logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

TANGISAN ELLA

Pulpen itu terus membuat garis bergelombang, seperti sedang melukis sehelai rambut, lagi dan lagi dengan jarak yang sangat dekat. Wajahnya datar dengan bulu-bulu halus yang menyelimuti bawah hidung, kedua rahang serta dagingnya.
Padahal ini jam kerja sempat-sempatnya dia menggambarkan, walau hanya dengan satu alat saja, Evan yang dulunya pemenang berbagai lomba menggambar, menjadikan setiap garis itu maha karya yang indah.
Tiba-tiba pintu diketuk, membuat konsep ide yang ada di otaknya sedikit buyar, sorot mata tajam itu menatap kearah pintu tanpa minat sama sekali. "Ada apa?"
"Saya tidak boleh masuk, pak?" tanya orang diluar sana.
"Tidak! Katakan diluar saja!" ucap Evan yang kembali menajamkan tatapan matanya dikaryanya itu.
"El--ah tidak, Maksud saya Nona Ella sudah dikeluarkan dari penjara hari ini." Ucapan itu sontak membuat Evan meletakkan pulpennya, digambarkan itu terlihat seorang wanita cantik yang tersenyum begitu indah.
Evan berjalan keluar dan membuka pintu, membuat sekertarisnya terkejut dengan kemunculan bosnya yang tiba-tiba. "Dari mana kamu tau?"
"Kantor polisi menelpon saya tadi," ucap sekertarisnya itu, raut wajahnya tetap sama tapi Evan terdiam membuat pria yang mengikuti bosnya selama 7 tahun itu sedang menebak-nebak apa yang sedang sang bos pikiran.
"Ikut aku! Kita cari wanita itu!" ujar Evan, yang membuat sang sekertaris termenung.
"Tapi bos! Bagaimana dengan pekerjaan?"
Evan menatap sang sekertaris dengan sorot mata yang tajam, sontak itu membuat para karyawan yang sedang berlalu-lala langsung merasa Suasana menjadi mencekam. "Apa kamu mau dipecat Jack Anthony?"
"Tentu tidak, Presdir Grayson!" balas Jack sambil berlari kecil kearah Evan yang masih menatap tajam kearahnya. "Maaf Bos."
"Saya bos disini, jadi terus turutin apa yang saya katakan!" ujar Evan yang membuat Jack langsung mengangguk kaku.
"Baik bos."
"Kamu menyetir nanti!" ujar Evan sambil memberikan kunci mobil pada sekertarisnya itu dan Jack hanya bisa melangkah pasrah.
.
Sedangkan jauh dari sana Ella memperhatikan jalan, banyak orang yang melihat aneh juga iba, tapi Ella hanya terdiam tak tau mau kemana, dia sudah makan di kantor polisi tadi, salah satu dari mereka memberikan jatahnya padanya Ella, tanpa pikir panjang wanita itu langsung memakannya.
Dulu semua orang yang melihatnya akan langsung tau siapa dirinya, tapi mungkin karena dia sudah jelek kurus, tidak seperti dulu lagi membuat semuanya tampak asing bagi mereka.
Dia juga nona yang cukup disegani karena keluarganya yang kaya, tapi sekarang ia sudah seperti jalan dibawah tangga tapi tanpa sebab benda panjang itu jatuh kearahnya.
Saat sedang berjalan biasa, sebuah mobil yang cukup ia kenali terlihat dari kejauhan. Mobil hitam dengan plat nomer yang begitu dia hafal membuat matanya membulat, dia berlari mencari persembunyiannya.
Tidak kalau Evan mengetahui dia sudah bebas, dia pasti akan mengirimkan kembali ke neraka itu. Tidak! Dia tidak mau.
Ella menyembunyikan dirinya didalam tanaman hias besar yang bisa menyembunyikan dia baliknya.
Kala mobil itu lewat, membuat dia berdiri perlahan-lahan, memastikan kalau Evan sama sekali tak melihatnya, lagipula apa dia masih mengenali dirinya yang begitu buruk seperti ini.
Tapi rupanya Ella salah sangka, Evan turun dari mobil saat wanita itu sembunyi dan dia sudah ada berada dibelakang Ella sekarang.
Saat matanya berbalik alangkah terkejutnya Ella melihat Evan yang mantap tajam kearah, seperti masih menyimpan dendam.
Wanita itu hendak kabur tapi tangan kecilnya sudah diraih oleh Evan. "TIDAK! TOLONG AMPUNI AKU TUAN EVAN! JANGAN PENJARA AKU LAGI! LEPASKAN!"
Teriakan itu mengundang mata semua orang itu melihat keributan apa yang terjadi.
"LEPASKAN! LEPASKAN AKU! KALAU KAMU MAU BUNUH SAJA AKU SEKARANG JUGA! JANGAN PENJARA AKU LAGI AKU MOHON." Rintihan dan tangisan itu tak membuat Evan merubah ekspresinya, dia masih saja menatap Ella dengan wajah tak bersahabat miliknya.
Karena Ella terus memberontak membuat Evan melepaskan tangannya, hingga wanita itu tersungkur ke tanah. Tubuhnya bergetar hebat seakan melihat malaikat maut yang ada di depannya.
"DIAM! SUARAMU YANG SAMA SEKALI TIDAK BAGUS ITU, HAMPIR MEMECAHKAN GENDANG TELINGAKU, SIALAN!" bentak Evan dengan lantang, Jack yang sudah turun dari mobil menghampiri keduanya, alangkah terkejutnya ia melihat Ella yang begitu tak terurus dengan tubuh yang begitu memperihatinkan.
"Bos! Dia---" ucap Jack yang tak percaya.
Ella merangkak dengan linangan air mata yang memenuhi pipinya, tak lama dia mendekati sepatu Evan bersujud seakan itulah satu-satunya cara agar pria itu mengampuninya. "Aku mohon! Biarkan aku bebas! Aku bersalah ya aku mengakui kesalahanku, aku membunuh kedua orang tuamu, tak puaskan kamu melihatku begini? Apa tidak ada sedikit sisi kemanusiaanmu, Evan? Aku mohon lepaskan aku!"
Tangan Evan mengepal kencang, bahkan karena kukunya tajam, membuat tangan berdarah tanpa terlihat. Tak lama langkah kakinya berjalan Pergi! "Kita kembali kekantor!"
"Tapi pak! Nona Ella?"
"Biarkan saja dia!" ujar Evan yang semakin lama semakin menjauh, membuat Ella semakin keras dalam tangisnya orang yang melihat itu langsung mendekat.
"Nak! Kamu gak apa-apa? Kamu diapain sama orang itu?" tanya salah satu wanita paruh baya Yanga dan di sana.
"Iya, kok kamu ketakutan gitu? Kamu gak lapor polisi aja?" tanya yang lain.
Ella berusaha menghentikan tangisannya. "Percuma Bu! Bahkan dipenjara juga keadilan hanya bagi orang yang berkuasa."
Mendengar hal itu membuat mereka iba, semua orang berusaha membawa Ella untuk diobati ke salah satu rumah mereka, beruntung mereka begitu baik padanya membuat Ella sedikit merasa tenang.
.
Sedangkan diperjalanan pikiran Evan melayang, Jack yang melihat tak tau apa yang sedang dipikirkan bosnya tapi sungguh dia penasaran, Evan sulit sekali kembali keluh kesahnya pada orang terdekat sekalipun.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, terlihat dikaca sepion yang ada diatas, memperlihatkan tangan bosnya yang berwarna merah.
Tiba-tiba mobilnya berhenti, membuat Evan langsung menatap sekertarisnya dengan wajah kesal. "Brengsek! Apa kamu lakukan, Jack?"
Mendengar suara dengan nada lantang itu membuat, hawa khawatir Jack seketika berganti menjadi ketakutan. "Anu pak! Tangan anda."
"Lalu?" tanya Evan yang sepertinya tak perduli.
"Apa tidak sebaiknya kita kerumah sakit saja?" tawar Jack, ia takut bosnya ini infeksi kalau dia mati siapa yang akan mennggajinya nanti?
"Aku yakin kamu tidak tuli," balas Evan yang seperti membuat Jack mengingat ucapan dijalan tadi.
"Tapi saya takut anda kenapa-kenapa," bantah Jack yang membuat Evan menghembuskan nafas kasar.
"Ada dua pilihan! Lanjut menyetir, atau turun disini dan aku yang lanjut menyetir," ucapnya dengan horor membuat Jack sontak menginjak pedal gas kembali dengan kecepatan sedang.
Pria ini, tidak mau sekali diberi perhatian, kalau bukan Bosnya mungkin dia sudah menendang-nendang wajah yang amat jauh dengannya itu.
"Aku dengar apa kamu ucapakan itu, Jack!"
Mendengar hal itu sontak Jack mantap sekilas ke Evan. "Sungguh? Apa bos keturunan peramal atau kain semacamnya?"
"Rautmu memperlihatkan semuanya!" ucap Evan dengan tak minat, dia mulai melihat jendela tapi gerimis menerpa mobil mereka, menciptakan tetesan air yang semakin lama semakin banyak di kaca mobilnya, melihat ini Evan seperti melihat tangisan Ella kembali, Sial.

Komento sa Aklat (738)

  • avatar
    Diana TotoYori

    Evan sangat mencintai Ella

    2h

      0
  • avatar
    AenurrofiqIrham

    lumayan

    17h

      0
  • avatar
    rahim__akib_

    best cite ni korang boleh cuba baca nice smbil nk tido boleh baca novel ni

    17h

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata