Iya mas?" jawab Una.
Samir dan Una duduk di atas ranjangnya masing-masing agar bicara dengan tenang.
"Kamu sudah tidur?" tanya Samir.
"Belum, ada apa?"
"Coba kamu lihat pesan dari saya," suruh Samir.
Una pun melihat pesan yang di kirum Samir tiga jam lalu.
"Oh mbak Shiren besok mau acara Tasyakuran ya, kita harus datang kan," ucap Una.
"Iya, Ummi menyuruh kita datang pagi, kamu bisa?" tanya Samir.
"Bisa," jawab Una.
"Kalau begitu tidur lah sekarang," ucap Samir lalu menutup teleponnya.
"Padahal besok aku ingin ke rumah ibu, kenapa mas Samir ngasih taunya mendadak gini sih," ucap Una, lalu segera tidur.
Pagi nya, Una sudah siap dan duduk di ruang tamu  menunggu Samir keluar dari kamar.
"Ayo," ucap ajak Samir.
Di dalam mobil.
"Kita ngga beli kado dulu untuk anaknya mbak Shiren?" tanya Una.
"Ngga usah," jawab Samir.
"Ngga enak dong, ngga bawa apa-apa," ucap Una.
"Kasih mentahannya aja,"
"Mampir aja dulu sebentar ke babyshop, masa sebagai adiknya mau ngeamplop buat mbaknya, ngga sopan, bawain kado aja," ucap Una, yang terpaksa di turuti oleh Samir dan mampir ke babyshop.
Terlihat raut wajah Una yang sangat ceria melihat perlengkapapan serba serbi bayi.
"Anaknya mbak Shiren cewek atau cowok?" tanya Una.
"Cewek,"
"Una pilihin baju aja ya? baju untuk anak cewek lucu-lucu," ucap Una.
Saat memilih baju, Una dan Samir di hampiri oleh karyawannya.
"Anaknya usia berapa ibuk?" tanya karyawan membuat Una dan Samir jadi tidak enak.
"Usia berapa?" bisik Una.
"Empat bulan," jawab Samir.
"Oh kalau yang empat bulan sebelah sini, ini untuk anak dua tahun," ucap karyawan itu sangat ramah.
"Oh iya terima kasih," ucap Una langsung mengikuti karyawan tersebut dan memilih beberapa baju yang lucu untuk ponakan Samir.
Setelah selesai belanja, mereka kembali lagi ke mobil, terlihat Una yang melihat kotak kado tersebut.
'Lucu juga ya kalau punya anak perempuan, kapan ya aku punya bayi juga,'
Sampai di tempat acara, Samir dan Una di sambut dengan hangat oleh keluarga Samir.
"Akhirnya sepupu kita satu ini datang ke acaraan bawa gandengan juga ya," goda sepupu-sepupu Samir.
"Una ayo masuk ikut Ummi ke belakang," ucap Ummi, Una langsung melihat ke arah Samir, dia takut sebenarnya kalau harus berpisah dari Samir pasalnya Una kan tidak bisa beradaptasi.
"Gapapa, coba santai ya," bisik Samir menenagkan Una, karena dia tau Una takut untuk beradaptasi dengan keluarga besar Samir, karena Samir sudah menyuruhnya Una pun ikut dengan Ummi masuk ke dalam, dan di perkenalkan oleh satu persatu keluarga Samir.
"MasyaAllah cantik banget istri Samir," ucap keluarga Samir yang melihat Una dan di balas senyum malu-malu oleh Una.
"Usia berapa nak?" tanya tante-tante Samir.
"19 tahun tan," jawab Una.
"Wah hebat sudah mau nikah padahal masih muda,   bisa menghadapi Samir? dia itu pendiam sekali kan?"
"Alhamdulillah mas Samir baik kok tan," ucap Una.
Dan masih banyak lagi rentetan pertanyaan dari keluarga Samir kepada Una, tapi sejauh ini keluarga Samir sangat ramah kepada Una, maklumlah Una memang menantu pilihan yang sangat di sukai abi Samir, sudah pasti dia perempuan yang sangat baik, sampai akhirnya sesi foto keluarga terlihatlah jarak Samir dan Una, dan di ketahui oleh sepupunya.
"Oi Samir, gandeng dong istrinya kok malah jauh-jauhan, pura-pura malu nih ya pengantin baru," ucap sepupu nya.
Mereka pun sadar, dan dengan terpaksa Samir mengandeng Una, ini pertama kali nya Una dan Samir kontak fisik, membuat pipi Una jadi merah merona.
'Ini pertama kali nya aku di gandeng oleh mas Samir, kenapa tiba-tiba jantung ini rasanya mau meledak,'
"Oek oek," suara tangis bayi setelah berfoto, Una pun menghampiri.
"Cantik banget Humaira," ucap Una melihat Humaira di gendong oleh mama nya.
"Mau coba gendong?" tanya Shiren.
Una langsung melihat ke arah Samir, seolah bertanya boleh atau tidak, Samir pun menganguk mengartikan boleh.
Una pun mencoba mengendong Humaira, dan Samir mengelus ponakannya.
"Lucu banget ya," ucap Una pasa Samir.
Shiren tersenyum melihat pemandangan ini.
"Kalian kapan dong?" celetuk Shiren, membuat Una dan Samir saling pandang tidak enak.

Komento sa Aklat (963)

  • avatar
    Khaina8nZul

    bagus

    1d

      0
  • avatar
    Naysila

    bagus banget

    8d

      0
  • avatar
    Ahli Wah Yudi

    sangat suka

    11d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata