logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

TALI HARAPAN

TALI HARAPAN

Riyusa


Kesulitan

Seminggu sebelum ramadhan, sang Ayah mengeluhkan sakit di dada yang sudah lama dirasakannya.
Laila terdiam melihat Ibunya menangis di dapur sambil memasak sayur kangkung yang dia beli dari pedagang sayur di pasar saat memungut botol-botol yang hendak dia jual di pengumpul tidak jauh dari pasar.
*****
Satu karung botol dihargai sepuluh ribu rupiah. Uang yang diperolehnya digunakan untuk membeli dua ikat kangkung dan bumbu penyedap saja. Sisanya disimpan.
Laila hanya tamatan SMP sedangkan Limo baru kelas dua sekolah dasar.
"Sebentar lagi memasuki bulan suci, supaya bisa puasa sebulan penuh, coba Ayah ke puskesmas, lagi pula hanya lima ribu rupiah, masih ada kok."
Ayah terbaring dan sesekali menatap wajah Ibu.
"Biarlah, tidak usah, simpan saja, coba buatkan ramuan jahe saja, mungkin ini hanya masuk angin biasa."
Ibu beranjak dan segera menuju dapur membuatkan air jahe.
"Laila, coba kamu rebus telur supaya Ayah cepat pulih mungkin dia sudah lapar karena dari pagi belum makan juga."
"Iya, telur tinggal tiga butir, nanti buat besok bagaimana?"
"Apakah kita sudah memasuki hari esok?"
"Belum."
"Lalu mengapa kamu harus memikirkan hari esok yang mungkin ada rejeki lain yang menghampiri!"
"Iya, Ibu jangan marah, aku hanya bicara saja."
"Sama, Ibu juga ini bicara saja!"
Laila tertunduk dan dia segera ke luar menemani adiknya yang sedang bermain tanah di kebun dekat rumahnya.
"Limo, kamu harus mandi, dan kamu harus pakai masker takutnya ada anak-anak lain yang mengajakmu bermain."
"Itu maskernya jatuh ke dekat sungai, tuh di sana dekat pohon pisang."
"Aduh, kamu itu sudah tahu jatuh kenapa enggak langsung cuci di sungai lihat jadi kotor!"
"Ah, kakak ini aku sedang sibuk mengeruk tanah buat bola-bola tanah."
Laila menghela napas melihat adiknya bermain tanah. Gadis itu akhirnya ke dapur untuk merebus sebutir telur.
"Aku sungguh ingin kembali ke masa kecilku, dimana aku bisa bermain bebas seperti dirinya, tapi kasihan Ibu sekarang keadaannya seperti ini." gumam Laila bersedih.
Laila berusaha mengingat masa kecilnya yang cukup senang. Ayahnya masih bekerja di sebuah pabrik tekstil dan dia masih bisa membeli mainan dan makanan.
Sejak di PHK tiga tahun silam, Ayahnya kesulitan mencari pekerjaan ditambah usianya yang tidak lagi muda dan minim keahlian sehingga kalah bersaing dengan yang lainnya.
Hanya mengantongi ijazah SMA dan tidak memahami komputer lengkaplah sudah kesulitan dalam mencari pekerjaan.
****
Hari Minggu pagi itu mereka mendapat kunjungan dari kelurahan dan mendapat bantuan sembako dan uang tunai.
Ibunya sangat senang karena menjelang ramadhan butuh persiapan sahur.
Laila dan Limo turut senang begitupun Ayahnya yang sedang terbaring sakit.
Sekitar pukul sepuluh Ayahnya mengeluh sakit lagi sehingga mau tidak mau Ibunya Laila segera mengajaknya ke puskesmas.
"Masih ada waktu ke sana, ayo kita segera berobat, ini ada uang dari Kelurahan tadi, jangan sampai menunggu parah."
Ayahnya mengangguk segera bangkit.
*****
Sepulangnya dari puskesmas sang Ibu segera menyiapkan air minum untuk obat penahan sakit.
Laila dan Limo terdiam sambil melihat Ayahnya terbaring lagi.
"Apakah kalian akan begitu terus, coba buatkan telur ceplok buat Ibu, lapar nih."
"Ibu nyuruh kami berdua memasak telur?"
"Tidak, Laila, tentu saja kamu yang sudah besar yang akan memasak, kamu itu kayak anak kecil saja."
"Ya habisnya Ibu bilang kalian berdua, jadi aku bingung."
"Aduh, cepatlah kau masak, dan tolong cucikan masker Ibu dan Ayah agar cepat kering jemur di genteng saja."
"Iya, nanti aku cucikan, tapi tangga kayunya patah jadi di jemuran saja ya di pinggirnya."
"Terserah kamu saja, yang penting cepat masak dulu telur."
*****
Hari ketiga keadaan Ayahnya membaik namun belum bisa bekerja.
Sebagai pemulung dan sesekali membabat rumput para warga kompleks membuat dia terkadang kelelahan karena sering berjalan jauh mencari botol-botol agar bisa dijual ke pemasoknya.
Suatu malam yang dingin ....
"Ibu, kalau Ayah mati, tolong jaga anak-anak ya, maaf Ayah enggak bisa membuat kalian bahagia."
"Ayah jangan bicara seperti itu, sudah tidak sakit lagi 'kan?"
"Sudah mendingan, tapi Ayah merasa akan segera pergi."
"Tidurlah, jangan bicara terus, nanti anak-anak mendengar omongan kita."
"Mudah-mudahan, Laila bisa meneruskan sekolahnya dan Limo jangan sampai putus sekolah."
"Iya, nanti biar ikut paket C saja, dan untuk Limo aku usahakan bisa sampai SMA nanti."
"Maafkan aku ya, Salimah, aku belum bisa membuatmu bahagia, kamu harus bekerja untuk kita semua."
"Iya, aku ikhlas dan berharap Ayah akan segera sembuh supaya kita bisa memperbaiki keadaan ekonomi kita."
"Iya."
Sang Ayah terlelap begitu pula Salimah tidur di samping suaminya dengan tenang.
*****
Langit mendung suasana menjadi sangat gelap dan penuh air mata.
Pemakaman yang hanya dihadiri beberapa warga karena suasana pandemi juga.
Laila dan Limo menangis melihat Ayahnya tiada. Sedangkan sang Ibu termenung sambil menahan sesak karena tangisan yang tertahan.
*****
Sisa uang hasil bantuan sosial masih tersisa sedikit, beruntung mereka mendapat bantuan dari beberapa warga dekat rumah mereka.
*****
Satu hari berlalu begitu cepat. Menjelang ramadhan mereka harus berpisah dengan sang kepala rumah tangga.
Takdir tidak dapat dilawan, kematian adalah bagian dari ketetapan Illahi Rabbi.
Namun rasanya siapapun itu jika dihadapkan pada perpisahan karena kematian tidak akan percaya begitu saja bahwa perjalanan hidupnya harus berakhir begitu saja.
Salimah menjadi tidak bergairah menghadapi semuanya. Dia terduduk sambil sesekali menatap potret suaminya.
Bersamanya hidup terasa indah pada awal mereka berumah tangga. Suami yang baik dan bertanggung jawab pada keluarga kini harus tiada meninggalkan dirinya dan kedua anaknya.
Meski mereka kemudian diuji dengan kesengsaraan, namun tidak pernah ada keluhan yang terucap dari keduanya.
Laila dan Limo masih tetap tidak bisa percaya atas kematian Ayah mereka yang begitu mendadak menjelang bulan suci.
*****
Laila membawa serta Limo mencari botol bekas. Salimah menjadi buruh cuci dan tetap menyanggupi meski lelah terasa setelah paginya mencari botol bekas.
"Aku haus, mau minum."
"Itu ada Aqua kecil tadi Kakak beli, oh, ya besok kamu kerjakan tugas ke rumah gurumu, jangan sampai Ibu guru menghampiri rumah kita, malu enggak bisa menyuguhkan makanan."
"Emang, harus disuguhi makanan, 'kan Ibu guru banyak makanan di rumahnya, aku aja suka dikasih makanan di sana."
"Bukan begitu, Limo, gurumu 'kan orang baik, masak kita enggak kasih makanan."
"Iya, tapi di rumah enggak ada makanan, ada deng, mie instan sama telor saja."
"Hahaha, masak mau disuguhin mie terus."
Limo ikut tertawa melihat  kakaknya tertawa lepas.
*****
Menjelang magrib mereka bersiap salat bersama.
"Alhamdulillah hari ini kita bisa makan ikan, besok kita bawakan Bu guru ikan saja ya, Limo."
Limo mengangguk sambil menyantap masakan Ibunya.
"Laila, coba kamu melamar ke toko baju dekat sekolah adikmu, Ibu lihat baru buka siapa tahu butuh karyawan."
"Iya, aku juga tadi pagi lewat situ, mau coba melamar pekerjaan besok."
"Iya, sebentar lagi mau puasa, ya itung-itung mengisi hari puasa dari pada siangnya kamu tiduran."
"Iya, baik Ibu. Tapi gimana Limo?"
"Limo Ibu bawa saja kalau mencuci, lagi pula dia kalau di rumah juga tidak akan main jauh."
"Baiklah, semoga besok bisa dapat pekerjaan, doakan ya, Ibu."
Salimah tersenyum sambil mengangguk. Padahal dalam hatinya dia merasa bersedih sebab tidak ingin putrinya turut membantu mencari nafkah.
*****
Menjelang usia tiga puluh delapan tahun dia harus menjadi janda dan menanggung beban mencari nafkah. Meski terasa berat Salimah berusaha tegar dihadapan kedua anaknya.
Siang itu Limo menghampiri kuburan Ayahnya yang berada di belakang rumah mereka.
Limo terduduk sambil mengusap patok bertuliskan nama Ayahnya. Dia menangis dan berbaring di sisi kuburan tersebut.
"Ayah, jangan lama tidurnya, aku ingin bermain lagi barengan Ayah."
Anak kecil itu mengusap-usap tanah yang masih basah tersebut.

Komento sa Aklat (24)

  • avatar
    MaulanaFiki

    bocil ml

    20/07

      0
  • avatar
    RamajbStok

    kawin dan buka LG g flex dan aku

    07/06

      0
  • avatar
    MaulanaRangga Lintan

    mantap

    31/05

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata