logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

AZEARENA

AZEARENA

serendipity


chapter 1

Nesya Azearena Putri Sutrisno anak kedua dari dua bersaudara dan dibesarkan dari keluarga yang serba kecukupan. gadis keturunan asli jawa yang kini tinggal dikota semarang tak jauh dari pusat kota. Ayah zea bernama Aji Sutrisno yang bekerja sebagai salah satu pemilik uasaha furnitur terbesar dikotanya sekaligus pemelik perternakan dan juga pemilik usaha biro perjalanan dan wisata dan bundanya bernama Anisa mutiara yang memiliki pekerjaan utama sebagai ibu dan istri juga memiliki pekerjaan sampingan yaitu mengajar disalah satu SMA Negri di kota mereka tinggal. Kakak pertama zea bernama Tria Handini Wiro Sutrisno yang saat ini menjadi kepala sekolah di salah satu SMP swasta dikota kereka. Zea adalah gadis cantik sekaligus baik yanh memiliki postur tubuh yang tidak terlalu tinggi, berkulit putih, hidung yang tidak terlalu mancung dan bola matanya yang coklat di tambah lesung pipit pada pipi kirinya. Zea juga gadis yang pintar bahkan semasa sekolah dia selalu di peringkat pertama. Sekarang zea menempuh pendidikan tinggi di salah satu universitas swasta di kotanya. Bukan karena otaknya tidak mampu untuk masuk PTN, tapi orang tua zea lebih setuju jika anak gadisnya itu mengambil sarjananya di perguruan Swasta.
"Tiiiit..... tiiiiiiiiitttt" suara klakson motor evan yang pasti pertanda bahwa sudah saatnya pergi ke sekolah.
"Zea.. evan dateng" suara bunda dari halaman luar yang terdengar sampai kamar zea. Memang rumah zea tidak terlalu luas, lebih berkonsep ke rumah minimalis. Tetapi setiap sudut ruangan tertata rapi dan halamannya cukup lengkap dengan berbagai macam bunga dan juga terdapat kolam ikan.
"Iya bun.. zea sudah disini dibelakang bunda" ucap zea sambil cengengesan.
Masuk sekolah pukul 07.00 tapi setiap hari evan dan zea selalu berangkat pada pukul 07.00 dengan jarak antara rumah dan sekolah kurang lebih 30 menit. Memang selalu telat, tapi guru-guru tidak pernah menghukum zea. Ya, karena meskipun dia telat dia tidak akan ketinggal pelajaran karena setiap malam zea selalu belajar.
"Hati-hati ya van, titip anak bude"
"Iya bude, evan selalau jagain zea tanya aja zea bahkan lalatpun gak berani ganggu deh"
" iya-iya, berangkat gih hati-hati ya van bawa motornya"
"Iya bunda... evan hati-hati kok" ucap zea sambil naik motor evan
"Asslamualaikum bunda dadaaa" ucap zea lagi.
Revanza Refeanata sutrisno keponakan zea yang memiliki paras tak jauh dari zea. Mereka berdua satu nenek satu kakek. Jadi, tak heran jika wajah mereka mirip. Hanya saja evan lebih tingi jauh dari zea. Membuat mereka lebih cocok disebut sepasang kekasih jika sedang bersamaan.
"Ze yuk kantin" ajak ayu teman sebangku zea.
"yuk li vi mau makan gak?" Ajak zea ke teman lainnya
Zea memiliki 3 teman dekat dikelasnya yaitu ayu, lia dan livi ke tiganya dekat dengan zea dan memahami bagaimana zea, bahkan mereka berteman sudah sejak kelas 7 SMP. Mereka berempat selalu bersama sepanjang hari waktu disekolah tak kecuali waktu makan, meski kadang-kadang ada tambahan personil yaitu evan.
"Ze sepulang sekolah mampir ke pantai dulu ya" ucap evan tiba-tiba dari belakang tubuh zea.
"Iyaaaa.." jawab ze memanjangkan kata tanpa berbalik ke arah evan.
"Bu tiiin pesen bakso 1 ya" teriak evan ke ibu penjaga kantin sekolah.
"Iya dah siap mas evan" saut bu kantin dari tempat masaknya.
Kantin sekolah mereka tidak terlalu luas, jadi pesan makan bisa dengan cara teriak.
"Kriiiiing" bel pertanda bahwa pelajaran hari ini sudah selasi.
Seperti biasa evan sudah menunggu didepan kelas zea. Menaiki motor CB nya yang jika zea ingin naik harus berusaha sekuat tenanga. Karena bagi zea motor itu terlalu tinggi untuk postur tubuhnya. Evan dan zea memutuskan untuk pergi ke pantai sebelum pulang kerumah. Evan mengendarai motor dengan kecepatan sedang. Zea dan evan selalu duduk ditempat faforitnya, membeli secangkir kopi di kedai langganannya. Zea dan evan lumayan sering menghabiskam waktu di pantai sekedar melepas penat sembari menikmati matahari terbenam.
"Ze, sasa suka sama aku ze. Kemarin dia ngungkapin ke aku. Dia memang nggak memaksa untuk pacaran atau bahkan untuk membalas perasaannya"
" iya terus? Kan kalo kalian memang mau pacaran gak papa van. Malah aku restui hubungan kalian dah. Kan berarti kamu udah bisa move on dong"
"gue ga bisa deh ze kalo harus pacaran sekarang sama dia. lo tau kan alasannya apa dan alasan itu mutlak ze sampai nanti gue siap dan menemukan orang yang cocok"
"Ya kan manusia ga ada yang sempurna van kalo mau nyari yang cocok ya nanti kalau ketemu yang baru lagi pasti pindah lagi ke orang baru" cramah zea ke evan layaknya orang yang paham mengenai cinta.
"Yeee lu ze kemarin juga gagal kan? Trauma kan?" Ledek evan
Evan dan zea adalah sepupu yang bernasib sama. Sama-sama dikecewakan oleh pasangannya. Zea adalah wanita yang ditinggal selingkuh oleh pacarnya dan evan adalah korban dari cewe matre yang gila harta. Semenjak itu mereka menutup hati untuk sementara waktu sampai mereka siap untuk menerima orang baru. Evan lebih senang berteman dari pada memiliki hubungan serius dengan teman wanitanya dan begitupun zea, lebih senang berteman tanpa melibatkan perasaan.
"Zea Evan" panggil suara dari bangku sebelah zea dan evan duduk.
Zea dan evan menengok bersamaan dan membalas senyum kepada pemilik suara.
"Zea kan?" Tanya lelaki di hadapannya
"Iya, dafa kan?" Tanya zea sembari mengingat siapa lawan bicaranya.
"Iyaa ini gue dafa, van gainget tah?" Tanya dafa pada evan kemudian menjabat tangan evan
"Weh iya berubah banget lu fa, gimana kabar sekarang?"
"Alhamdulillah, ya seperti ini sekarang"
Dafa dan evan berbincang-bincang lepas layaknya teman lama yang bertemu kembali. Sembari menikmati secangkir kopi dan langit sore. Zea yang sedari tadi memandangi pria dihadapannya, sosok yang pernah berusaha ia dekati tapi serasa es batu keras dan dingin itu sekarang berada dihadapannya dan menyapa terlebih dulu.
"Andai waktu itu dirimu, mungkin sekarang aku tak perlu menutup diri dan tak perlu merasakan semua ini daf" gumam zea dalam hati.
"Van pulang yuk" ajak zea, zea merasa tak mampu membendung perasaannya terlalu lama.
"Eh iya, fa gue pulang dulu ya kalo kesorean takut dicariin bude soalnya" ucap evan berpamitan kepada dafa.
"Oke siap ati-ati bawa zea nya ya jangan sampe kenapa-kenapa anak orang itu" gurau dafa dan sedikit melemparkan senyum pada zea.
" ih apaan sih kalian ayok ah pulang van, kami pulang dulu ya daf"
"Iya ze ati-ati" dafa melambaikan tangan ke zea dengan senyuman indahnya.
Sepanjang jalan pulang zea hanya diam terbayang dafa dulu dan sekarang. Sosok yang ia temui sekarang sehangat dan selembut sutra. Bukan dafa yang dulu dingin dan batu. Rasa itu kembali hadir tanpa zea sadari hatinya berdebar kencang setiap mengingat dafa.
"Apa-apaan sih ini" gumam zea yang terdengar oleh evan.
"Eh iya apa ze ada apa? Kamu kenapa?" tanya evan dengan nada cemas
"Nggak ini lho instastorynya ngeselin aja"
"Oalah gue kira kenapa"
Sampai rumah zea langsung ke dalam kamarnya karena merasa tubuhnya lelah sekali dengan kehadiran dafa.
"Ze mandi dulu nak" ucap bunda pelan dari depan kamar zea
"Iya bun" zea meng iyakan perintah bundanya sembari mengambil handuk dan melangkahkan kakinya ke kamar mandi
"Entahlah semoga dafa tak benar-benar kembali ke kehidupanku. Rasanya lelah sekali jika harus dihadapkan dengan sakit hati lagi" kepala zea dihadiri oleh bayang-bayang dafa yang tiada hentinya.
"Ze makan dulu yuk" teriak ayah dari ruang makan
"Iya yah zea masih kenyang tadi pulang sekolah makan dulu sama evan"
"Yaudah tapi nanti malem makan lagi ze"
"Iya ayah, nanti zea makan lagi ko"
Perut zea kosong tapi otak zea penuh, baru 5 bulan zea di patahkan oleh laki-laki yang paling ia percayai. Ketakutan akan kehadiran dafa hadir meskipun itu belum pasti.

Komento sa Aklat (26)

  • avatar
    UlfianiNabila

    keren

    15d

      0
  • avatar
    kadekerri

    keren abiss cerita nyaa

    13/08

      0
  • avatar
    NurohmanWahyu

    cerita nya bagus keren aku dapet tip ga

    05/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata