logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

MORE INTERESTED

Sinar matahari yang hangat berlahan membangunkan tidur panjang Juliet. Baru saja matanya
terbuka, ia sudah mendapat serangan pada kepala. Bahkan sempat dirinya meringis kesakitan
memijit ringan disana. Pusing sekali.
Seketika ia terduduk dari tempat tidur size king yang bernuansa putih setelah sadar seutuhnya
bahwa ia sedang tidak berada di kamarnya sendiri.
Dimana sekarang?! Kejutnya bertanya-tanya dalam hati sembari menoleh ke kanan kiri
menyebarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan. Tidak sampai disitu saja terapi
jantungnya.
Hati Juliet semakin menciut ketika ia sadar mengenakan kemeja putih yang bukan miliknya.
Bukan ini pakaian terakhirnya.
Ingatannya berusaha memutar kembali apa yang telah terjadi dengannya. Terekam jelas ketika
semalam dirinya sedang menikmati alunan musik, tiba-tiba dikerumuni sekumpulan pria lalu
mendesak tubuhnya dan dipaksa meminum sebotol minuman yang terasa panas di
kerongkongan. Saat itu Juliet berusaha membentengi diri sambil mencari sesosok Derrick, tapi
sayangnya pria tersebut tidak ada ditempat. Hingga entahlah, Juliet tak bisa mengingat lagi apa
yang terjadi.
Matanya mulai berkaca-kaca turun dari tempat tidur. Dengan mengenakan kemeja yang
kedodoran sampai sebatas paha, ia keluar dari kamar mencari jalan keluar. Rasanya
jantungnya akan lepas jika ternyata sesuatu yang buruk menimpa dirinya.
Napasnya terasa berat dan kakinya gemetar tak sanggup menerima kenyataan jika benar
semalam terjadi sesuatu.
"Kamu sudah bangun?" Sapa Derrick di meja pantri menyiapkan sarapan.
Set. Langsung Juliet menoleh sigap. Ia mematung di tengah ruangan menatap Derrick penuh
tanya.
"Makanlah dulu sebelum pergi." Ujar Derrick begitu enteng tak memperhatikan Juliet yang
berdiri kaku disana karena sedang sibuk dengan olahan omlet.
"Aku sudah membuatkan kopi. Itu bisa mengurasi pusing di kepala mu." Tambahnya sembari
fokus dengan penggorengannya.
Dan tetap, Juliet yang tercengang masih terpaku sambil meremas kerah kemejanya.
Sadar tak ada respon, Derrick pun melempar pandangan kearah Juliet. Baru ia sadar kalau
gadis itu dalam keadaan tertekan.
Suasana menjadi hening sesaat, mereka saling menatap dengan pandangan berbeda.
Kemudian Derrick menghela napas sebelum akhirnya ia mematikan kompor lalu mengambil
secangkir kopi panas dan berjalan kearah gadis itu.
Seperti ada ketakutan dalam diri Juliet, tanpa sadar kakinya melangkah mundur ketika Derrick
semakin mendekatinya. Dan Derrick menyadari hal itu, tetapi ia tidak peduli. Ia terus saja
berjalan mendekati Juliet.
Sampai akhirnya tubuh Juliet menabrak sebuah meja hingga tidak bisa lagi kemana-mana.
Wajah takut Juliet terpampang jelas pagi ini. Bahkan suara detakan jantungnya seakan
terdengar sampai ke telinga.
Sementara Derrick hanya diam menatap gadis dihadapannya ini dengan wajah datar.
Bibir Juliet sedikit ternganga seakan tak mampu mengeluarkan suara. Tetapi ia harus bertanya
untuk mengetahui semua. Ia pun berusaha mengumpulkan keberanian untuk bertanya. "Apa-
apa yang terjadi semalam?" Mata Juliet mulai berkaca-kaca lagi mengeluarkan suara gemetar.
Melihat reaksi tersebut membuat Derrick memutar otak agar gadis ini tidak lagi
mengganggunya. Ia kemudian menghela napas lalu meletakkan cangkir kopi di meja belakang
Juliet kemudian mendekatkan dirinya lebih dekat dan berbisik. "Yang sudah terjadi, biarlah
terjadi."
Plak! Seketika Derrick mendapat sarapan layangan tangan yang cukup kuat dari Juliet. Betapa
terkejutnya Derrick ditampar oleh gadis ini. Sungguh pergerakan yang tidak terduga. Sampai
dirinya terpaku tak menyangka.
"Ap-apa kamu yang mengenakan ini kepada ku?"
Derrick tidak menjawab, ia hanya melirik kesal sembari mengelus-elus bekas tamparan itu.
"Katakan!" Juliet meninggikan nada suaranya.
Sesaat Derrick memandang kearah Juliet lalu berkata. "Habiskan makanan mu sebelum pergi."
Derrick membalikkan badan lalu menjauh dari tubuh Juliet. "Aku harus pergi sekarang."
Tambahnya mengambil jas dan mengabaikan Juliet yang masih tertegun bingung. "Hapus
wajah merengek mu itu." Lanjutnya sembari menatap kesal gadis itu sebelum akhirnya menuju
pintu keluar. "Dan." Langkah kaki Derrick terhenti kemudian berbalik badan mengarah ke Juliet.
"Jangan pernah datang lagi ke De'luxury. Ingat itu." Ucapnya memberi peringatan lalu ia
menghilang dibalik pintu meninggalkan Juliet sendiri
Sementara Derrick menggerutu kesal karena tamparan itu. Didalam lift dirinya terus saja
mengumpat kesal, rasanya tangan Juliet masih membekas di pipinya. Seharusnya ia tidak perlu
membawa gadis itu ke apartemennya. Sesal Derrick. Biar saja gadis itu pulang dalam keadaan
mabuk semalam supaya orang tuanya tahu perilaku anaknya. Dasar tidak tahu terima kasih.
*
Di kantin, ketika semua sedang menikmati jam istirahat tiba-tiba dikejutkan dengan teriakan
Juliet yang cukup mengejutkan.
"Aaaaa!!!"
Seketika Hannah dan Amanda langsung melempar pandangannya ke arah Juliet. Tidak hanya
mereka berdua, semua penghuni kantin yang mendengar teriakan itu turut menoleh kearah
Juliet sesaat.
"What happen, Juliet?" Cemas Hannah.
"Are you okay?" Sambung Amanda.
Dengan wajah cemberut, Juliet merasa sangat kecewa sudah menampar Romeo-nya.
"Stupid. Stupid. I am so stupid." Juliet malah menyumpahi dirinya sendiri. Bagaimana tidak,
beberapa saat setelah ditinggal Derrick ada suara bel berbunyi. Mau tidak mau, Juliet harus
membuka pintunya dan menemui seorang wanita dengan membawa baju hitam yang sangat
jelas ia kenal.
Tentu saja Juliet penasaran ingin tahu bagaimana bisa bajunya dibawa wanita ini. Lalu dia
bercerita kalau semalam Derrick memanggilnya untuk menggantikan gaun hitam basah milik
Juliet dan menggantinya dengan kemeja putih milik Derrick.
Sangking menyesalnya, Juliet mengacak-acak rambutnya sendiri dengan rasa malu yang
sangat amat dalam. Sedangkan Hannah dan Amanda saling memandang bingung mendapati
temannya seperti itu.

