logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

chapter 3

"Tuhan jika memang dia datang hanya untuk bersenang-senang biarkan semua ini sampai detik ini saja, tapi jika dia datang untuk tinggal berikan jalan terbaik untuk kami melaluinya" tulis zea di buku dairy yang selalu menemani setiap keluh kesahnya.
Gadis cantik, periang dan cerdas itu memiliki sisi lukanya sendiri yang ia simpan rapat-rapat tanpa membaginya dengan orang disekitarnya. Memang begitu rumusnya, si paling terlihat bahagia biasanya memiliki segudang luka dalam hidupnya.
Hari minggu selalu menjadi hari bermalas-malasan untuk zea, karena zea bisa bangun lebih siang dan melakukan aktifitas rumah saja tanpa harus ke sekolah. Entah gimana critanya, gadis malas ini bisa menjadi gadis pintar disekolah.
"Zea bangun nak ada ayu" bunda mengetuj pintu kamar zea keras.
"Zeee.... zeaaa ditungguin ayu nih bangun" bunda memanggil zea berulang kali, memang harus seperti itu
"Iya bun... zea bangun"dengan sempoyongan dan mata terbuka sipit zea berjalan ke arah pintu dan membukanya
"Yu tunggu bentar ya gue mandi dulu" triak zea dari kamar dan ayu hanya mengangguk pelan
"Jangan heran ya yu anak tante emang begitu kelakuannya, ini diminum dulu" ucap bunda sambil menyajikan minuman untuk ayu.
"Iya tante, ayu juga begitu kalo dirumah"
Zea melanjutkan mandinya dan bersiap siap untuk pergi ke acara bazar yang disana terdapat buku, kerajinan, makanan dll. Bukan hanya zea dan ayu tetapi lia dan livi juga ikut serta.
"Yuk pergi" ucap zea yang sudah rapi mengenakan setelan celana kulot dan switer bahan rajut tipis sehingga tampak simple dan tetap adem karena bahan rajutannya yang tipis.
"Oke deh, tante ayu pamit duli ya tan" ucap ayu sembari mencium tangan bunda zea.
"Bun zea berangkat dulu ya bun" ucap zea dan mencium tangan bunda.
"Assalamualaikum bunda" ucap zea dengan melambaikan tangan
"Waalaikumsalam hati-hati ya, pulang jangan terlalu sore"
"Iya bun"
Perjalanan menuju bazar kurang lebih 25 menit dari rumah zea. Lia dan livi yang sudah sampai lebih dulu menunggu ayu dan zea di kursi taman dan sudah ada dafa, rama dan reno. Rama dan reno adalah pacar livi dan lia yang kebetulan teman satu sekolah dengan dafa.
"Eh sory ya nunggunya lama, soalnya zea mandinya lama" ayu melirik ke arah zea
"Apasih yu kamunya aja yu yang datengnya kepagian, tapi sory ya gais"
"Yaudah yuk kita ke bazar aja ngapain duduk disini" ajak livi yang langsung disetujui oleh yang lainnya.
"Gais gue ke bazar buku dulu ya soalnya gue lagi nyari buku nih siapa tau ada" ucap zea ke teman-temannya
"Yaudah ze gue temenin " dafa melangkahkan kakinya ke arah bazar buku sebelum mendengar persetujuan zea
Langkah zea pelan dan gemetar hatinya berdebar kencang tak beraturan
"Daf lo gamau ke bazar yang lain gitu? lo kan gasuka baca buku" ucap zea mencoha mengendalikan situasinya
"Nggak ze gue nemenin lo dulu"
"Oh yaudah, bentar ya" zea memilih beberapa buku,
"Ze duduk dulu yuk kaki gue capek nih" rengek dafa ke zea
Zea mengangguk pelan mengiyakan ajakan dafa, "daf gue kelamaan ya nyari bukunya, maaf ya gue bikin lo capek" sambung zea.
"Tunggu sini duduk aja jangan kemana-mana" dafa melangkahkan kakinya menuju penjual ice cream tanpa menjawab pertanyaan zea
"Nih ze" dafa menyodorkon ice cream rasa coklat untik zea
Zea mengangguk mengiyakan perintah dafa
"Thank's daf" zea kemudian tersenyum melihat perlakuan lelaki yang kini berada dihadapannya
"Sejak kapan lo suka baca buku?" Tanya dafa tiba-tiba
"Ya sejak waktu itu"
"Sejak patah hati ya?"
"Nggak gue suka baca dari dulu daf lo aja yang gatau" jawab zea sedikit kesal dengan pertanyaan dafa.
Dafa hanya mengangguk pelan, menyadari wanita di sebelahnya kini mulai mengingat masa sedihnya.
"Ze lo mau naik becak gak?" Tanya dafa antusias.
"Becak?" Tanya zea heran
"Iya ze, yuk" dafa berdiri menggandeng tangan zea.
Zea ikut berdiri menuruti permintaan dafa dengan senyum manisnya.
"Kenapa naik becak daf? Kenapa gak naik sepeda atau yang lain? Disini mana ada becak" ucap zea yang berjalan bergandengan dengan dafa mencaru becak yang sedari tadi tidak ditemuinya.
"Karena gue cuma nau duduk keliling kota dan ngobrol sama lo tanpa harus mengerjakan hal lainnya ze"
"Lalu?" Ucap zea sedikit penasaran dengan maksut ucapan dafa
"Kita cari lah sampe nemu" dafa senyum sedikit cengengesan menyadaei bahwa ditempatnya sekarang ini tidak ada abang-abang becak
"Tilililiiiiit.....tilililiiiittt. .. " suara dering ponsel dafa
"Eh ze bentar ada telfon" dafa menghentikan langkahnya
"Halo ram" ucap dafa kepada rama, ya itu panggilan dari rama.
"Lo dimana, kita cariin lo sama zea gak ada?" Tanya rama lewat telfonnya.
"Ini gue sama ze lagi jalan-jalan aja kalian nikamtin ntar kalo mau balik lo kabarin gue aja"
"Oke take care, semoga berhasil"
Dafa hanya membalas ucapan itu dengan senyuman manisnya dan melanjutkan perjalanannya dengan zea. Hanya mereka yang tau tujuan dafa seperti ini untuk apa.
"Ze kayanya gak ada deh, gimana kalo minggu depan kita ke alun-alun kota disana ada ze malah lebih bagus lagi" ajak dafa antusias
Zea hanya mengangguk pelan mengiyakan ajakan dafa.
"Oke malem minggu gue jemput sekalian ijin sama bunda"
"Lo mau beli apa?" Lanjut dafa menanyakan tujuan zea
"Nggak, pulang yuk daf lagian tadi ijin bunda gak sampe sore banget" ajak zea melangkangkah kakinya menuju arah parkiran
"Oke gue ngabarin yang lain dulu ye, lo pulang sama gue aja" ucap dafa sembari mengambil ponselnya dari saku dan mengirim pesan singkat ke rama.
Disepanjang jalan menuju rumah zea hanya ada kebekuan. Berbeda dengan di acara bazar, disana dafa dan zea serasa dekat. Tetapi, seketika kembali beku seolah 2 orang yang tak saling kenal. Hanya tukang ojek dan penumpang. Ditengsh perjalanan hujan mengguyur mereka, seakan semesta merestui mereka untuk terus berdekatan. Hujan, si paling jago menjadikan momen romantis. Hujan yang memaksa keduanya untuk berhenti sekedar berteduh di toko yang tutup, mengijinkan mereka bersama lebih lama.
"Hujan bulan juni" ucap zea pelan, menyodorkan tangannya di antara hujan membiarkan tetesan hujan membasahi telapak tangannya.
Dafa hanya tersenyum mendengar kalimat itu, memperhatikan zea yang tampak menikmati hujan.
"Hujan ini dingin banget ya? Tapi nyaman di rasain" ucap zea pada dafa
Dafa hanya mengangguk dan tersenyum manis menanngapi ucapan zea, mungkun dafa sedang memikirkan jawaban yang cocok untuk kalimat itu.
"Eeemmm ze lo dingin? Tapi jaket gue basah" ucap dafa memperlihatkan jaket basahnya
"Iya gue juga tau itu basah, nggak papa gue aman ko"
"Serius lo?sory ya ze"
"Iya serius daf lagian gue suka hujan, suka dinginnya juga" jawaab zea dibarengi dengab senyum tulusnya
Seketika suasana beku menjadi pecah dengan obrolan kecil mengenai hujan dan jaket. Tetapi hari semakin larut, memaksa zea dan dafa untuk menerobos hujan yang tak kunjung reda.
"Daf pulang aja yuk takut kesorean dicariin bunda" ajak zea kepada lelaki yang kini menggenggam tangannya
"Sekarang? Berani lo nrobos ujan?"
"Iya gak papa sampe rumah bisa ganti baju"
Dafa mengangguk mengiyakan ucapan zea dan melepas genggaman tangannya dari zea.
Sepanjang jalan zea dan dafa hamya fokus pada suasana jalan dan dinginnya hujan. Hati zea berdebar kencang setiap kali berdekatan dengan pria yang sekarang berada didepannya. Berharap semoga hari ini akan terulang kembali.
"Makasi ya daf, mampir dulu gih" ucap zea turun dari motor dafa
"Nggak ze lagian basah gini, eh ze lo jangan lupa minum bejo ya biar nggak masuk angin"
"Bejo siapa? Pak bejo tukang kebon sekolah? Apanya yang diminum daf?"
"Nggak ze masak pak bejo dia mah gak berair"
"Terus apa dong?"
"Bejo bintang 7 masok angin"
Zea tertawa lepas mendengar candaan dafa yang sedikit garing, tapi bagi zea sangat lucu dan berhasil menghiburnya.
"Siap pak bos, abis ini langsung minum" jawab zea meletakkan tangan di keningnya pertanda hirmat
"Sip, jangan lupa divideoin ya, takut kamu boong" jawab dafa sembari mengenakan helm dikepalanya, "pamit dulu ya ze assalamualaikum" lanjut dafa
"Waalaikumsalam, ati-ati daf" zea melambaikan tangannya memandangi punggung pria tampan dan manis yang selalu ia dambakan.
"Assalamualaikum, bundaaaa zea pulang" teriak zea dari depan pintu rumahnya
"Waalaikumsalam, ko hujan-hujanan gini. Mandi cepet ganti baju biar nggak masuk angin"
"Bunda ada antangin?" Tanya zea pada bunda
"nggak ada ze nanti bunda buatin teh anget aja ya"
Zea diam menciutkan bibirnya pertanda tidak setuju.
"Tulilililililittt......tulilililittt ....." ponsel zea berdering panggilan dari dafa.
"Iya halo assalamualaikum" jawab zea mengangkat telfon dari dafa
"Waalaikumsalam, udah di videoin?"
"Belum dirumah nggak ada antangiin"
"Mmmm yaudah deh gak papa, tapi masuk angin nggak?"
"Enggak ko tadi udah dikasih bunda teh anget"
"Mmmm kalo masuk angin kan gue anterin antangin kerumahmu ze"
"Gausah kan zea nggak masuk angin" jawab zea tersenyum mendengar perhatian dafa saat ini.
Perasaan zea kembali tak karuan tidur sering terlalu larut malam hanya karena bayangan dafa yang selali hadir di atap kamarnya. Takut kembali jatuh, tapi tak bisa dipungkiri perasaan zea nyata adanya. Berharap dafa juga memiliki hal yang sama. Rasanya kemungkinan itu hadir dengan sikap dafa yang sekarang lebih hangat.

Komento sa Aklat (26)

  • avatar
    UlfianiNabila

    keren

    15d

      0
  • avatar
    kadekerri

    keren abiss cerita nyaa

    13/08

      0
  • avatar
    NurohmanWahyu

    cerita nya bagus keren aku dapet tip ga

    05/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata