Setelah semua uang milik Paul dimasukkan kedalam tas ransel oleh anak buah Lexy, kondisi Paul semakin parah. Ia hanya duduk didepan brangkas yang sedang dikuras habis. Kondisinya diperburuk karena sudah batuk-batuk hingga serasa mengobrak-abrik kerongkongan, mukanya terlihat pucat, dan nafasnya terasa berat. "Sekarang, berikan penawarnya." suara Paul terdengar semakin tidak jelas. Lexy menengok jam tangannya, lalu melancipkan ujung bibir lalu berkata "masih ada waktu sepuluh menit. Sebaiknya kita menghirup udara di luar saja. Ruanganmu ini pengap sekali, tidak baik untuk kesehatanmu." menepuk bahu Paul lalu melangkah keluar menuju pintu. Ketika Lexy keluar diikuti anak buahnya dengan membawa ransel penuh uang itu dan Paul yang berjalan dipapah asistennya membuat anak buah Paul yang berjaga di luar ruangan langsung menodongkan pistol kearah Lexy, dengan sergap anak buah Lexy juga menodongkan pistol kearah mereka semua dan menodongkan pistol kearah Paul. "Wo...wo...wo...What’s going on?" seru Lexy "Calm down, oke. Hei, turunkan senjata kalian." Tangan Lexy menurunkan senjata salah satu anak buahnya yang berdiri tidak jauh darinya. Lexy menyatukan kedua telapak tangan lalu menggosoknya sembari mengambil napas. "Begini, kita akan buat kesepakatan..." "Lexy, uhug. Uhug." sela Paul yang hampir sekarat. Menoleh kearah Paul, dan tanpa rasa belas kasihan ia berkata "Sabar sedikit, sakit itu pasti akan hilang" ucap Lexy kemudian kembali memusatkan perhatian anak buah Paul, dengan mengeraskan nada suaranya "Ok, aku mau buat penawaran dengan kalian." berjalan mendekati Paul "Kalian semua lihat, kondisi bos kalian terlihat buruk sekali. Ck, ck, ck, kasihan." memegang dagu Paul "Jadi, siapa saja yang ikut denganku, maka kalian akan selamat hari ini. Tapi, jika kalian tetap tinggal disini maka kalian akan membusuk disini bersama bos kalian." kecamnya dengan nada menekan sembari membuang dagu Paul yang sudah tidak berdaya. "Sialan kamu Lexy! Uhug! Uhug!" seru Paul dengan sisa-sisa tenaga yang ada. Set. Dengan tatapan tajam Lexy berdelik "Jangan pernah main-main denganku." Kemudian tanpa ada perdebatan atau penyerangan apapun. Semua anak buah Paul menurunkan senjata mereka. Dan tentu, keputusan anak buah Paul membuat Lexy senang “Waow, Paul. Aku sungguh salut melihat anak buahmu. Mereka benar-benar mengkhianati dirimu. Disaat kamu tidak berdaya, mereka malah meninggalkan dirimu. Semuanya.” Lexy bertepuk tangan dihadapan Paul yang terduduk disebuah kursi lalu sesaat berubah sadis, ia mencengkram leher Paul sembari berkata dengan nada menekan “Seharusnya kamu tidak melakukan hal bodoh untuk menghancurkan ku, Paul.” Lalu ia melepas kasar. "Anak buahmu masih beruntung karena aku tidak menembak mati mereka. Lagipula aku sudah bilang kalau aku mau semua yang kamu miliki. Dan sekarang, kamu bener-bener sendiri tanpa siapapun dan apapun." tersenyum licik sambil berniat pergi tapi dia baru ingat sesuatu "oh ya, aku lupa bilang kalau..." berbisik ditelinga Paul "tidak pernah ada penawar racun yang sudah menggerogoti tubuhmu." Senyum licik pun terlihat jelas di wajah tampan Lexy kemudian berlalu meninggalkan Paul yang sekarat itu sendirian tanpa rasa belas kasihan sedikitpun bahkan ia sempat berkata “pastikan dia mati tanpa jejak.” ****** Dengan santai, Lexy menikmati sarapannya seraya orang biasa. Herman yang sarapan disampingnya terus saja memperhatikan dari tadi. Seperti memiliki mata dimana-mana, tanpa melihat Lexy tahu kalau Herman merperhatikan dirinya "Kenapa kamu memandangiku seperti itu? Apa ada masalah?" ucap Lexy menghentikan makannya. "Markus mengundangmu di pesta kecilnya. Entah apa tujuan dia. Aku sudah menolak, tapi anak buahnya bersikeras." ucap Herman tanpa direspon Lexy. Sesaat pelayan wanita datang membawakan secangkir kopi panas untuk bos-nya. Pikiran Lexy langsung terpecah "Ini dia, gadisku..." godanya sembari meremas pinggul pelayan itu yang terlihat ketakutan. Melihat Herman yang kurang suka dengan sikap Lexy langsung protes "Lexy, sebaiknya kamu biarkan dia bekerja." Lexy tersenyum lebar sembari berkata "What's your problem? Aku yang membayar mereka. Jadi jangan melarangku melakukan apa yang aku suka. Dan...dia barang baruku. Aku suka." "Hei, ada apa pagi-pagi sudah berdebat?" suara seorang wanita mengenakan minidress berwarna biru pekat, baru datang dan langsung duduk diatas pangkuan Lexy "apa dia pelayan baru disini?" mengamati dari ujung kepala sampai kaki "no bad." Nilai wanita itu. "Sudah pasti, Lexy sudah tergila-gila dengan gadis ini." ujar Herman kemudian menyuruh pelayan itu pergi. "Pagi ini Herman bicara seperti orang tua, dia melarangku ini itu." protes Lexy didepan Monica. "Forget it, honey. Aku mau kamu ajak aku keluar." Lexy melihat Herman, lalu berpikir sejenak dan berkata "Oke, kita akan pergi ke pesta nanti malam." ucap Lexy sambil menciumi rambut wangi didepannya lalu mencumbu pundak Monica "Tapi, Lexy. Aku rasa sebaiknya kamu tidak datang." seru Herman. "Apa masalahmu, Herman. Kalau kamu mau ke pesta ajaklah wanita lain. Pasti hidupmu tidak akan membosankan dan jangan melarang Lexy melakukan hal sesuka hatinya." protes Monica, saat Herman mau menjawab dari balik rambut Monica, Lexy menggelengkan kepala sekali kearah Herman. Seakan memberi isyarat bahwa sebaiknya tidak perlu menanggapi ucapan Monica. ****** Pestanya terlihat begitu berkelas, Lexy dan Monica yang baru saja datang langsung disambut Markus bersama beberapa wanita. "Hey, Lexy." Mereka saling berjabat tangan. "Waow, aku salut dengan kalian berdua. Meski kalian adalah saingan, tapi kalian tetap berjabat tangan." sela Monica membuat Markus meliriknya. "Kamu masih tetap cantik, Monica." mencium lembut tangan Monica. "Malam ini, lupakan persaingan kita, dan nikmati pesta ini." seru Markus. "Boleh aku meminjam wanitamu, Lexy. Aku tergoda dengannya." dengan senyum tipis Lexy mempersilahkan. "Ok, untuk penggantinya wanita-wanita ini akan menemanimu sepanjang malam yang kamu mau." ujar Markus begitu ramah. Lexy yang duduk disebuah sofa terlihat begitu nyaman dikelilingi beberapa wanita yang terus saja mencekokinya dengan minuman sampai terasa mulai mabuk. Dia begitu terhanyut dalam suasana, sampai tidak dia sadari apa maksud tujuan Markus mengundangnya. Tiba-tiba handphone-nya berdering. Dia merogoh saku dibalik jas dan berniat mengangkat telponnya, salah satu wanita merebut lembut dari tangannya sembari berbisik "jangan ada yang mengganggu malam ini." meniup lembut telinga Lexy yang tersenyum menahan geli sembari memberinya segelas minuman lagi. Sesaat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan Lexy keluar setitik cahaya merah berkedip-kedip. Dengan kondisi setengah mabuk, Lexy sadar kalau ada keadaan yang tidak baik. "Handphone? Mana handphone-ku?" tanyanya dengan mata keluyuran. Setelah salah satu wanita itu memberikan handphone miliknya, dia bangkit dari sofa lalu dengan badan sempoyongan melangkah jauh dari kebisingan pesta. Di toilet, dia melihat layar handphone yang terlihat kabur mencari kontak Herman. "Halo, Lexy. Apa yang kamu lakukan di pesta Markus?" sembur Herman dari balik telpon "Halo, Herman..." "Lexy, kamu mabuk?" "Mabuk? Oh of course not. Aku hanya menghabiskan sedikit minuman. Aku cuma...cuma minum 6 botol saja..." "Lexy! kamu sudah salah datang ke pesta musuhmu dan sekarang kamu malah mabuk disana! Kamu tau, musuhmu kerja sama dengan Leo mencoba merampok emas kita yang dalam perjalanan!" seru Herman mulai emosi tetapi Lexy malah menganggap itu lelucon karena kondisinya yang sedang mabuk berat. "Hahahaha, aku adalah Lexy. Siapapun yang main-main denganku pasti akan mati ditanganku." ngawur Lexy malah bikin Herman emosi. "Akan kuminta Monica mengajakmu pulang, dan akan aku urus sendiri masalah ini!" serunya lalu menutup telpon. Setelah mendapat kabar dari Herman, segera Monica mencari Lexy. Kemana dia? melihat sofa tadi yang diduduki Lexy kosong, segera Monica mencari laki-laki itu di dekat kolam renang. Benar, Lexy sedang bersenang-senang dengan beberapa wanita didekat kolam. Tap, tap, tap. Suara langkah Monica terdengar jelas mengenakan high heels yang tingginya 13 senti. Ia memperhatikan para wanita yang kegenitan menggoda Lexy, Monica pun melepas jam tangannya lalu melemparnya kedalam kolam. Wanita-wanita yang bersama Lexy hanya sepintas melihat jam tangan yang tenggelam begitu saja kemudian kembali menggoda Lexy. "Apa tidak ada yang mau dengan jam tangan itu?" tanya Monica. "Apa istimewanya jam tangan itu?" sahut salah seorang wanita. "Tidak ada istimewanya, hanya berharga dua ribu dollar saja." seru Monica bikin wanita-wanita itu saling memandang kemudian beramai-ramai masuk kedalam kolam meninggalkan Lexy sendiri. Lexy yang mabuk langsung memprotes Monica "Kenapa kamu mengusir mereka???" Dengan posisi tetap berdiri tegap, kedua tangan dilipat kedepan, dan wajah kesal, Monica menjawab "Mereka tidak menginginkanmu, mereka hanya mengincar hartamu." Dalam keadaan mabuk Lexy tersenyum lebar sembari mengulurkan tangan "Come in, baby." dengan patuh Monica duduk disampingnya "apa kamu yang cuma menginginkan aku?" tanya- nya berbisik ditelinga Monica yang tersenyum manis. ****** Terik Matahari sudah menembus awan namun Lexy masih pulas tertutupi selimut bersama Monica diatas tempat tidur tanpa mengenaikan sehelai kain pun. Setelah beberapa jam kemudian, dengan kepala berat Lexy membuka mata dan mendapati Monica tidur disampingnya. "Apa yang kamu lakukan disini, Monica?" tanya-nya dengan suara berat. "Hhm, kamu yang mengajak aku kesini semalam." jawab Monica dengan mata tetap tertutup sembari mengerat pelukannya. Lexy mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi semalam. "Sebaiknya kamu segera mandi." ujar Lexy teringat sesuatu dan langsung terduduk, ia mengambil telpon disampingnya. "Kemari" perintahnya. "Ada apa?" sahut Monica manja. Sekali lagi Lexy berkata "Sebaiknya kamu ke kamar mandi." Sesaat kemudian, terdengar suara pintu terbuka. Herman baru saja masuk ke kamar Lexy dan mendapati Monica baru akan masuk kamar mandi sementara Lexy masih bersandar di tempat tidur sembari memegangi kepala yang masih terasa pusing. "Apa yang terjadi semalam?" tanya Lexy, Herman duduk di sofa yang tak jauh dari tempat tidur. "Kita nyaris kehilangan emas kita." "What?" "Aku menelponmu, tapi percuma. Kamu mabuk berat. Aku sudah memperingatimu, bukan." Mimik muka Lexy terlihat kesal tapi ia masih beruntung memiliki anak buah seperti Herman "Kamu memang yang paling bisa aku andalkan." "Markus berani membayar mahal untuk memeras kita. Yang dia incar dari kita adalah hard-disk milikmu yang berisi semua tentang perdagangan kita, investasi, dan bukti. Jika kamu hancur, maka hancur kita semua." ujar Herman memberi peringatan. "Berkat mu, emas kita selamat. Dan selebihnya biar aku yang mengurusnya." sahut Lexy "Semalam aku hanya terlalu terbawa suasana. Entah, apa yang terjadi sampai-sampai para wanita itu terus saja mencekokiku sampai mabuk." tambahnya mengelus-elus kepala. "Itu trik Markus untuk mengalihkan perhatianmu." seru Herman kemudian melihat Monica keluar dari kamar mandi mengenakan piyama handuk bewarna putih. Sekilas Herman melihat wanita itu lalu bangkit dari duduk berjalan menuju pintu. "Herman." panggil Lexy. Menoleh. "Kamu yang bisa aku andalkan." lanjut Lexy untuk mengutarakan rasa terima kasih kepada asistennya yang satu ini.
Salamat
Suportahan ang may-akda na magdala sa iyo ng mga magagandang kwento
Gastos 36 diamante
Balanse: 0 brilyante ∣ 0 Mga puntos
Komento sa Aklat (306)
LuthfiLuthfi
seru juga
15d
0
YyyNnn
novel ini menarik saya penasaran dengan pembacaanya
20/08
0
Asrul Gea
aku mau 💎 diakun Facebook
aku udah like dan sucribe
seru juga
15d
0novel ini menarik saya penasaran dengan pembacaanya
20/08
0aku mau 💎 diakun Facebook aku udah like dan sucribe
23/07
0Tingnan Lahat