"Juliet, are you okay?" Tanya Amanda sekali lagi.
Dengan wajah cemberut Juliet menggelengkan kepala sedih. Pasti Romeo-nya marah
sekarang. Dan saat ini Juliet tak punya nyali untuk menghubungi pria itu.
*
Suara desahan seorang wanita sudah tak tertahan lagi ketika Derrick semakin memberikan
dorongan kepadanya. Bayangan akan tamparan itu masih membekas jelas di memori. Maka
dari itu, ia memilih bercinta dengan wanita bayarannya untuk melampiaskan kekesalannya tadi
pagi.
Semakin wanita itu mendesah, semakin gencar Derrick menggenjotnya. Gairahnya kian
memuncak ketika merasakan remasan dari jemari lentik wanitanya.
Ketika ditengah-tengah puncak nikmat yang sangat menggairahkan. Tiba-tiba suara bel
berbunyi.
Awalnya Derrick mengabaikan suara tersebut dan tetap terus menggenjot wanitanya penuh
nafsu dan gairah.
"Emmp...ad..ada yang datang..." Ucap wanita itu yang terhanyut dalam nikmat yang sangat
besar. Tetapi Derrick tidak mendengarnya ia masih saja gencar mendorong-dorong pada
lubang nikmat disana.
Bukannya suara bel itu seharusnya berhenti karena tidak ada yang membukakan pintu, tetapi
malah semakin berbunyi tanpa henti. Dan akhirnya membuat Derrick benar-benar terganggu.
Lalu ia pun dengan penuh sumpah serapah turun dari ranjang kemudian mengenakan boxer
sebelum menuju pintu dan menemui tamu yang tak tahu diri itu.
Dengan kasar Derrick membuka pintu dan berniat langsung memakinya. Namun, belum sempat
itu terjadi matanya melebar ketika tahu yang datang adalah Juliet.
Tidak munafik, perempuan mana yang tak tergiur ketika melihat seorang laki-laki tampan
bertubuh atletis memamerkan perut bak roti sobek yang terdapat bekas luka membelah
perutnya yang sixpack, dengan celana boxer yang menonjolkan bagian vitalnya. Sungguh,
Juliet dibuat ternganga olehnya.

"What are you doing here?" Tegur Derrick terdengar kesal membubarkan alam bawah sadar
Juliet.
"Emph...aammh.." Juliet sampai tidak bisa mengeluarkan suara karena sangking terpesonanya.
"Pulanglah." Derrick berniat menutup pintu.
"I am sorry." Seru Juliet berusah menahan pintu agar tidak ditutup. "I am so sorry. Please,
forgive me."
Derrick tidak menjawab, ia hanya diam menatap gadis gila didepannya yang sudah sadar akan
kesalahannya.
"Please..." Pinta Juliet supaya dimaafkan.
Derrick menghela napas lalu berkata. "Ok." Dan senyum sumringah pun langsung terpancar
dari wajah cantik Juliet. Rasanya lega sekali sudah dimaafkan. Syukurlah, dirinya masih bisa
melanjutkan perjuangannya mendapatkan hati Romeo-nya.
"Sekarang, pulanglah. Ini sudah terlalu malam buat gadis seumuran kamu." Ujar Derrick
kemudian menutup pintu sebelum sempat Juliet berpamitan.
Ia masih tertegun didepan pintu yang sudah tertutup karena masih terbayang jelas bentuk tubuh
Derrick.
"So hot." Kagumnya semakin tergila-gila.
Sementara Derrick yang baru saja menutup pintu diam sejenak menyandarkan diri di pintu.
Sejenak ia berpikir sungguh gila gadis itu sampai-sampai datang kesini larut malam dan
mengganggu dirinya yang sedang bercinta.
"Kenapa lama sekali...?" Tanya wanita bayaran itu yang mengintip di balik tembok.
Rasanya Derrick sudah kehilangan gairahnya dan tak ingin melanjutkan hubungan seks-nya.
"Pulanglah."
"Tapi..." Sahut wanita itu tidak setuju.
"Aku sudah mentransfer bayaran mu. Jadi pulanglah saja." Jelas Derrick tidak bisa ditawar lagi.
Dengan berat hati wanita itu pun menghilang dibalik tembok dengan rasa kecewa. Tapi
bagaimana pun itu wanita bayaran tetaplah wanita bayaran yang akan mengikuti aturan main
pria yang sudah membayarnya meski tidak membuat puas.

Komento sa Aklat (82)

  • avatar
    RidwanDeden

    good novel

    12/08

      0
  • avatar
    WahyuningsihNita

    Bagus👍

    14/05

      0
  • avatar

    keren

    02/04

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata