logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

MASUK KEDALAM

Ella menggeleng sambil menatapnya, wajahnya basah karena air mata yang tidak Evan mengerti. "Tidak! Tolong! Lepaskan aku! Ya aku mengaku salah, jadi apapun yang membuat aku bebas darimu, akan aku lakukan, tapi Tolong lepaskan aku!"
Wanita itu menyatukan telapak tangannya, begitu mohon pada Evan agar dirinya bisa pergi dari sini dan pergi sejauh mungkin dari pria itu.
Evan terdiam sesaat, tatapan dingin seperti tak ada rasa iba padanya. "Apapun?"
"Iya, apapun. Bahkan nyawa pun akan aku berikan jika kamu mau, tolong lepaskan aku, Tuan Evan!" ujar Ella yang sudah pasrah dengan apa yang diminta Evan padanya.
"Baiklah!" ucap Evan yang berjalan kembali ke mejanya, wajahnya masih datar tapi Ella merasa permintaan kali ini tidak masuk akal. "Bagaimana kalau uang 5 miliar? Atau--tubuhmu yang aku jamah selama 1 bulan? Pilih diantara salah satu itu, maka aku akan membebaskanmu setelahnya."
Ella mematung, Benar apa yang dikatakan perasaan. Evan memang gila dan kejam, kenapa dia harus mengenalnya? Kenapa dia harus menyukai dulu, dan kenapa dia masih saja mencintai walau jelas-jelas dialah iblis yang membuat hidupnya hancur seperti ini.
"Kamu gila, Evan!" ucap Ella dengan air mata yang semakin lama jatuh begitu banyak.
"Aku memang gila, oh iya kamu diterima, selama nona Ella Madelyn!" ucap Evan yang melemparkan map itu sembarangan hingga jatuh kelantai, sedangkan Ella tidak tau kapan dia mengambilnya dari tangannya. "Oh iya, jika kamu tidak kembali besok. Polisi akan mencarimu dan hukumanmu akan diperpanjang, Ella!"
Wanita itu menggeleng, bayangan kekejaman para wanita itu membuat dia berjongkok sambil menutup kedua kupingnya, memperlihatkan rasa trauma yang begitu parah.
Evan yang melihat itu hendak bangun, tapi Ella kembali tersadar dan mengambil map yang berisikan syarat untuk menjadi karyawan.
Dia mengelap air matanya yang kembali jatuh, kepala menunduk hormat pada Evan. "Terimakasih, pak, saya permisi."
Ella pergi dengan Jack yang sudah selesai membeli makanan, wajahnya tampak heran memasang Ella, dengan wajah yang sama persis seperti waktu itu, dan terlihat Evan yang mematung kearah lain.
"Pak! Tadi itu nona Ella bukan? Dia melamar kerja disini?" tanya Jack yang ingin tau pasti.
"Ya," balas singkat Evan, dia sekarang merapihkan mejanya yang berantakan guna makan, bersama bawahnya yang bawel ini.
"Lalu? Anda menerimanya?" tanya Jack lagi.
"Ya."
"Tapi dia mau bekerja di sini?" tanyanya lagi yang membuat Evan muak, lalu mantapnya dengan pandangan menusuk membuat Jack terdiam.
"Baiklah, mari makan pak!" ujar Jack, dia membuka kedua makanan yang begitu menggugah selera,  lalu memberi salah satu pada bosnya.
Sedangkan Evan tak memandang makanan itu, dia masih fokus pada wanita yang tadi memandangnya seperti melihat hantu, ketakutan dengan tubuh bergetar, apa yang telah dia perbuat hingga wanita itu amat takut padanya, hukuman penjara yang sangat singkat, padahal harusnya dia diperiksa jarang lebih dari 15 tahun.
Seperti dia harus cari tau secepatnya, dan satu hal yang membuat dia benci pada dirinya sendiri, dia tidak bisa membenci wanita itu padahal dia sudah membunuh kedua orang tuanya.
Melihat sang bos yang melamun, lantas mencoba menyadarkan dengan tangan yang melambai didepan pria itu, tapi baru saja satu lambaian, Evan sudah menangkap tangannya dengan wajah menakutkan, kalau Evan menjadi hantu, dia yakin bahkan orang-orang yang selalu uji nyali itu tak akan sanggup melihat betapa seramnya hantu yang satu ini.
"Apa yang kamu lakukan, sialan!" tanya Evan, sambil membuang tangan Jack dengan kasar.
"Lagian bapak waktunya makan malah ngelamun, denger ya pak! Khayalan gak bakal bikin perut kita kenyang!" ucap Jack yang dengan santainya, padahal data mengucapkan itu dia sedang menetralkan rasa takutnya.
"Apa kamu yang membayar saya?" tanya Evan, yang membuat Jack menggeleng spontan. "Jadi berhentilah bicara! Dan jangan perdulikan saya!"
Mendengar hal itu, Jack hanya menghembuskan nafas kasar, sudahlah memang bicara pada tembok lebih baik dari pada bicara bersama Bosnya ini.
.
.
Ella pulang dengan larut, dia melamun sepanjang jalan, mencoba mencerna apa yang dikatakan Evan padanya, kenapa dia takdir harus menariknya masuk kembali kearah pria itu.
Dia tidak mau, lebih baik dia mati dari pada terus bersama pria iblis itu, kenapa Tuhan seakan amat jahat padanya.
Saat hampir sampai tiba-tiba saromah langsung menerjangnya, membuat Ella langsung sadar dari pikirannya. "Ibu?"
"Kamu dari aman aja? Ya ampun ibu khawatir banget sama kamu, ibu kira kamu lupa jalan pulang ke sini," ucap Wanita paruh baya itu, walau orang asing Ella merasa amat hangat bersamanya.
Ella tersenyum. "Gak kok bu, tadi pas melamar kerja, antrian panjang banget, jadi lama deh, tapi syukurlah Ella diterima."
Senyuman yang diperlihatkan Ella, sebenarnya adalah tangisan dalam hati yang tidak bisa dia perlihatkan, harusnya orang senang mendapat pekerjaan, tapi dia tidak! Pekerjaan itu akan membawanya pada kematian yang semakin dekat.
Saromah mengusap rambut Ella dengan lembut. "Syukur kalau gitu, ibu ikut senang. Kamu udah makan, ibu udah masak tadi, ibu juga baru pulang datang, ibu kita kamu udah pulang."
"Iya, maaf ya Bu, bikin ibu khawatir."
"Iya udah gak apa-apa, yang penting kamu udah pulang. Pasti capek ya?" tanya Saromah yang amat perhatian pada orang asing, yang baru saja dia terima di rumahnya kemarin.
"Iya," balas Ella dengan senyuman.
"Ya udah kita makan ya!" ujar Saromah yang membuat Ella lantas mengangguk, kasian sekali ibu ini, sudah capek kerja malah repot memasak untuknya, dia jadi merasa tidak enak.
.
Pagi-pagi sekali Evan sudah rapih dengan bajunya berwarna hitam dan dasi merah, miliknya tak lupa jam tangan mewah yang dia pakai menambah kesan sexy pada pria itu.
Terlihat seluruh rumah kamar yang tidak pernah terjamah orang lain selain dirinya, terdapat lukisan wanita dimana-mana. Siapa wanita itu? Tebaklah!
Tak lupa juga Evan memakai parfum mahal, yang mungkin harganya sekitar belasan juga. Itulah kenapa setiap dia melewati jalanan, semua orang langsung terpesona dengan penampilan dan aroma semerbak yang keluar dari tubuhnya.
Bayangkan mereka bisa mendekap dan mencium aroma itu sepanjang malam, pasti rasanya akan nikmat sekali.
Pria itu turun menuju ruang tamu dan berjalan keluar dari rumah, kali ini dia ingin menyetir sendiri, dan Evan yakin kalau pagi-pagi seperti ini dia membangunkan Jack, sudah pasti dia akan bertanya macam-macam padanya.
Mobil itu berjalan melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan ibu kota yang cukup sibuk pagi seperti ini. Tak lama mobil itu berhenti pada bangunan yang membuat orang-orang disana terkejut seketika.
Orang yang berjalan didepan pagar lantas menojok perut teman disebelahnya menggunakan siku. "Pergi ke atasan sekarang!"
Mendengar hal itu salah dia lantas berlari kedalam untuk menemui atasan. Evan mantap tajam pada orang yang berada didepannya, ada rasa tak beres pada mereka.
"Aku ingin menemui atasan kalian!" Suara bass Evan membuat orang itu mengangguk takut, dia membuka gerbang lebih lebar guna mempersiapkan Evan dengan mobil mewahnya masuk kedalam.

Komento sa Aklat (737)

  • avatar
    AenurrofiqIrham

    lumayan

    11h

      0
  • avatar
    rahim__akib_

    best cite ni korang boleh cuba baca nice smbil nk tido boleh baca novel ni

    11h

      0
  • avatar
    DaniaNur

    Besttt nk mampus

    19h

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata